Bagian 4: Dua Sisi Manusia

13.2K 1.9K 67
                                    

Jangan lupa vote dan komen🤗
Find me on twitter @hello_fuzy

Hampir lupita gw buat update..

***

Rumah Leo kali ini menjadi pilihan tempat berkumpul Jeffrey, Wira, Tian, Ten, Doni, dan Leo itu sendiri.

Sementara itu, Arka yang baru datang langsung disergap pertanyaan, "Darimana lo? Tumben telat."

Arka pun menjawab pertanyaan Tian sembari duduk di sofo panjang ruang tengah rumah Leo ini, "Rumah Nadine."

"Uhuy, ngapel!" Ten dan Leo kompak menggoda Arka.

Begitulah pertemanan mereka. Pertemanan yang faktor utama terjadinya karena mereka berada dalam satu UKM yang sama, yaitu basket. Meskipun label senior-junior selalu mengikuti mereka, tetapi tidak pernah ada perlakuan selain saling menghargai di antara mereka. Tian sudah lulus, Doni dan Ten menunggu panggilan sidang, Jeffrey dan Wira semester enam, serta Arka dan Leo semester dua.

"Ngapel cuma buat orang pacaran nggak sih?" Heran Ten karena selama ini kedua orang itu tidak memberikan jawaban yang pasti jika ditanya soal hubungan mereka.

"Udah pacaran kali, masa gitu aja lo enggak tau? Iya 'kan, Ka?" Celetuk Doni yakin.

Arka menjawab tanpa ragu, "Iya, udah."

Leo sontak memukul bahu Arka karena kaget, "Kapan njir?"

"Lo aja yang kudet,"

"Sebenernya enggak kudet sih, cuma pura-pura enggak tau aja," ucap Leo kembali menyandarkan bahunya di sofa.

Wira berujar, "Arka mah orangnya santai, enggak kayak lo, Eo. Baru jadian semua profil sosmed jadi ceweknya."

Sontak semua jadi tertawa, kecuali Leo yang sedang menjadi sasaran tertawaan.

Doni menambahkan, "Jangan lupa sama bio ditulis nama ceweknya!"

"Namanya juga api asmara yang sedang mendidih," Ten berujar.

"Mana ada api mendidih, goblok?" Kritik Doni.

"Maksud gue membara. Buset, kita kayak ujian Bahasa Indonesia."

"Gimana lo mau dipanggil sidang kalo kosa katanya nol banget?" Sindir Doni.

"Emang lo udah dapat panggilan sidang?"

"Belom,"

Ten spontan mengumpat, "Anjing."

Meninggalkan perdebatan Ten dan Doni. Leo lanjut berujar, "Kalau gitu tolong ajarin Abang kita ini nembak gebetannya, Si Rachel."

Serangan balik Leo pada Doni itu sontak menuai protes, "Enak aja lo, siapa yang ngebet Rachel?"

"HAHAHA..., udah enggak usah malu-malu. Ka, lo nembak Nadine gimana?"

"Ya, ngomong mau jadi pacar gue aja sih," Arka hanya menjawab.

"Di?" Tian yang akhirnya turut kepo karena pembahasan sepertinya menarik.

"Depan rumahnya,"

"Anjing, bubar-bubar, kagak ada seru-serunya ini cerita!" Leo beranjak dari duduknya kemudian tidak benar-benar pergi, hanya berdiri untuk meraih gelas sodanya dan minum.

"Mau cara romantis atau sederhana, yang penting jawaban dari ceweknya sih. Percuma lo siapin candle light dinner kalau ceweknya jawab enggak," Jeffrey turut bersuara.

Wira menambahkan, "Bener, udah sakit hati, bangkrut lagi."

Perkumpulan di rumah Leo ini hanya diisi dengan main ps yang dilakukan bergantian, yang belum mendapatkan giliran mengisi waktu dengan bermain game di ponsel sendiri, sibuk mengunyah cemilan seperti Leo, atau berselancar di media sosial seperti Arka.

In My FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang