Bagian 19: PDKT jalur ketoprak

9.8K 1.5K 66
                                    

Ada yang punya saran buat nama universe yang menghimpun In My Feeling, Our Season, dan cerita lain dari spin off cerita ini gak? Yuk beri aku ide!

***

Waktu menunjukkan pukul 12 malam, namun Janisha masih berkutat dengan laptop dan buku-bukunya. Sejujurnya Janishan bukanlah tipe orang yang senang belajar, namun karena besok adalah hari pertama ujian tengah semester, maka mau tidak mau ia harus melaksanakan sistem kebut semalam. Walau dalam dirinya terdapat rasa percaya diri yang tinggi bahwa ia akan mampu menjawab soal ujian tengah semester besok, namun teori peluang mengatakan bahwa setiap usaha akan mendatangkan peluang sukses dan peluang gagal. Jadi bagaimana jika besok ia kurang beruntung dan berakhir pada otaknya tidak bisa berjalan?

Tok tok tok... pintu kamarnya diketuk kemudian dibuka tanpa persetujuannya. Ia menoleh kearah pintu dan mendapati kakaknya, Vivi, berdiri di depan pintu dengan raut wajah yang sudah dapat dipastikan bahwa akan merepotkannya. Dengan tanpa beban Mba Vivi berkata, "Janisha, gue pengen makan ketoprak."

"Hah?" Walau sudah tau akan direpotkan, ia tetap terkejut atas permintaan Mba Vivi yang lebih merepotkan dari yang dibayangkannya.

"Beliin dong," ucap Mba Vivi lagi.

"Mana ada yang jualan ketoprak jam segini?"

"Ada, coba cari dulu."

"Ada kalo engkong lo yang jual," ucap Janisha kesal atas permintaan aneh itu.

"Cari dulu dong, lo mau apa ponakan lo ileran?"

"Pesen di aplikasi ojek online aja sih?"

"Tempatnya pada jauh, lo enggak kasian apa bapak-bapak nganterin makanan sejauh ini tengah malem?"

"Tapi lo enggak kasian sama gue," Janisha mencibir.

"Lo 'kan masih muda, cantik, pinter, rajin, baik hati—"

"Hust!" Janisha mendesis kesal, "Lo yang hamil, gue yang repot!"

Walau diikut dengan omelan, Janisha sebenarnya tidak setega itu. Sehingga, ia beranjak untuk bersiap-siap pergi dengan mengambil jaket di kamar, kemudian keluar menyiapkan mobil. Sebelum mulai menancap gas, terlebih dahulu ia bertanya pada teman-temannya tentang dimana ia bisa membeli ketoprak pukul 12 malam ini.

PMJ (4)
Janisha:
Need help
Nadine:
Kenapa nih?
Jeffrey?
Janisha:
Jefra–Jefri, bukan
Ini penjual ketoprak jam segini dimana sih?
Marissa:
Banyak
Janisha:
Yang deket rumah gue ada nggak?
Marissa:
Mana gue tau? Emang kita tetanggaan?
Janisha:
Aduh kesel banget gue
Lagian kakak gue yang hamil gue yang repot
Sarah:
Gue taunya cuma Kota Tua
Janisha:
Enggak Bekasi aja, Sar?
Sarah:
Ada juga, coba kesana aja.
Janisha:
:)
Nadine:
Ey Janisha, kata Arka ada di deket rumahnya.
Kurang baek apa coba gue sampai nanyain ke Arka khusus buat lo?
Janisha:
Oke, makasih sayangku!

Sementara itu, dari rumah Tian, lima orang cowok sedang berkumpul yang diantaranya adalah Arka, Jeffrey, Leo, Doni, dan Tian itu sendiri. Seperti umumnya perkumpulan laki-laki yang sebagian besar diisi dengan bermain game. Semua berjalan seperti biasanya hingga layar ponsel Arka berubah jadi tampilan panggilan masuk.

"Anjrit!" Arka menggaruk kepalanya gusar. Musibah seorang gamers adalah ketika di tengah-tengah permainan ada panggilan masuk.

"Lo jangan afk ya, awas aja!" Leo mengancam karena apabila Arka keluar, tim mereka akan kalah.

"Nggak bisa, Nadine ini!" Jawab Arka kemudian menjawab panggilan Nadine itu daripada memunculkan masalah dikemudian hari.

"Halo? Kenapa, Dine?"

In My FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang