heyo...
guys😭😭
kalau author ga update-update, mungkin doi lagi mengleyot, menglebur, mengpingsan👍🏻***
Hari senin sakral yang membuka ujian akhir semester. Minggu yang akan membuat hampir semua mahasiswa dan mahasiswi pasti akan memikirkan rencana terbaik untuk memperoleh nilai akhir atau IPK yang baik agar tidak ada pengulangan kelas.
Sesuai tawaran Jeffrey kemarin, Janisha menunggu cowok yang katanya ingin berangkat bersama itu. Untuk itu, gadis yang biasanya baru bersiap-siap dua puluh menit sebelum waktu seharusnya ia berangkat, hari ini bersiap lebih awal.
Paginya dibuka dengan dengusan, "Kenapa sih gue enggak punya baju?" sambil menatap lemari pakaian yang pada kenyataannya terisi penuh itu.
Ia melirik jam dinding yang sudah menunjukkan waktu seharusnya Jeffrey sudah tiba. Untuk itu, tidak ada pilihan lain selain mengenakan pakaian yang terakhir ia cocokkan di tubuhnya. Ialah potongan blus berwarna broken white yang dipadukan dengan celana jeans. Padanan yang paling aman yang bisa menjadi alternatif.
Ia memilih menunggu Jeffrey di kursi teras depan rumah setelah mempertimbangkan keselamatannya dari pertanyaan Mama jika melihat ia dijemput oleh seorang cowok. Meski Jeffrey sudah tidak asing bagi Mama, tetap saja Janisha belum memperkenalkan Jeffrey secara 'resmi'.
Sepuluh menit berlalu dan tersisa tiga puluh menit sebelum kelas pertamanya hari ini, namun Jeffrey belum menunjukkan batang hidungnya. Walau Janisha bukan tipe mahasiswa yang akan datang lebih awal seperti Sarah, namun mengingat jarak rumah dan kampus yang tidak dekat dengan sisa waktu sekarang sudah memungkinkannya untuk terlambat.
Janisha membuka ruang obrolan dengan Jeffrey yang bahkan cowok itu tidak sedang online. Tidak ada pilihan lain selain menanyakan keberadaan cowok itu sekarang.
Janisha:
Jadi jemput?Waktu terus berjalan namun tidak kunjung ada jawaban dari cowok itu. Sehingga gadis itu mengambil jalan lain dengan membuka aplikasi ojek online. Walau sangat tidak mungkin jika lima belas menit waktu tempuh untuk perjalanan dari rumah menuju kampus pada jam 9 pagi.
Ia berlari menuju ruang kelasnya yang sudah bisa ditebak bahwa saat ini ujian akhir sudah berlangsung. Sungguh, sejujurnya Janisha tidak punya nyali untuk mengetuk pintu, namun kelancaran perkuliahan menjadi taruhannya.
"Permisi, Kak," ucap Janisha di ambang pintu kelas.
Ia menyebut 'kak' karena untuk ujian akhir pada mata kuliah ini diisi oleh seorang asisten dosen bernama, Regan.
Regan menoleh ke asal suara kemudian melirik arlojinya. Ia berkata, "Terlambat dua puluh menit."
"Iya, maaf Kak."
"Alasan apa? Macet?"
"Saya telat dapat ojek online, Kak."
Regan mengangguk seolah paham. Namun pahamnya itu tidak juga berarti baik. Asisten dosen itu berkata, "Nanti menghadap sama Prof. Yahya saja."
Wajah nelangsa Janisha tidak bisa membuat Regan merasa iba. Cowok itu kembali pada aktivitas sebelumnya yaitu berjalan untuk mengelilingi kelas untuk mengawasi mahasiswa yang sedang ujian.
Janisha meninggalkan kelas sambil mengatur napasnya perlahan. Batinnya merapalkan agar tidak menangis sekarang. Ia berjalan menuju perpustakaan, tempat paling cocok untuk bersembunyi dan melepaskan emosinya. Tidak mengapa jika Jeffrey tidak menjemputnya, namun ia kesal karena Jeffrey tidak muncul tanpa pemberitahuan. Itulah mengapa Janisha sangat benci meminta tolong, bergantung atau berharap sesuatu dari orang lain karena takut kecewa dan berakhir kesal pada orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
In My Feeling
FanfictionJanisha Sabira, seorang mahasiswa tahun pertama jurusan ilmu komunikasi. Ketidakmampuannya menunjukkan perasaannya lewat kata, tindakan, bahkan ekspresi membuatnya terkesan dingin yang cenderung jutek. Ia bertemu dengan Jeffrey Adito, seorang kakak...