Bagian 56: Maaf

6.9K 1K 78
                                    

saya yang nulis, saya yang degdegan buat endingnya. pembaca lama pamer dulu gimana review endingnya🥰
anyway, vote and comment janlup!

***

Langkah Janisha berhenti beberapa meter sebelum ruang seminar, tempat Jeffrey akan melangsungkan seminar hasil. Tadinya ia datang untuk memberi semangat, namun niat itu seketika entah ngacir kemana setelah melihat ada banyak sekali teman-teman seangkatan yang ikut datang memberikan dukungan pada cowok itu. Dan semakin menghilang ketika seorang cewek yang tidak ia ketahui namanya, yang pasti teman seangkatan Jeffrey, berdiri dihadapan cowok itu untuk membetulkan letak dasi dan tatanan rambutnya. Mata Janisha sontak membulat kaget oleh tindakan yang diambil seorang cewek pada seorang cowok, baik sudah punya pacar ataupun tidak.  

Janisha membalik badannya kemudian melangkahkan kali kembali menjauhi ruang seminar setelah dengan sepenuhnya mengurungkan niat untuk menemui Jeffrey yang bahkan tidak protes dengan tindakan yang terlalu intens dari cewek lain.

Dalam langkahnya itu ia kemudian membatin, "Apa gue lebay ya?"

Sebab, bukankah selama ini Janisha merupakan orang yang paling santai dalam menghadapi segala sesuatu? Seperti, untuk cemburu pun rasanya sangat bukan Janisha. Akan tetapi, kali ini orang paling santai itu tidak bisa sesantai biasanya melihat seorang cewek yang tidak ia kenal menyentuh rambut pacarnya dan pacarnya itu tidak protes sedikitpun. Mungkin jika itu Celine, maka ia bisa untuk biasa saja. Namun kali ini kasusnya berbeda, Janisha sama sekali tidak mengenal, dalam artian tidak pernah tau hubungan cewek itu dengan Jeffrey. Bersahabat, teman akrab, teman satu geng, sebatas teman seangkatan, atau apa?

Jeffrey pun tidak pernah cerita tentang teman perempuan yang dekat dengan dirinya selain Celine. Jadi, jika sekarang perasaan mengganjal muncul dalam diri Janisha, maka itu merupakan salah cewek itu yang lancang menyentuh pacarnya, Jeffrey yang tidak protes, Jeffrey yang tidak pernah cerita tentang cewek itu, ataukah hanya Janisha saja yang lebay?

"Woi, kenapa lu?" tegur Marissa yang berpapasan dengan dirinya.

"Eh, nggak ke ruang seminar? Kak Jeffrey lagi semhas 'kan?" tanya Sarah yang datang bersama Marissa.

"Udah," jawab Janisha langsung lanjut pamit, "Gue kelas dulu ya?"

Janisha duduk pada kursi koridor di depan ruang kelas yang sebenarnya baru akan dimulai tiga puluh menit lagi. Entah, ia hanya duduk sambil membolak-balik lembaran buku tanpa sedikitpun tujuan untuk membaca sebagai pendalaman materi sebelum kelas. Hanya  duduk dengan tindakan dan pikiran yang tidak sinkron. Rasanya ingin memberi semangat secara langsung untuk Jeffrey, tetapi juga mendadak malas bertemu cowok itu.

"Janisul!" pekik suara nyaring dari ujung koridor mengangetkan Janisha. Gadis itu berlari menghampiri dan langsung duduk di sebelahnya. Dan siapa lagi orang yang bisa memekikkan namanya dari ujung koridor seperti itu selain Nadine?

"Lo kok disini?" tanyanya.

"Ya karna mau kelas,"

"Maksud gue, lo nggak ke Kak Jeffrey dulu?" geram Nadine karena bukan jawaban itu yang ia harapkan.

Janisha menghela napas malas, "Udah banyak yang semangatin."

"Mau banyak tapi nggak ada kekasih juga masih ada yang kurang kali, giman-" Nadine menghentikan celotehannya kemudian memberikan tatapan menyelidik, "Lo habis liat apa?"

"Enggak," sangkal Janisha kemudian lanjut berdiri, "Udah yuk masuk!"

Nadine menyusul langkah Janisha, "Lo pasti abis liat yang aneh-aneh 'kan? Apaan?"

"Ih, nggak ada!" bantah Janisha lagi.

"Bilang nggak adanya kayak kesel gitu?"

"Bisa diem nggak lo?"

Nadine tertawa, "Lo jangan ngambek dulu dong, nggak fokus ntar si Jeffrey."

"Orang dia belum liat gue,"

"Berarti lo liat dia?" tebak Nadine lagi, "Lo liat dia ngapain?"

"Hust!" Janisha berdesis kesal.

Setelah kelas, Janisha dan Nadine meninggalkan ruang kelas mereka dan langsung mendapati Arka dan Jeffrey yang masih dengan setelan formal khas orang seminar hasil pada umumnya.

"Nih orang dicariin!" omel Arka langsung.

"Orang lagi kelas!" jawab Janisha tanpa merasa salah.

"HP-nya mana, dipake! Diteleponin juga!"

Janisha berdesis sebal, "Lo kok kayak emak-emak sih?!"

"Gue aja datangnya telat, ya langsung masuk kelaslah!" lanjut Janisha.

"Bisa-bisanya telat cowoknya lagi semhas," nyinyir Arka.

"Namanya telat, ya telat aja."

"Udah-udah, ayo kita pergi aja, Ka." Nadine menarik pacarnya itu pergi, membiarkan Janisha dan Jeffrey menyelesaikan urusan mereka.

"Udah selesai kelasnya?" tanya Jeffrey yang memilih tidak mempermasalkan hilangnya gadis itu di salah satu hari pentingnya.

"Udah."

"Yaudah, kita pulang."

Pulang, padahal semalam mereka sudah merencanakan hal selain langsung pulang setelah seminar hasil Jeffrey. Namun, cowok itu seperti sudah paham sejak rencana awal yaitu janji Janisha yang akan menemuinya sebelum masuk ruang seminar, bahwa rencana itu hanya akan tinggal rencana. Walau ia sama sekali tidak tau apa masalahnya, tetapi sampai sini ia mencoba untuk mengerti sebatas itu saja.

"Oke."

Kali ini menjadi momen paling canggung, lebih canggung daripada saat Jeffrey mendapati Janisha dan Ken hari itu. Ini seperti ada rasa bersalah karena Janisha tidak memenuhi janji untuk menemui Jeffrey sebelum seminar hasilnya, namun juga ada rasa kesal karena ada suatu hal yang membuatnya batal memenuhi janjinya itu.

Dan, keheningan mengisi perjalanan pulang mereka. Sesampainya di depan rumah Janisha pun, gadis itu cuma sekedar mengucap terima kasih setelah turun dari motor Jeffrey. Namun, Jeffrey meraih tangannya, menahan gadis itu untuk tinggal dan membicarakan hal yang membuat mereka canggung hari ini.

"Aku minta maaf," ucap Jeffrey.

Janisha mengernyit, "Ha?"

"Kamu bukan telat 'kan?" tanya Jeffrey, "Marissa bilang kamu habis dari ruang seminar."

Janisha terdiam, ia tidak punya pembelaan.

"Kalau aku salah, diomongin."

"Kak Jeffrey merasa salah nggak?" balas Janisha, "Nggak 'kan?"

"Jan, kok gitu?" sahut Jeffrey agak kecewa dengan jawaban Janisha setelah ia menawarkan untuk membicarakannya dengan baik-baik.

"Aku yang minta maaf. Maaf karna nggak nyamperin Kak Jeffrey."

"Yaudah, hati-hati," ucap Janisha berniat melangkah dan menyudahi percakapan mereka.

Jeffrey kembali meraih tangan gadis itu, kali ini ia turut turun dari motor. Mereka berdiri berhadapan dengan Janisha yang tidak berani menatap mata Jeffrey.

"Diomongin dulu," ucap Jeffrey tegas.

"Ya, soal apa?" balas Janisha.

"Soal kamu sekarang," jawab Jeffrey, "Jelasin, Jan, aku nggak bakalan kalau kamu begini."

"Simpelnya, jangan minta maaf kalau nggak tau salahnya apa," ujar Janisha lalu meninggalkan cowok itu begitu saja.

Jeffrey menatap punggung gadis itu yang kemudian sudah menghilang sepenuhnya di balik pagar rumahnya. Ia masih terdiam di tempat, memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Pastinya, ia telah melakukan kesalahan tanpa ia sadari, bahkan sampai detik ini. Sementara itu, ia tahu Janisha bukanlah seseorang yang bisa secara langsung menyampaikan apa yang tidak ia sukai.

-tbc-

Janisha pms

In My FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang