kayaknya revisi yang menghadirkan semua sisi dari tokoh utama adalah keputusan yang paling benar dalam hidup gue haha
Dari revisi ini akhirnya lho akhirnya, Janisha enggak jadi amukan massa lagi. Buat pembaca baru mungkin liat komen-komen sebelumnya juga pasti bingung banget kenapa khalayak gedeg banget sama Janisha.
Jadi pelajaran juga buat kita semua kalau memyimpulkan sesuatu itu harus liat dari dua sisinya. Karna semua yang terjadi di dunia itu sifatnya ya sebab-akibat, enggak mungkin begini kalau enggak begitu.
So happy reading!!
***
PMJ(4)
Marissa:
Anyone, jalan yuk? Kemana kekNadine:
Kok baru ngabarin sih? Gue udah janji sama ArkaSarah:
Tau nih, gue juga baru iyain ajakan NarenJanisha:
Oh udah baikanMarissa:
@Janisha lo enggak ada janji sama cowo lo juga?Janisha:
Janjinya ada, cowonya yang enggak adaMarissa:
HAHAHAHAJanisha:
Dih ketawa, kayak punya cowo ajaSarah:
Cowok sih ada, jalannya yang enggak adaNadine:
Ku kira hanya dark coklat yang pahit, ternyata dark joke jugaJanisha:
Enggak ikutan ahMarissa:
Asem banget
@Janisha yuk sayangJanisha:
Boleh deh, gue juga lagi gabutSetidaknya hal yang paling dibutuhkan Janisha saat ini adalah hiburan. Ia butuh melepas penat karena tumpukan pikirannya akhir-akhir ini.
"Yah, lo mulu sih?" adalah kalimat sambutan Janisha saat Marissa baru membuka pintu mobil penumpang depan.
"Iya anjir, orang lagi pada jalan sama pacarnya."
"Lah, lo 'kan ada Koh Wira, ngapain ajak gue?"
"Hari ini 'kan hari minggu, lagi ibadahlah."
Janisha meringis agak ngeri dengan konflik hubungan sahabatnya itu. Bukan karena masalah antar kedua belah pihak, bukan karena ada orang ketiga, bukan pula masalah masa lalu yang belum usai, tetapi karena iman yang berbeda.
"Tapi kata gue ya, Ca, sebelum lo jalan terlalu jauh, buruan muter balik. Jalan yang lo jalani ujungnya lo udah tau 'kan?"
Marissa menghela napas berat, "Ya, nanti gue pikirin, gue masih sayang."
Ada suatu hal indah di dunia ini yang sangat tidak disarankan untuk dirasakan atau diketahui, ialah cinta beda agama. Cinta memang indah, namun akan berbeda cerita jika kita sudah dihadapkan oleh pilihan dia yang dicintai atau Tuhan yang memberikan kasih dan cinta.
Beberapa menit kemudian, mereka sampai di sebuah mall. Mereka hanya berkeliling dan sesekali memasuki toko yang menarik. Dalam perjalanan mereka itu, Marissa bertanya, "Lo beneran udah enggak berhubungan sama Kak Jeffrey?"
"Ya iya,"
"Tapi Jan, yang masih cinta 'kan Celine. Sedangkan Jeffrey udah jelas sekarang lagi perjuangin lo," ujar Marissa.
"Ca, Celine lebih butuh Jeffrey."
"Terus gimana sama Jeffrey yang maunya lo?" balas Marissa.
"Eh, ini wangi enggak?" Janisha mengulurkan sebuah botol parfum meminta pendapat Marissa agak wanginya. Sekaligus mengalihkan pembicaraan mengenai Jeffrey.
KAMU SEDANG MEMBACA
In My Feeling
FanfictionJanisha Sabira, seorang mahasiswa tahun pertama jurusan ilmu komunikasi. Ketidakmampuannya menunjukkan perasaannya lewat kata, tindakan, bahkan ekspresi membuatnya terkesan dingin yang cenderung jutek. Ia bertemu dengan Jeffrey Adito, seorang kakak...