Bagian 25: Hari yang sempurna

9.9K 1.4K 143
                                    

kayaknya revisi yang menghadirkan semua sisi dari tokoh utama adalah keputusan yang paling benar dalam hidup gue haha

Dari revisi ini akhirnya lho akhirnya, Janisha enggak jadi amukan massa lagi. Buat pembaca baru mungkin liat komen-komen sebelumnya juga pasti bingung banget kenapa khalayak gedeg banget sama Janisha.

Jadi pelajaran juga buat kita semua kalau memyimpulkan sesuatu itu harus liat dari dua sisinya. Karna semua yang terjadi di dunia itu sifatnya ya sebab-akibat, enggak mungkin begini kalau enggak begitu.

So happy reading!!

***

PMJ(4)

Marissa:
Anyone, jalan yuk? Kemana kek

Nadine:
Kok baru ngabarin sih? Gue udah janji sama Arka

Sarah:
Tau nih, gue juga baru iyain ajakan Naren

Janisha:
Oh udah baikan

Marissa:
@Janisha lo enggak ada janji sama cowo lo juga?

Janisha:
Janjinya ada, cowonya yang enggak ada

Marissa:
HAHAHAHA

Janisha:
Dih ketawa, kayak punya cowo aja

Sarah:
Cowok sih ada, jalannya yang enggak ada

Nadine:
Ku kira hanya dark coklat yang pahit, ternyata dark joke juga

Janisha:
Enggak ikutan ah

Marissa:
Asem banget
@Janisha yuk sayang

Janisha:
Boleh deh, gue juga lagi gabut

Setidaknya hal yang paling dibutuhkan Janisha saat ini adalah hiburan. Ia butuh melepas penat karena tumpukan pikirannya akhir-akhir ini.

"Yah, lo mulu sih?" adalah kalimat sambutan Janisha saat Marissa baru membuka pintu mobil penumpang depan.

"Iya anjir, orang lagi pada jalan sama pacarnya."

"Lah, lo 'kan ada Koh Wira, ngapain ajak gue?"

"Hari ini 'kan hari minggu, lagi ibadahlah."

Janisha meringis agak ngeri dengan konflik hubungan sahabatnya itu. Bukan karena masalah antar kedua belah pihak, bukan karena ada orang ketiga, bukan pula masalah masa lalu yang belum usai, tetapi karena iman yang berbeda.

"Tapi kata gue ya, Ca, sebelum lo jalan terlalu jauh, buruan muter balik. Jalan yang lo jalani ujungnya lo udah tau 'kan?"

Marissa menghela napas berat, "Ya, nanti gue pikirin, gue masih sayang."

Ada suatu hal indah di dunia ini yang sangat tidak disarankan untuk dirasakan atau diketahui, ialah cinta beda agama. Cinta memang indah, namun akan berbeda cerita jika kita sudah dihadapkan oleh pilihan dia yang dicintai atau Tuhan yang memberikan kasih dan cinta.

Beberapa menit kemudian, mereka sampai di sebuah mall. Mereka hanya berkeliling dan sesekali memasuki toko yang menarik. Dalam perjalanan mereka itu, Marissa bertanya, "Lo beneran udah enggak berhubungan sama Kak Jeffrey?"

"Ya iya,"

"Tapi Jan, yang masih cinta 'kan Celine. Sedangkan Jeffrey udah jelas sekarang lagi perjuangin lo," ujar Marissa.

"Ca, Celine lebih butuh Jeffrey."

"Terus gimana sama Jeffrey yang maunya lo?" balas Marissa.

"Eh, ini wangi enggak?" Janisha mengulurkan sebuah botol parfum meminta pendapat Marissa agak wanginya. Sekaligus mengalihkan pembicaraan mengenai Jeffrey.

In My FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang