sabtu-minggu cepet banget sih? draft gue belum siap😭
***
Dosen mata kuliah Pengantar Statistik sedang menjelaskan teori beserta rumus-rumus statistiknya di depan sana. Bisa dibayangkan anak Soshum dihadapkan dengan statistik yang tidak jauh dari matematika dan angka yang merupakan mata kuliah anak Saintek. Bahkan diajak berteori panjang pun hanya sekitar 50%-60% yang bisa terserap akal.
"Woi, udah lewat enggak sih jamnya?" bisik Leo yang duduk di kursi belakang.
"Ingetin sana," timpal Arka.
Beberapa pasang mata kini menatap Leo penuh harap karena hanya cowok itu yang bisa tanpa rasa bersalah mengingatkan waktu pada dosen. Terdengar lebih ke kurang ajar memang, namun manusia spesies ini bisa sedikit membantu dalam keadaan tidak menguntungkan seperti sekarang.
"Gue aja terus!" ucap Leo.
"Ada forum apa di belakang?" tegur Bu Susi selaku dosen pengampu yang mendengar samar-samar suara dari mahasiswanya.
"Enggak, Bu. Ini Marissa tadi nanyain jam."
"Anjing!" decit Marissa yang namanya harus dijual padahal ia tidak tahu apa-apa.
"Oh iya, jam berapa sekarang?" Bu Susi turut bertanya.
"Lima belas empat lima, Bu."
"Lewat ya jam saya?"
"Iya, Bu."
"Ya sudah kalau begitu kita lanjut pekan depan. Sebagai parameter kalian paham materi hari ini, kerjakan tugas di akhir ppt saya. Kumpulkan lewat email."
"Baik, Bu."
Bu Susi meninggalkan ruang kuliah menandai bonyoknya Leo setelah dilempar tas oleh Marissa. Tidak perlu heran jika dalam sehari Leo tidak bonyok, lebih heran jika dalam sehari itu Leo tidak dipukuli karena tidak mencari gara-gara.
"Sialan ya lo, untung Bu Susi enggak ngatain gue kurang ajar!"
"Iya bagus 'kan!"
"Bagus pala lo? Lo mau kurang ajar jangan bawa-bawa gue!"
"Ca, nama lo udah menyelamatkan kita sekelas hari ini."
"Bodo amat!"
Sarah datang menengahi, "Udah yuk, Ca. Takut banget gue pita suara lo lepas gara-gara ngomel mulu."
Sarah bersama Janisha dan Nadine pun menarik Marissa untuk meninggalkan kelas dan menyudahi pertengkarannya dengan Leo. Setelah kelas terakhir hari ini, mereka berkumpul di parkiran motor seperti biasanya kemudian disusul Arka yang tentu akan pulang bersama Nadine.
"Ca, dicariin Bang Wira." adalah hal pertama yang disampaikan Arka pada Marissa.
"Kenapa cari gue? Ada utang gue?" jawab Marissa nyolot.
"Ya dia pacar lo, Siti!" sahut Janisha geram.
"Oh iya lupa," Marissa kini menyengir.
Nadine terkekeh mencibir, "Masalah sama Leo, semuanya digedegin."
"Yaudah gue samperin ayang dulu ya?" pamit Marissa disambut reaksi mual, muntah, dan rasa ingin pingsan dari pendengarnya.
"Ojol gue juga udah sampai, duluan ya!" Sarah ikut pamit.
"Dih, kapan lo pesen ojol?" desis Janisha kesal.
"Gue pikir lo bareng Kak Jeffrey?"
"Enggak, enggak tau. Yaudah sana deh!" usirnya yang terlanjur kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
In My Feeling
FanfictionJanisha Sabira, seorang mahasiswa tahun pertama jurusan ilmu komunikasi. Ketidakmampuannya menunjukkan perasaannya lewat kata, tindakan, bahkan ekspresi membuatnya terkesan dingin yang cenderung jutek. Ia bertemu dengan Jeffrey Adito, seorang kakak...