Bagian 18: Pelatih tidak ikut main

10.1K 1.5K 32
                                    

Hai gengs, maafin gak update huhu...
jangan lupa vote dan komen!!!
love me.

***

Gedung mata kuliah umum cukup ramai sore ini. Hanya di gedung inilah mahasiswa dapat bertemu dengan mahasiswa lain dari departemen hingga fakultas yang berbeda. Kalau kata Marissa, ini adalah kesempatan buat cuci mata.

"Eh, eh, itu Si Rossa!" Sarah berujar heboh membuat ketiga temannya itu turut menengok ke arah yang ditunjuknya.

"Siapa Rossa?" tanya Janisha yang tidak merasa kenal dengan pemilik nama yang disebutkan oleh Sarah itu.

"Yang gue bilang nge-DM Naren!"

"Heh, kemarin aja lo lupa pacaran sama Naren, kok sama cewek yang DM Naren lo inget?" Heran Nadine.

"Karena kesalahan enggak bisa dilupakan gitu aja," jawab Sarah.

"Sedep!" ketiganya kompak.

"Yaudah labrak aja sana," Janisha mengompori.

"Selamat siang, gadis-gadis Bang Leo!" Ujar seseorang yang kini menyelinap di antara Sarah dan Marissa.

"Cib, Bang Leo!" cibir Janisha lalu tertawa.

"Kenapa emang kalau Bang Leo? Bang Jeffrey aja enggakpapa, ya 'kan Bang?" Leo meminta persetujuan dari cowok yang ternyata datang bersama Leo. Karena itu, Leo mendapat tonjokan di bahunya beserta tatapan yang mengisyaratkan, "Kenapa lo enggak bilang ada Kak Jeffrey?"

Leo meringis lebay, padahal tonjokan itu hanya setengah dari kekuatan Janisha. Ia kemudian berkata, "Liat 'kan Bang, lo jangan macem-macem sama dia. Ditonjok lho!"

"Eh tapi kalau Janisha nonjok Bang Jeffrey mah bukannya sakit, malah cinta ya?" lanjut Leo diikuti tertawaan dari Jeffrey yang artinya tidak menolak pernyataan tersebut.

"Aduh, enggak kuat gue sama keuwuan gini. Arka mana sih?!" Ujar Nadine tidak mau kalah.

"Mau uwu jangan cari Arka, Dine," ucap Sarah.

Nadine meringis, "Sar, kok bener?"

Marissa berujar, "Udah, bubar yuk, kecuali Janisha."

Janisha yang sedari tadi hanya diam itupun akhirnya angkat suara untuk protes, "Kok gue sih?"

Nadine berkata, "Kelas kita masih lima belas menit lagi. Jalan-jalan dulu sana!"

"Jalan-jalan di kampus liat apaan?"

"Kampus bisa rasa Paris, Sar, kalau lagi kasmaran!" Ucap Leo mendapat sorakan setuju dari Nadine dan Marissa.

"Dadah, balikin temen gue ya, Kak!" Nadine melambaikan tangan sembari menarik Marissa dan Sarah untuk pergi.

Jeffrey dan Janisha pun ditinggal berdua. Dalam situasi ini Janisha mulai gelisah harus bersikap dan berucap apa sehingga atmosfer di antara mereka tidak terlalu kaku. Namun karena kurangnya pengalaman dan kenyataan bahwa sekarang jantungnya sedang berpacu tidak normal, ia pun hanya sibuk mengedarkan pandangan hanya agar ada pekerjaan.

"Nih," Jeffrey mengulurkan sebuah totebag milik sebuah gerai kopi, "Red velvet frappuccino."

Janisha menerima totebag tersebut, "Makasih."

"Kayaknya lo makasih terus sama gue," ujar Jeffrey seraya terkekeh kecil di akhir kalimatnya.

"Terus harus gimana?"

Jeffrey terkekeh mendengar pertanyaan polos itu. Ia kemudian bertanya, "Yang ditanyain ke Leo enggak mau ditanyain langsung aja?"

Janisha berdesis geram atas kelemesan mulut temannya yang bernama Leo itu. Ia kemudian berkata, "Enggak, 'kan udah tau."

In My FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang