Jangan lupa vote dan komen🤗
Find me on twitter @hello_fuzy***
Hari minggu pagi, Jeffrey bersiap-siap untuk jogging. Ia yang memasang mengikat tali sepatu di teras depan rumahnya kemudian melihat Jevano datang dari arah luar rumah sambil membawa sebuah kotak paket.
"Darimana?" Tanya Jeffrey ada adiknya yang tumben bangun pagi.
"Beli bubur," jawab Jevano lanjut mengulurkan kotak di tangannya itu pada Jeffrey, "Nih, paket lo."
Jeffrey mengernyit bingung, "Dari siapa?"
"Mana gue tau," jawab Jevano lagi kemudian meninggalkan Jeffrey dan kotak paket tersebut.
Dengan penasaran, ia membuka kotak yang memang bertuliskan 'untuk Jeffrey Adito' itu. Ia menyobek kertas terakhir yang membungkus kotak yang ternyata berupa kotak sepatu. Jeffrey semakin antusias ketika mengetahui isi kotak tersebut adalah sepatu basket yang sudah lama ia incar. Dalam salah satu sepatu terdapat kartu ucapan; Dear Jeffrey Adito, Happy belated birthday. Semoga suka sama hadiah gue ya, semangat eventnya!! From your beautiful best friend, Celine.
Jeffrey mengulas senyum setelah membaca kartu itu. Celine memang suka melakukan kejutan tidak terpikirkan. Walau Jeffrey sudah curiga mengapa saat ia berulang tahun minggu lalu Celine bahkan tidak mengucapkannya via pesan singkat, namun ia tetap tidak menyangka bahwa gadis itu masih sempat memikirkan kado ulang tahun untuknya. Padahal, seperti yang kita ketahui, Celine pasti sibuk mengurus papanya di rumah sakit.
Setelah mengirim pesan pada Celine itu, Jeffrey melanjutkan niat awalnya untuk jogging. Ia berlari kecil hingga sekitar lima ratus meter dari arah barat rumahnya, kemudian menemui sebuah taman kompleks. Sebetulnya Mami sudah memberitahunya tentang taman kompleks tersebut, akan tetapi baru kali ini Jeffrey mengunjunginya.
Taman kompleks yang ramai dengan anak-anak bermain, orang yang sedang lari pagi, dan pedagang jajanan.
Saat sedang melihat-lihat situasi taman, seorang anak kecil yang sedang bermain perosotan terjun bebas dari perosotan dan tersungkur ke tanah sehingga langsung menangis. Ia menghampiri bocah lelaki itu untuk membantunya berdiri.
"Enggakpapa ya? Anak cowok harus kuat 'kan ya?" Ucapnya mencoba menenangkan anak itu.
Namun, namanya juga anak kecil, ia masih saja menangis sehingga Jeffrey berinisiatif menggendongnya.
"Mamanya dimana?" Jeffrey bertanya kemudian dijawab dengan telunjuk anak itu menunjuk ke arah seorang perempuan yang duduk di kursi taman sambil sibuk dengan ponselnya. Perempuan itu menoleh mungkin sudah mendengar tangisan yang familiar baginya.
Mengetahui siapa perempuan itu membuat Jeffrey sedikit terkejut. Kesimpulan yang tidak bisa diterima akal sehatnya mau tidak mau tercetus di kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
In My Feeling
FanfictionJanisha Sabira, seorang mahasiswa tahun pertama jurusan ilmu komunikasi. Ketidakmampuannya menunjukkan perasaannya lewat kata, tindakan, bahkan ekspresi membuatnya terkesan dingin yang cenderung jutek. Ia bertemu dengan Jeffrey Adito, seorang kakak...