***
"Paradigma dibagi menjadi tiga bagian," dikte Nadine sementara Janisha mengetik bagian pembahasan untuk makalah kelompok mereka.
"Pertama paradigma positiveme-empiris...,"
"Positiveme-empiris...," ulang Janisha yang merasa jeda dikte Nadine sudah terlalu lama. Namun kemudian tidak ada lanjutan lagi dari gadis itu. Hal tersebut membuat Janisha melirik Nadine yang begitu serius dengan ponselnya.
"Woi, lanjutin!" pekau Janisha kesal.
"Eh iya, sorry-sorry," Nadine kembali membaca buku referensi, "Yang oleh penganut aliran ini memandang bahasa sebagai jembatan antara manusia dengan objek diluar dirinya. Kedua...,"
"Kedua apa?!" kesal Janisha karena Nadine kembali tidak fokus. Ia berdecak sebal, "Lo aja Sar yang baca."
"Lagian lo liatin apaan sih?" Celetuk Marissa yang juga heran dengan kelakuan Nadine
"Enggak mungkin chat sama Arka pastinya," Janisha mencibir karena hafal betul pola hubungan Nadine dan Arka.
"Ini ada hotel baru, masih promo. Kita stay cation yuk!" Ajak Nadine telah menjelaskan alasan ia tidak fokus mengerjakan tugas kelompok mereka.
"Hotel di Jakarta? Ngapain banget stay cation di Jakarta?" Sahut Janisha.
"Liat dulu nih, hotel baru, estetik, dan masih promo opening pula!" Nadine masih berpromosi, "Nih liat, kemarin baru aja bulan lalu mereka baru aja opening dan minggu ini udah open for public. Kamarnya udah hampir penuh."
Nadine memperlihatkan profil hotel yang ia maksud pada ketiga sahabatnya itu.
"Oke juga sih, kapan lagi hotel bintang lima kawasan kemang nyaris lima ratus ribu gini?" ujar Marissa.
"Coba liat," ucap Janisha yang akhirnya tergoda juga.
Melihat hotel tersebut, ia menyipitkan mata dan mencoba memastikan bahwa hotel tersebut adalah hotel yang sama dengan hotel tempat ia, Jeffrey, Om Adito, dan Tante Tari makan malam tempo hari. Arsitektur dan ornamen dalam hotel itu memang benar-benar masih segar, wajar jika sekarang menjadi tempat untuk stay cation yang viral.
Di laman sosial media hotel tersebut juga terpampang kegiatan opening yang dilangsungkan di bulan Juni lalu. Janisha masih melihat-lihat hingga jempolnya berhenti pada sebuah foto yang menampilkan seorang pria yang sedang memberikan sambutan pada acara peresmian hotel saat itu. Sosok pria yang sangat tidak asing dengan keterangan 'Greetings from our Co-Founder, Mr. Adito...' pada fotonya itu kini membuat tubuh Janisha mematung, raganya seperti baru saja melayang keluar.
"Kenapa lo?" heran Nadine.
"Pukul gue sekarang!" seru Janisha tiba-tiba.
"Hah?"
"Pukul!!"
Plak!
"Aw! Lo mah mukulnya pake dendam!" ringis Janisha setelah perintahnya itu dilakukan oleh Marissa tanpa pikir panjang.
"Lagian lo aneh banget?"
KAMU SEDANG MEMBACA
In My Feeling
أدب الهواةJanisha Sabira, seorang mahasiswa tahun pertama jurusan ilmu komunikasi. Ketidakmampuannya menunjukkan perasaannya lewat kata, tindakan, bahkan ekspresi membuatnya terkesan dingin yang cenderung jutek. Ia bertemu dengan Jeffrey Adito, seorang kakak...