guys, doain ya? doain aja😀👍🏻
***
Event basket tahunan yang tahun ini dituan rumahi oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Politik resmi dibuka hari ini. Gor kampus ramai dihadiri tim basket tiap fakultas berserta dengan suporternya. Semua panitia disibukkan dengan tugas masing-masing divisinya.
Janisha dan anggota divisi acara lain mengatur kelancaran acara pembukaan hingga dilanjutkan dengan pertandingan pertama. Hari ini mungkin menjadi hari dimana ia beraktivitas dan berbicara terbanyak sepanjang hidupnya. Setidaknya inilah salah satu dampak positif ikut kepanitiaan kampus, melakukan yang dulunya tidak terpikirkan bisa dilakukan, namun akhirnya berhasil menerobos persepsi itu, keluar dari zona nyaman.
"Eh eh, minum dulu," Nadine datang memberinya sebotol minuman isotonik yang tidak lain adalah salah satu sponsor acara ini.
"Makasih," Janisha menerima lalu meneguk minuman tersebut hingga setengah botol.
"Lo jadian sama Kak Jeffrey?"
"Pfttt—" sontak saja Janisha langsung menyemburkan minumannya atas pertanyaan di tengah aktivitas minumnya itu.
"Iyuh, jorok banget!"
"Ya, lo nanyanya tunggu gue beres minum kek?!"
"Lagian kaget banget ditanyain gitu?" Nadine melanjutkan, "Gimana cara nembaknya?"
"Ya gitu deh!" Janisha mengambil langkah meninggalkan sahabatnya yang kepo itu lantaran terlalu malu membahas hal tersebut.
Nadine menyusul kemudian menyenggol bahunya berniat menggoda, "Ceilah!"
Janisha mendengus sebal, "Apaan sih lo?"
"Jadi udah enggak jomblo dong?"
"Ih, lo 'kan udah tau. Nanya mulu!"
Nadine tertawa puas. Tidak biasanya Janisha menjadi sisi terpojokkan dan tidak bisa berkutik begini, sehingga ia memanfaatkan momen ini sebaik mungkin untuk menggoda sahabatnya itu. Di tengah Nadine terus menggoda Janisha itu, "Lo berdua," seorang senior cewek dari arah berlawanan datang menegur mereka.
"Seru banget gue liat ketawa-ketiwi disini sementara yang lain kerja," lanjutnya.
"Iya, maaf, Kak." Nadine lantas menarik Janisha untuk segera pergi. Beberapa meter dari senior cewek itu, Nadine berujar, "Sensi banget sih? Penuh tekanan ya hidupnya?"
"Dia sensi sama gue kali?" Ucap Janisha.
"Yaelah, Kak Celine aja woles, dia yang heboh. Pantes aja tuh Kak Doni enggak mau sama dia!"
"Ck, julid banget anjir!" cibir Janisha merasa dua masalah itu berbeda sehingga tidak dapat dikaitkan.
"Ada apa nih sebut-sebut nama gue?" Sebuah suara berat kembali menginterupsi percakapan mereka.
"Dicariin Kak Rachel tuh, Kak."
"Hust!" tegur Janisha karena Nadine berkata yang tidak benar.
"Kenapa lagi tuh orang?" tanya Doni.
"Enggak taulah, sensi banget."
"Omongan dia masuk telinga kanan keluar telinga kiri aja," ucap Doni membuat kedua gadis itu tertawa. "Yaudah, sana lanjut."
Aktivitas hari ini masih panjang. Bahkan saat fajar mulai menyingsing membuat langit perlahan menggelap pun terbilang hanya hitungan jari panitia yang sempat menempelkan bokong untuk duduk. Seperti sekarang, baru beberapa detik Janisha duduk di tribun penonton, seorang teman panitianya kembali meminta bantuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
In My Feeling
FanfictionJanisha Sabira, seorang mahasiswa tahun pertama jurusan ilmu komunikasi. Ketidakmampuannya menunjukkan perasaannya lewat kata, tindakan, bahkan ekspresi membuatnya terkesan dingin yang cenderung jutek. Ia bertemu dengan Jeffrey Adito, seorang kakak...