Gimana nih ceritanya? Komen dong!
Jangan lupa vote jugak
Jangan lupa follow twitter ku @hello_fuzy atau bisa klik di bioku. Lets be friend!***
"Baik, sekian untuk kelas hari ini. Sebagai bahan diskusi minggu depan saya mau kalian mempersiapkan materi dari jurnal atau buku rujukan," Prof. Teddy menutup kelas sore ini kemudian meninggalkan kelas.
"Coba sehari saja..."
"Satu hari saja,"
"Tidak ada tugas!" adalah duet dari Nadine dan Janisha atas keresahan mereka dengan tugas yang selalu datang setiap harinya.
"Berhenti kuliah kalau enggak mau tugas," ujar Marissa.
"Lalu menikah dan hidup bahagia," timpal Sarah.
"Syukur abis nikah hidup bahagia, hidup ini keras, Bung!" celetuk Janisha.
Mahasiswa lain sudah mulai meninggalkan kelas, sementara Janisha, Nadine, Sarah, dan Marissa serta beberapa sisanya masih mengobrol di dalam kelas.
"Jan, Naren semalem ke rumah lo?" Sarah bertanya.
Yang ditanya malah mengernyit bingung lalu menjawab, "Enggak."
"Oh," sahut Sarah lagi dengan nada kekecewaan yang dapat terdengar jelas.
"Kenapa lagi?" Nadine ikut nimbrung.
"Enggakpapa,"
Marissa memperjelas, "Ya ributlah, apa lagi?"
"Aduh, pusing gue, kalian punya hubungan ada aja ributnya."
Nadine berucap, "Itu seninya, Jan."
"Seni yang tidak memiliki nilai?"
"Eh btw, Jan, lo bakal datang reuni SMA nggak?"
Janisha dan Marissa datang dari sekolah menengah atas yang sama meski mereka baru akrab setelah berkuliah di kampus yang sama.
"Ngapain?"
"Temu kangenlah!"
"Gue enggak kangen sama siapa-siapa,"
"Yakin?" Marissa meragukan jawaban itu.
Meskipun Nadine dan Sarah tidak datang dari SMA yang sama dengan mereka, namun untuk urusan masa SMA Janisha, mereka sudah pasti paham. Sehingga Marissa meminta persetujuan dengan, "Iya nggak?"
"Udah enggak dong, 'kan udah ada Kakak Jeffrey. Iya nggak sih?" Nadine sebagai
"Mm? Enggak tau deh," jawab Janisha membuat bahunya mendapat toyoran dari Nadine.
"Kok enggak tau sih?"
"Ya, mana gue tau?" Janisha meringis atas toyoran dari Nadine serta atas pembahasan mengenai Jeffrey yang selalu membuatnya bingung.
"Jadi lo mau dateng enggak nih?" Marissa kembali pada permasalahan awal.
Janisha berkilah, "Lo enggak liat kaki gue nih?"
Ditoyornya pergelangan kaki kanan Janisha itu oleh Marissa untuk menguji kebenarannya. Dengan kondisi kakinya yang memang sudah membaik Janisha hanya berakting meringis yang tidak juga membuat Marissa percaya.
"Awas ya lo enggak dateng!" ancam Marissa yang tidak bisa lagi diganggu gugat.
"Jan," panggil Leo dari kursi belakangnya.
"Apaan?" sahut Janisha.
"Lo pulang sama gue ya,"
Janisha mengernyit, "Ada angin apa lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
In My Feeling
FanfictionJanisha Sabira, seorang mahasiswa tahun pertama jurusan ilmu komunikasi. Ketidakmampuannya menunjukkan perasaannya lewat kata, tindakan, bahkan ekspresi membuatnya terkesan dingin yang cenderung jutek. Ia bertemu dengan Jeffrey Adito, seorang kakak...