Dengan mempertimbangkan pembaca offline, jadi roomchatnya naskah aja ya<3
***
Jeffrey baru saja menyelesaikan kelasnya hari ini. Kini ia berjalan bersama Wira, partner seangkatannya. Dulunya mereka kumpul lebih ramai, namun karena beberapa dari mereka ada yang baru saja lulus seperti Tian, sibuk dengan tugas akhir seperti Ten dan Doni, dan banyak hal lain.
Dalam perjalanan Jeffrey dan Wira untuk meninggalkan kampus, mereka berpapasan dengan Arka, dkk. kecuali satu orang biasanya juga turut bersama mereka.
"Udah kelar kelas, Ka?" adalah bentuk basa-basi pertama untuk menyapa Arka.
"Enggak, baru mau masuk malah," jawab Arka.
"Janisha mana?" adalah inti dari maksudnya menyapa Arka.
"Sakit," jawab Arka.
"Sakit?"
"Ho'oh,"
"Oke," ucap Jeffrey lagi.
Mereka pun berpisah untuk menuju pada tujuan masing-masing. Jeffrey lalu merogoh saku celananya demi mengambil ponsel. Ia kemudian mencari kontak Janisha lalu mengiriminya pesan.
Jeffrey:
Katanya lagi sakit, sakit apa?Sejujurnya ini baru pesan kedua yang ia kirimkan pada gadis itu setelah menyimpan nomornya.
Sementara itu, dari tempat berbeda, Janisha hanya merebahkan dirinya sepanjang hari. Nyeri datang bulan dan badan terasa ambruk, hal yang biasa terjadi namun jarang sampai ia harus izin seperti sekarang.
"Jan," Mama membuka pintu kamarnya, "Ada temen-temen kamu."
Tidak perlu bingung dan menanyakan teman yang mana, karena teman-temannya memang hanya PMJ plus Arka dan Leo.
Ia pun menemui teman-temannya itu di ruang tamu. Kedatangannya disambut dengan, "Lo sakit apa sih?" Oleh Nadine.
"Bisa sakit juga, Jan?" Leo menimpali.
Janisha hanya membalas perkataan teman-temannya itu dengan kekehan, sedang tidak sumbu pendek. Ia kemudian memberikan penawaran, "Mau minum apa?"
"Aelah, enggak usah repot, teh tarik satu." Leo menyahut.
"Lo pikir ini warung Uncle Muthu?"
"Yang ada aja deh!" Lanjutnya lalu beranjak ke dapur.
Tidak lama kemudian, ia kembali dengan nampan berisi lima gelas sirup leci. Sambil meletakkan nampan tersebut ia berujar ala pelayan di tempat makan, "Pesanan udah lengkap ya?"
"Masih bisa melawak ya?" Ujar Sarah.
"Kan emang dia enggak sakit, akting aja 'kan lo?" Tuduh Marissa.
"Enak aja, beneran nih, gue rapuh!"
"Anjir, rapuh!" Seru Nadine disambut tertawaan dari yang lain.
"Rapuh gimana? Perasaan kemarin baru dianterin pulang sama gebetan?" Beber Leo lantas mendapat sorotan mata tajam oleh Janisha.
"Dih, siapa gebetan gue?" Sahutnya membela diri karena apa yang dituduhkan Leo tidak benar.
"Wah, parah, lo phpin temen gue doang?" Leo menyerocoh lagi.
"Apaan sih nih orang, kayaknya lo yang sakit, Eo?"
Marissa menengahi, "Hust, udah-udah, ribut mulu!"
Akan tetapi, setelah menengahi Leo dan Janisha, Marissa malah kembali menarik pada topik mengenai Jeffrey. Ia berkata, "Gue bilangin ya Jan, jangan gampang luluh. Ya, walaupun dia emang ganteng, tapi omongan cowok tuh susah dipercaya. Apalagi modelan gengnya mereka nih."
KAMU SEDANG MEMBACA
In My Feeling
FanfictionJanisha Sabira, seorang mahasiswa tahun pertama jurusan ilmu komunikasi. Ketidakmampuannya menunjukkan perasaannya lewat kata, tindakan, bahkan ekspresi membuatnya terkesan dingin yang cenderung jutek. Ia bertemu dengan Jeffrey Adito, seorang kakak...