Bagian 44: Janisha vs Narendra

7.4K 1.1K 25
                                    

***

Plak...

Nadine yang baru saja datang langsung menggeletakkan sebuah kotak kardus berwarna putih berukuran sedang di atas mejanya secara kasar serta dengan dengusan malas. Melihat hal tersebut ia mendapat tatapan bingung dari ketiga sahabatnya yang sudah lebih dulu ada di kelas.

"Kenapa sih?" tanya Janisha.

"Danus!" ungkapan itu lantas mengunang gelak tawa dari Janisha, Sarah, dan Marissa.

"Kya..., risolnya kak!" ejek Marissa.

"Bukan risol. Udah lo beli deh biar cepet kelar."

Sarah membuka kotak tersebut untuk melihat isinya, "Oh, donat."

"Janisha, Sarah, Marissa masing-masing lima ya?"

"Harganya?"

"Sepuluh ribu doang, elah."

Janisha berujar, "Dengan keadaan donat yang menyedihkan ini, lima ribu juga gue mikir sih."

"Yaelah," Nadine menghela napas, "Tapi iya juga sih. Ini pesen donat dimana sih?"

"Beli aja kek, abis itu lo donasiin kemana juga terserah." Lanjutnya.

"Tapi kalian ambil lima berarti masih sisa lima biji lagi," Nadine terus menyerocos.

"Emang siapa yang setuju beli lima sih?" Protes Sarah.

"Ah, beli aja!"

"Lo dagang apa malak ya?" heran Janisha.

"Eh, sama tawarin ke temen-temen, keluarga, dan pacar lo pada ya?"

"Beneran udah punya basic dagang nih orang," kekeh Marissa.

"Tawarin ke Naren dong, Sar?" Nadine yang masih kekeuh untuk menghabiskan jatah danusannya.

Sarah mendesis, "Salah orang," katanya.

Marissa terkekeh kecil, "Belum baikan juga?"

"Gue juga bingung sama dua bocah ini," ujar Janisha yang sudah cukup jengah mengikuti perkembangan hubungan Sarah dan Narendra.

"Yaudah, Janisha aja, chat Naren sekarang."

"Kok ngatur sih?"

"Aduh, plis dong, gue males banget disuruh tawarin ke senior-senior. Donat kagak laku, nomor telepon gue yang ditanyain."

Ketiganya kompak menertawai Nadine. Marissa berucap, "Malah jadi strategi penjualan dong beli donat gratis nomor?"

"Sialan, lo pikir gue cewek apaan?"

"Kasih aja nomor siapa kek, enggak usah nomor lo beneran."

"Enggak-enggak. Udah deh, buruan tawarin ke Naren aja."

Dengan berat hati Janisha pun mengirim pesan pada sepupunya itu. Padahal semenjak hari dimana Narendra ngambek dan langsung pulang itu, keduanya belum pernah saling menghubungi lagi.

Janisha:
Na, lo mau beli donat?
Danusan Nadine

Narendra:
Donat apa?

Janisha:
Ya donat

Narendra:
Berapaan?

Janisha:
Lima puluh ribu

Narendra:
Donat apaan lima puluh ribu?

Janisha:
Dapat lima
Bantuin danusan orang

Narendra:
Yaudah, bawain ke rumah

In My FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang