vote dan komen👍🏻
***
"Reen, Prof. Yahya jutek enggak sih?" Tanya Janisha melalui sambungan telepon pada seorang cewek bernama Maureen selaku ketua kelas untuk kelas Prof. Yahya itu.
"Gue aja jarang berurusan sama Prof. Yahya, gue mending lewat Kak Regan."
"Tapi lo denger sendiri 'kan Kak Regan suruh gue langsung menghadap sama Prof. Yahya aja."
"Coba lo bujuk dulu deh,"
"Lah, bujuk gimana?"
"Lo temuin Kak Regan dulu,"
Janisha terdiam sembari memikirkan langkah mana yang akan ia ambil, yang pastinya ia tidak ingin mendapatkan nilai error, sehingga harus mengulang kelas.
"Yaudah, makasih ya, Reen."
Janisha memijit pelipisnya yang terasa pening sejak tadi. Rasanya ia sangat ingin mengamuk, namun tidak tahu harus mengamuk pada siapa.
Ponselnya kembali berdering menandakan sebuah panggilan masuk. Pada layar tertera 'Jeffrey is calling'. Butuh waktu beberapa detik sampai akhirnya ia menjawab panggilan itu. Menjawabnya pun ia hanya terdiam menunggu Jeffrey membuka suara lebih dulu.
"Janisha,"
"Lagi sibuk?"
"Lumayan,"
"Oh..." cowok di seberang sana seperti tidak dapat berkata apa-apa lagi atas jawaban dingin Janisha. Sehingga daripada berbasa-basi, ia langsung saja pada niat awalnya menelepon Janisha.
"Gue minta maaf,"
"Enggakpapa."
"Gue minta maaf,"
"Iya."
"Janisha..."
"Kak Jeffrey, lanjut belajar dulu ya, besok kelas pagi."
"Ah, iya. Selamat belajar."
Sungguh Jeffrey dibuat tidak bisa berkutik. Janisha menjadi lebih dingin daripada saat pertama kali ia berbicara pada gadis itu.
Sementara itu, Janisha tidak bisa mengendalikan suasana hatinya yang sedang benar-benar buruk saat ini. Tiga hal yang tidak bisa diterima Janisha dari orang lain adalah dibentak, tidak didengarkan, dan janji yang tidak ditepati.
Namun pertanyaan, "Gue berhak marah enggak sih?" tercipta di kepalanya.
"Agrrrr!" Janisha beranjak dari kursi meja belajarnya sambil mengacak rambut frustasi. "Lagian Kak Jeffrey juga enggak jelasin apa-apa, cuma minta maaf terus. Gue enggak marah yang butuh maaf, gue butuh penjelasan."
Besoknya, seperti hari-hari kuliah pada umumnya, Janisha mengikuti perkuliahan. Namun hari ini ia datang lebih awal untuk terlebih dahulu menemui Kak Regan dan bernegosiasi sedikit. Syukur-syukur asisten dosen itu mengasihaninya.
Hasil dari tanya sana-sini, ia memperoleh informasi keberadaan Regan yaitu di taman fakultas. Cowok itu duduk di kursi meja beton yang memang disediakan di taman fakltas ini sebagai fasilitas tempat belajar luar ruangan. Dengan langkah ragu dan tangan yang sudah dingin membeku pertanda ia sedang cemas, Janisha kini sudah berdiri tepat dihadapan Regan. Regan yang merasa seseorang berdiri dihadapannya itu kini menatapnya seperti bertanya.
"Saya Janisha, Kak, kelas ilkom A." Ucap Janisha memperkenalkan diri.
"Oh..." oleh jawaban itu Janisha semakin ragu jika Regan akan berbaik hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
In My Feeling
FanfictionJanisha Sabira, seorang mahasiswa tahun pertama jurusan ilmu komunikasi. Ketidakmampuannya menunjukkan perasaannya lewat kata, tindakan, bahkan ekspresi membuatnya terkesan dingin yang cenderung jutek. Ia bertemu dengan Jeffrey Adito, seorang kakak...