hello, happy reading.
***
"Tunggu bentar ya, Adikku." Ucap Mba Vivi lantas mendapat putaran mata jengah dari sang adik yang tidak suka hal cringe. Dan Mba Vivi menjadi orang di list paling pertama yang sering menguji hal itu.
"Gue ikut aja deh, rame banget disini."
Keduanya pun memasuki ruangan dokter spesialis kandungan yang tentu saja untuk melakukan pemeriksaan rutin bulanan atas kandungan Mba Vivi. Kesibukan Mas Mirza membuat Janisha harus selalu mengantar kakaknya itu. Walau raut wajahnya sangat jutek, sebenarnya ia sangat ikhlas dalam melakukan hal ini. Janisha merupakan orang yang sangat peduli dengan orang-orang yang ia sayangi, hanya saja ia tidak bisa atau bahkan tidak mau menunjukkannya.
Di ruangan dokter spesialis kandungan ini yang terjadi tidak jauh-jauh dari USG, pengecekan jantung bayi, dan konsultasi dengan Dokter.
"Bayinya laki-laki ya, Bu."
"Hah?" spontan Janisha yang sangat ingin ponakan perempuan.
"Di trisemester pertama sebenarnya sudah kelihatan kalau anaknya laki-laki, kemudian di trisemester kedua ini makin akurat lagi," terang Bu Dokter.
Setelah konsultasi tersebut, keduanya meninggalkan ruangan dokter. Dalam perjalanan mereka menuju tempat pengambilan obat Janisha berkata, "Berarti anak ketiga lo yang cewek, Mba."
"Enggak-enggak, udah dua anak cukup."
"Terus yang ngasih gue ponakan cewek siapa?"
"Lo aja ngelahirin sono,"
"Ye, masih jauh!"
"Cobain rasanya lahiran dulu baru suruh gue nambah anak," ujar Mba Vivi sensi.
"Lah, sekarang aja lo nambah anak setelah merasakan lahiran pertama."
"Ya, soalnya ini kebablasan."
Janisha bergedik geli, "Ew!"
"Rasain ngidam, mual, pengen dimanja!" lanjut Mba Vivi.
"Tapi lo enggak dimanja karna semi-ldr sama Mas Mirza."
"Iya juga ya," ucap Mba Vivi, "Tapi gue emang lebih seneng dimanjain sama Mama sih daripada Mas Mirza."
"Orang mah pengen nempel terus sama suami," kekeh Janisha.
"Tanda-tanda orang enggak bisa ldr," cibir Mba Vivi.
"Emang."
Suara berat tiba-tiba menyapa di tengah obrolan mereka, "Mba Vivi, Janisha?"
"Ken ya?" sahut Mba Vivi.
"Iya, Mba."
Ken lanjut bertanya, "Ngapain disini?"
"Check up ke obgyn."
"Oh, Mba hamil?"
"Emang sih banyak yang heran juga kenapa gue masih langsing padahal lagi hamil enam bulan," ujaran Mba Vivi itu mendapat desisan dari Janisha.
Sementara itu Ken menyetujuinya, "Iya, Mba."
"Gue nebus obat dulu ya," ucap Mba Vivi pada Ken dan Janisha.
Ia pergi dengan tatapan Janisha yang berharap kakaknya itu mengajak serta dirinya agar tidak terjebak kecanggungan dengan orang yang tidak begitu akrab dengannya ini.
"Adik yang baik ngaterin kakaknya check up," ujar Ken.
"Ya, ini karna suaminya sibuk aja sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
In My Feeling
FanfictionJanisha Sabira, seorang mahasiswa tahun pertama jurusan ilmu komunikasi. Ketidakmampuannya menunjukkan perasaannya lewat kata, tindakan, bahkan ekspresi membuatnya terkesan dingin yang cenderung jutek. Ia bertemu dengan Jeffrey Adito, seorang kakak...