Bab 11

13.4K 2.3K 36
                                    

Baik Hanin maupun Narendra, keduanya sama-sama tidak tahu tentang bagaimana kehidupan Arka dan Hana selama ini. Berapa banyakpun pemikiran dan perkiraan yang keluar dari keduanya, tetap saja berakhir pada jalan buntu. Hubungan keluarga yang buruk diantara keduanya dengan Hana dan Arka membuat mereka tidak pernah benar-benar bicara. Email yang diterima Hanin dari Hana juga tidak memberikan petunjuk apapun, karena kebanyakan berisi cerita Hana tentang anak-anaknya. Hanya Perwira Raksa yang mungkin tahu bagaimana kehidupan Hana dan Arka bersama anak-anaknya, tapi pria tua itupun tidak banyak membantu.

Email terakhir yang Perwira Raksa kirimkan adalah meminta Hanin dan Narendra untuk hati-hati karena ada banyak pihak yang mengawasi mereka. Sejujurnya Hanin tidak tahu sebenaranya apa yang akan dia hadapi kedepannya. Setelah dia memaksa Narendra untuk mengantarkannya ke tempat daerah rekontruksi yang dia lihat di mimpinya, dia kehilangan harapannya. Ketika sampai ditempat itu, mereka tidak bisa mendapatkan apapun. Petugas melarang mereka masuk dan Kenan Abraham yang dicarinya ternyata tidak pernah menjadi pemilik salah satu properti ditempat itu. Padahal jelas-jelas dia ingat Kenan dulu tinggal di salah satu aprtemen itu. Tidak mungkin dia salah mengenali tempat yang biasa dia kunjungi hampir setiap dia berada di Singapura. Meski sudah 5 tahun berlalu dia tidak mungkin melupakan alamat orang yang pernah memiliki arti penting di hidupnya. Dia juga tidak mungkin lupa, jika dulu Kenan pernah bercerita jika apartemen yang ditinggalinya adalah milik pribadi sebagai properti mereka di masa depan.

Hanin menghela nafas, ini hari ke 4 dia berada di Siangapura. Dia merasa bosan bukan main, biasanya sejak matahari belum bersinar dia sudah sibuk didapur. Dia rindu dengan aroma roti yang biasanya memenuhi indra penciumannya. Dia juga merindukan Jo dan Sammy yang biasanya merecoki hari-harinya. Meskipun Jo masih sering menghubunginya tapi bertemu secara langsung tetaplah berbeda. Satu-satunya temannya untuk berinteraksi saat ini adalah Narendra. Dan Narendra bukanlah teman yang baik untuk diajak bicara. Setiap mereka berdiskusi pastilah berakhir dengan perdebatan yang tentu saja membuat Hanin kesal.

Hanin tidak tahu apa yang dilakukan Narendra dikamarnya, setelah pencarian mereka dikontruksi tidak membuahkan hasil, pria itu lebih banyak menghabiskan waktunya didalam kamar. Narendra mengatakan jika mereka harus menunggu kabar dari kepolisian. Tapi Hanin tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Terlebih mimpi-mimpinya semakin buruk akhir-akhir ini hingga membuatnya tidak bisa tidur.

Suara bel apartemen membuyarkan Hanin dari segala pemikiran yang bergelayut dikepalanya. Wanita 30 tahunan itu mengerutkan keningnya. Seingatnya tidak ada yang tahu akan keberadaannya maupun Narendra ditempat ini, lalu siapa yang bertamu?

Hanin mendekat kearah pintu dan melihat lewat layar interkom. Seorang wanita berwajah oriental berdiri didepay pintu dengan sebuah paper bag ditangannya. Hanin tidak mengenali siapa wanita itu. Dia bingung antara harus membuka pintu atau membiarkan saja. Dia ingat ucapan Perwira Raksa yang mengatakan jika banyak pihak yang mengawasi mereka. Pikirannya yang terkontaminasi oleh jalan cerita film thriler berjalan begitu saja. Bagaimana jika wanita itu salah satu suruhan orang yang mengawasinya, lalu berniat membunuhnya?

Hanin berjalan cepat menjauhi pintu masuk dan langsung membuka pintu kamar yang ditempati Narendra.

Narendra yang berada didalam kamar langsung terperanjat kaget terlebih dia belum selesai mengenakan pakaiannya.

"Ada apa?" Tanya pria itu sambil berbalik memunggungi Hanin seraya mengancingkan kancing kemeja yang dikenakannya dengan cepat.

"Seseorang berada didepan pintu." Ucap Hanin tanpa melihat kearah Narendra karena malu, memergoki Narendra dengan kemeja tidak terkancing hingga mengekspos bagian depan tubuh pria itu.

Narendra mengerutkan kening mendengar ucapan Hanin. Apa yang terjadi baru saja diantara mereka pastilah akan membuat mereka canggung. Narendra memilih melupakannya saja, toh dia juga bukan remaja tanggung yang malu jika tubuhnya dilihat lawan jenis. Narendra langsung keluar dari kamar itu dan menuju pintu masuk untuk melihat siapa orang yang bertamu.

Can You Hear Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang