Hanin mengumpat dalam hati akan kegilaan yang dia lakukan sendiri. Entah setan atau jusrtu malaikat mana yang menuntunnya sekarang ini. Wanita 30an itu tanpa berpikir panjang menyelinap ke lahan kontruksi yang berada dalam mimpinya. Sepertinya dia lupa jika dia bukanlah Angelina Jolie yang sedang shooting film action.
Beruntung hari ini, adalah hari libur sehingga para pekerja kontruksi sepertinya tidak bekerja. Hanya ada beberapa orang yang menjaga dipintu masuk. Berbekal satu kotak donat dari dunkin, 2 orang pria paruh baya itu mendadak lebih baik hati. Mereka mengizinkannya masuk dengan alasan ada barangnya yang tertinggal dalam apartemen lama, tanpa memeriksa data kepemikian apartemen terlebih dahulu. Hanin berjalan semakin dalam ke wilayah kontruksi itu. Ternyata baru sebagian dari tempat itu yang diruntuhkan, sebagiannya lagi masih berdiri. Lampu-lampu yang dipasang ditempat itu memudahkan Hanin melihat sekeliling, meskipun hanya remang-remang. Hanin berjalan dengan hati-hati agar tidak melukai dirinya sendiri karena banyaknya bahan material bangunan yang berserakan.
Wanita itu melihat ke sekeliling memindai kira-kira dimana tempat dalam mimpinya itu. Dia bisa melihat spanduk-spanduk berwarna merah yang terbentang dari tempatnya berdiri sekarang. Karena suasana ditempat itu senyap, Hanin bisa mendengar suara bantingan pintu dari suatu tempat dan suara langkah seseorang. Hanin langsung bersembunyi ketika melihat bayangan seseorang mendekat. Hanin mendengar suara seseorang yang bicara dengan suara cukup keras, sayanganya dia tidak mengerti apa yang orang itu bicarakan, karena terdengar seperti sedang berbicara bahasa china.
Melihat ada seseorang yang tinggal ditempat ini, apalagi terdengar dari suaranya seperti suara seorang pria. Hanin merasa yakin, ada hal yang bisa dia temukan dari tempat ini. Hanin menahan nafasnya ketika bayangan seseorang semakin mendekat ke tempat persembunyiannya sekarang. Wanita itu langsung bernafas lega ketika pria yang sepertinya masih marah-marah dengan bahasa Chinanya melewati dia begitu saja.
Setelah yakin tidak terdengar apapun lagi selain desiran angin, Hanin keluar dari persembunyiannya. Hanin berjalan ketempat tadi dia melihat arah bayangan pria tadi datang. Setelah berjalan beberapa menit, dia melihat sebuah bangunan yang sepertinya di gunakan oleh para pekerja untuk beristirahat dan menyimpan alat-alat mereka. Hanin mendekati bangunan itu dan melihat sekitar memastikan tidak ada orang lain ditempat itu selain dirinya. Menyelinap ke tempat yang jelas-jelas dilarang adalah sebuah kejahatan, apalagi dia berada di negeri orang sekarang ini. Rasanya dia tidak sanggup untuk menerima hukuman karena rasa penasarannya.
Hanin memperhatikan bangunan itu, memastikan letak jendela kecil seperti yang dia lihat dalam mimpinya. Berbekal film yang ditontonnya, Hanin menebak jika benar anak Hana diculik, para penculik pastilah menempatkan ditempat yang berada paling belakang. Dari keyakinan itu, Hanin berjalan menuju tempat yang dia perkirakan merupakan bagian belakang tempat itu.
Spanduk merah dan jendela kecil, semua tampak sama dengan mimpinya. Hanin mendekat kearah jendela kecil itu dan melihat kedalam lewat jendela itu. Gelap, tidak ada appun yang bisa dia lihat dari jendela itu. Hanin meraih ponsel pintar dalam sakunya. Mengabaikan banyaknya panggilan tak terjawab dari si dokter kandungan, Hanin langsung menyalkan senter dan mengarahkannya ke jendela gelap itu. Mata wanita itu terbelak karena pemandangan didalam sama persis seperti dalam mimpinya. Seseorang perempuan bertubuh kecil atau mungkin anak perempuan meringkuk dalan ruangan itu. Hanin mengetuk kaca jendela kecil itu.
"Hai..kau bisa mendengarku?" Tanya Hanin karena anak perempuan itu tak bergeming sama sekali.
"Hai..kau bisa mendengarku?" Tanya Hanin lagi mengetuk kaca jendela lebih keras tapi gadis kecil itu tidak juga bereaksi.
Hanin mengarahkan cahaya senter kearah wajah anak perempuan itu. Terlihat gadis kecil itu mengerejapkan matanya melihat sinar yang menyinari wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can You Hear Me?
Mystery / Thriller"Rintihan kesakitan itu terdengar nyata ditelingaku. Tatapan kosong dari anak perempuan yang meringkuk dalam ruangan itu benar-benar menghantui malam-malamku." Hanindiya Almira tidak tahu kenapa mimpinya akhir-akhir ini selalu sama. Parahnya mimpi b...