Bab 30

12.6K 2.2K 56
                                    

"Apa yang kau lakukan pada mereka?" Tanya Hanin marah pada Elang yang bertampang lusuh dengan Bintang yang menangis dalam gendongannya.

Hanin langsung mendekati Mentari yang menyembuyikan dirinya di bawah meja rias. Mentari terlihat ketakutan, mata anak itu bergerak tidak singkron. Beruntung Hanin sempat membebat kedua lengan Mentari dan memotong kuku jari-jari anak itu sehingga anak itu tidak menyakiti diri dengan cara mencakar dirinya sendiri.

"Aku tidak melakukan apapun,  aku hanya tak sengaja menyentuhnya." Ucap Elang menyerahkan Bintang yang masih menangis ke gendongan Narendra.

"Apa kau bilang?" Tanya Hanin marah.

"Maksudku tak sengaja tangan kami bersentuhan, anak laki-laki itu bangun dan menangis. Ketika aku akan mengangkatnya, celananya basah. Melihat dia masih menggunakan popok, aku berinisiatif mengganti popoknya. Karena kasurnya basah, aku memindahkan anak itu ke samping Mentari, saat aku memakaikan popok tak sengaja lenganku bersentuhan dengan lengannya. Dia langsung bangun dan duduk, aku kaget terus mendorongnya agar kembali berbaring. Tak tahunya dia malah ngamuk, si Bintang yang baru tenang mungkin kaget dan ikutan mengangis." Ucap Elang menjelaskan kornologinya agar Hanin maupun Narendra tidak salah paham. Elang yang biasanya terlihat menyeramkan dengan tubuh tegak dan wajah tanpa ekspresinya. Justru terlihat takut pada Hanin yang melotot padanya. Sepertinya bodyguard sudah terlatihpun kalah jika dihadapkan dengan ibu-ibu yang sedang khawatir, dan anak yang menangis tak terkendali.

"Keluarlah, tinggalkan kami berdua." Ucap Hanin menatap kasihan pada Mentari yang sudah seperti orang kehilangan kewarasannya. Usia anak itu masih 10 tahun, tapi terlalu banyak masalah yang menimpa hidupnya. Hanin tidak bisa membayangkan akan seperti apa masa depan Mentari kedepannya, apalagi dengan keadaannya yang berkebutuhan khusus.

"Mentari, hey...keluar dari situ nak...ini aku...lihat sini. Tidak akan ada yang menyakitimu disini." Ucap Hanin membujuk Mentari. Hanin tahu saat seperti ini Hanin tidak bisa mendengar dan tidak mau melihat. Perlahan Hanin menyentuh Mentari dengab lembut. Mentari menolak sentuhannya, gadis kecil itu berusaha menepis sentuhannya dan matanya bergerak semakin cepat menandakan jika dia ketakutan.

"Jangan takut sayang...tidak akan ada yang menyakitimu disini." Ucap Hanin terus mengelus lengan Mentari lembut. Setelah penolakan Mentari melemah barulah Hanin menarik tubuh anak itu agar keluar dari kolong meja rias.

"Sst...tidak apa-apa sayang.... tidak akan ada yang melukaimu disini...." bujuk Hanin membawa Mentari kepelukannya. Hanin memeluk Mentari erat, tangan wanita itu tidak berhenti mengelus punggung anak itu dengan lembut, hingga tubuh Mentari yang asalnya menegang perlahan-lahan rileks. Mentari yang awalnya bergerak-gerak tidak nyaman dalam pelukannya kini sudah bersandar penuh pada tubuhnya dan perlahan anak itu menutup matanya. Gadis kecil itu akan menutup matanya untuk beberapa saat setelah mengamuk. Dia seperti kehilangan semua energinya jika selesai mengamuk.

"Narendra..." panggil Hanin. Dia tidak sanggup memindahkan tubuh Mentari sendirian jika anak itu dalam keadaan melemas setelah mengamuk. Secara fisik memang Mentari tumbuh dengan baik layaknya anak perempuan berusia 10 tahun lainnya.

"Dia sudah tidur?" Tanya Narendra memasuki kamar dengan Bintang yang masih berada di gendongannya. Anak laki-laki itu sudah tidak menangis tapi masih segukan karena sisa tangisnya.

"Dia selalu seperti ini jika sudah mengamuk parah." Ucap Hanin.

"Tolong pindahkan ke atas ranjangnya." Pinta Hanin.

"Sini Bintang." Ucap Hanin meraih Bintang dari gendongan Narendra setelah melepaskan pelukannya pada tubuh Mentari dan memposisikan kepala gadis itu terbaring di pahanya, agar Narendra mudah untuk memindahkannya.

Can You Hear Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang