Apa yang lebih penting bagi orangtua selain kebahagian anak-anaknya? Dulu mungkin Hanin maupun Narendra tidak pernah memikirkan hal seperti itu. Dibesarkan dalam keluarga yang tidak bahagia, membuat mereka tidak pernah memikirkan siapapun selain mereka sendiri. Menjadi orangtua secara tiba-tiba membuat mereka belajar banyak hal apalagi keadaan Mentari dan Bintang terbilang istimewa daripada anak-anak lain pada umumnya.
Dendam, tentulah pasti ada, tertinggal kebencian di hati Narendra atas perbuatan Arini pada keluarganya. Perwira Raksa bukanlah seorang ayah yang ideal untuknya, mereka juga tidak terlalu dekat untuk merasa kehilangan satu sama lain. Meski begitu tetap saja tertinggal rasa marah pada orang yang menyakiti keluarganya dan keinginan membalas orang yang menyakiti keluarganya. Tapi, semua keinginan itu sirna ketika dia sampai ke rumah.
Sambutan tawa renyah Bintang ketika memasuki rumah yang biasanya bernuansa suram itu, terasa sangat menyenangkan untuk Narendra. Pria 40an itu menangkap Bintang yang berlari ke arahnya dan menggendongnya. Satu hal yang dia sadari, jika dia mengguggu kemarahan dihatinya, mungkin tawa ini tidak akan sama sekali atau mungkin hilang. Karena dia sadar betul pada akhirnya dendam hanya akan menghancurkan dirinya sendiri.
"Hai... sudah pulang?" tanya Hanin mendapati Narendra bersama Bintang dalam gendongannya memasuki rumah. Wanita itu sedang menemani Mentari untuk kembali belajar menulis. Karena sulit untuk mendatangkan Dahlia secara langsung, mereka hanya berhubungan dengan video call untuk sementara waktu. Dan untuknya cukup efektif untuk Mentari, kembali membuka diri. Gadis kecil itu sepertinya sepenuhnya mempercayai Dahlia sebagai dokternya. Anak itu tidak keberatan untuk menuliskan apa yang dia alami ketika Dahlia memintanya. Sedangkan saat Hanin menanyakan apa yang terjadi, anak itu malah memeluknya dan menolak untuk bercerita.
"Makan malam akan siap sebentar lagi." Ucap Hanin pada Narendra. Banyaknya pelayan yang bekerja di rumah besar keluarga Raksa, membuat Hanin yang biasanya mengerjakan banyak hal sendiri, absen dari banyak hal. Dia hanya menemani dan menjaga anak-anak sepanjang hari ini, dan dia juga tidur siang dengan nyaman bersama anak-anak saking tidak ada kegiatannya.
Narendra mendekat ke arah Hanin dan Mentari, tapi dia berhenti setelah jarak mereka beberapa langkah lagi untuk melihat reaksi Mentari. Setelah apa yang kembali anak itu alami, Mentari memasang sikap waspada pada orang asing. Dia hanya bisa didekati oleh Hanin saja, sejak kejadian itu dia belum mau berdekatan dengan siapapun. Jo dan Sammy yang mengalami kejadian menyedihkan bersamanya juga belum mau dia temui.
"Mendekatlah... dia sudah tidak apa-apa..." ucap Hanin membaca keraguan Narendra.
"Mentari..." panggil Narendra membuat anak itu menaikan wajahnya dari buku yang sedang dia tekuni.
Untuk beberapa saat mereka bertukar pandang sebelum Mentari kembali menunduk menekuni buku yang berada di hadapannya. Hanin mengisyaratkan Narendra untuk semakin mendekat ke arah mereka sembari memperhatikan reaksi Mentari. Beruntungnya anak itu tidak terlihat terganggu dan sibuk dengan buku catatannya. Kedua orang dewasa itu memperhatikan Mentari dengan kegiatannya. Bagaimana Mentari menulis dalam bukunya dan bagaimana anak itu beberapa kali terlihat memegang terlalu erat penanya, dia menulis terlalu kuat hingga buku tulisnya hampir robek.
Hilda mengatakan itu hal wajar, mungkin saat itu dia sedang mengeluarkan emosinya. Berbeda dengan anak-anak yang bisa bicara yang mengekspresikan emosi mereka dengan teriakan dan tangisan, anak berkebutuhan khusus seperti Mentari jarang atau mungkin tidak bisa melakukannya. Mentari berada pada tahap tidak lagi menyakiti diri mereka sendiri saja sudah kabar baik mengingat apa yang telah dialaminya.
Mentari sepertinya sedang berada pada tahap ingin mencurahkan semua pikirannya pada tulisan. Anak itu perlu bujukan super untuk mau makan dan tidur. Hanin tahu merawat anak berkebutuhan khusus plus memiliki trauma membutuhkan kesabaran yang super ekstra. Meskipun Hanin terbiasa bekerja dalam bidang jasa pelayanan yang membutuhkan kesabaran, dia tetap kepayahan menghadapi Mentari. Apalagi Bintang yang masih kecil dan menuntut perhatian juga terkadang tidak mengerti situasi dan sama merepotkannya. Hanin memuji kebesarakan hati membesarkan dua anak sendirian tanpa tahu jika Hana tidak pernah benar-benar membesarkan anaknya dengan benar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Can You Hear Me?
Misterio / Suspenso"Rintihan kesakitan itu terdengar nyata ditelingaku. Tatapan kosong dari anak perempuan yang meringkuk dalam ruangan itu benar-benar menghantui malam-malamku." Hanindiya Almira tidak tahu kenapa mimpinya akhir-akhir ini selalu sama. Parahnya mimpi b...