Bab 40

12.1K 2.2K 47
                                    

"Apa kau sudah gila?" Tanya Hanin tidak habis pikir dengan tindakan seenaknya Narendra. Pria itu yang membawa mereka ke tempat terpencil ini, anak-anak baru saja menyesuaikan diri dengan lingkungan baru mereka, dan dia akan membawa anak-anak pergi lagi untuk bertemu Perwira Raksa.

"Aku tahu reaksimu pasti seperti ini, tapi keadaan Perwira Raksa sangat lemah. Dia ingin bertemu dengan anak-anak dan dirimu dan mungkin itu permintaan terakhir darinya. Dokter mengatakan jika kemungkinan Perwira Raksa sehat kembali sangat kecil, meskipun dia sudah sadar, tapi dia tidak bisa bertahan tanpa alat-alat rumah sakit yang menunjangnya."

"Kita hanya akan mengunjungi Perwira Raksa di rumah sakit, setelah itu kita akan kembali ke sini. Aku belum segila itu untuk membawa kalian tinggal di tempat yang sama dengan orang yang ingin membunuh anak-anak."

"Wanita itu, benar dia wanita yang melahirkan putri Perwira Raksa?" Tanya Hanin beralih pembahsan.

"Iya, dia Hilda yang sudah mengubah dirinya habis-habisan menjadi Arini. Meskipun aku belum menemukan bukti langsung jika mereka orang yang sama, tapi dilihat dari betapa berpengaruhnya Arini yang hampir menyamai Perwira Raksa. Dan bagaimana reaksi Perwira Raksa ketika aku membicarakan dosanya, aku yakin Arini adalah Hilda." Jawab Narendra.

"Dan Perwira Raksa tahu itu dan membiarkannya?" Tanya Hanin yang diangguki oleh Narendra.

"Dan dia juga tahu tentang anak-anak, menjadikan anak-anak sebagai anak kita sepertinya tidak membuat anak-anak lepas dari bahaya. Arini adalah orang kepercayaan Perwira Raksa sebelumnya. Tampaknya pria tua itu juga tidak benar-benar berniat menghukum segala kelakuan wanita itu. Dia terkesan membiarkan wanita itu membantai satu persatu keluarganya. Jangan kaget jika pada akhirnya aku berakhir kecelakaan mobil juga jika kita tidak bisa menghentikannya." Ucap Narendra terdengar pasrah di akhir kalimat yang diucapkannya.

"Jadi apa yang terjadi pada anak-anak juga masih dia dalangnya, lalu apa hubungan wanita bernama Arini dengan Keanu?" Tanya Hanin.

"Kenapa menanyakan hal itu?" Tanya Narendra balik.

"Jika Arini itu tahu segalanya sejak awal, tentu tidak mungkin dia tidak memata-matai kehidupan Arka dan Hana bukan? Dia tahu tentang Mentari dan tidak mungkin tidak tahu apa yang terjadi pada Mentari." Ucap Hanin tiba-tiba, dia mengingat sesuatu. Hanin beranjak dari duduknya dan memasuki kamar mencari buku harian Mentari untuk di perlihatkan pada Narendra. Pasti ada alasan kenapa Mentari tidak menceritakan tentang Bintang dan pengasuhnya dalam buku itu. Interaksi anak-anak yang kaku sebagai kakak adik, pasti ada penjelasan akan hal itu. Hanin baru menyadari jika mereka kakak adik dekat tidak mungkin mereka setenang itu, karena wajarnya kakak adik pasti ada saja hal kecil yang membuat mereka berdebat sampai bertengkar. Saudara kandung yang dibesarkan bersama rata-rata memiliki ikatan seperti itu, dekat ribut tapi jauh kangen.

"Baca ini, buku harian milik Mentari. Dokternya menyuruh anak itu untuk menuliskan apapun yang terlintas di kepalanya di sana. Baik tentang perasaannya maupun ingatan yang ingin di bagi anak itu. Awalnya aku dan dokter Dahlia berpikir mungkin tentang Bintang, bukanlah ingatan yang penting untuknya, jadilah Mentari tidak menuliskannya. Tapi, mengingat jika Arini tahu keberadaan Mentari, bisa jadi Mentari dan Bintang memang tinggal terpisah."

"Maksudmu?" Tanya Narendra tidak mengerti kemana arah pembicaraan Hanin.

Hanin beranjak lagi untuk mengambil file tentang Hilda. Ditinggalkan hanya dengan anak-anak membuat Hanin memiliki banyak waktu. Menyalurkan hobi membuat roti di tempat ini tidak mungkin bisa dia lakukan. Satu hal yang dapat dia lakukan untuk mengisi waktu disela waktu luangnya tidak mengurus anak-anak adalah membaca. Dan salah satu yang dia baca dan teliti ulang adalah file-file yang  ditinggalkan Perwira Raksa.

"Lihat ini tanggal file-file ini!" Perintah Hanin sambil menyerahkan file-file itu kehadapan Narendra.

"File-file ini sepertinya dikumpulkan setelah kecelakaan orangtua Arka. Itu artinya saat Hana dan Arka memiliki Mentari, Perwira Raksa belum tahu jika Arini adalah orang yang ingin menghancurkan keluarga Raksa." Jelas Hanin.

"Kapan tepatnya Arka dan Hana diasingkan ke Singapura?" Tanya Hanin.

"Aku tidak tahu persis, kau tahu hubunganku dengan keluargaku tidak terlalu baik. Apalagi saat itu hubunganku dengan almarhum istriku tidak terlalu di sukai keluarga Raksa." Jawab Narendra tidak yakin. Stevia, istri dari Adrian adalah seorang wanita kelas atas yang terlalu memandang kelas ketika menilai orang lain. Kesombongan Stevia sebagai anak dari
Keluarga kaya dan menantu konglomerat membuat siapapun segan bergaul dengannya. Larina, istrinya yang hanya seorang penulis lepas dan tidak sebanding dengan Stevia.

Pernikahan Arka dan Hana yang terburu-buru karena Hana hamil diluar nikah. Kelahiran Mentari yang terlahir tidak sempurna membuat  Stevia dengan kesempurnaannya tidak menerima itu. Narendra tidak yakin kapan Hana dan Arka diungsikan ke Singapura, tapi masalah kelahiran Mentari yang tidak terdaftar mungkin ulah Stevia. Tapi, masalah kelahiran Bintang yang juga tidak didaftarkan mungkin itu ide Perwira Raksa, mengingat pembantaian keluarga Raksa sudah dimulai saat Bintang lahir.

*************

Setelah perbincangan dan menilai baik dan buruknya keputusasaan yang mereka ambil. Ditambah lagi panggilan telepon dari Elang yang menginformasikan jika keadaan Perwira Raksa menurun. Akhirnya tidak ada pilihan lain selain membawa anak-anak untuk menemui Perwira Raksa.

Sebelum keberangkatan mereka, Hanin mengkonsultasikan masalah Mentari dengan Dahlia. Membawa Mentari dalam perjalanan yang jauh dan menuju tempat baru untuk anak itu, perlu banyak persiapan. Mereka berencana berangkat pada malam hari agar anak-anak tidur selama perjalanan.

"Kita akan kemana bu?" Tanya Bintang ketika Hanin memakaikan jaket padanya.

"Kita akan jalan-jalan." Jawab Hanin sambil tersenyum. Hanin beralih pada Mentari yang sudah berpakaian sama rapihnya dengan Bintang. Anak itu tidak berkomentar apapun dan hanya memainkan buku dalam pangkuannya.

"Pakai jaketmu Mentari." Ucap Hanin membantu Mentari mengenakan jaketnya. Tapi, anak itu malah menunduk dan menolak mengulurkan tangannya.

"Tidak apa-apa sayang... kita akan baik-baik saja." Ucap Hanin menggenggam tangan Mentari lembut. Mentari menggelengkan kepalanya.

"Kamu tidak ingin pergi?" Tanya Hanin yang langsung dijawab anggukan oleh Mentari.

"Kamu lebih suka tinggal disini?" Tanya Hanin lagi yang lagi-lagi dijawab anggukan oleh Mentari.

Hanin menghela napas, menggenggam tangan anak itu, memberi pengertian pada gadis kecil itu. Sejak pertemuan pertama mereka, baru kali ini Mentari mengutarakan keinginannya. Biasanya Mentari hanya diam tanpa berkomentar apapun.

"Kita hanya akan pergi sebentar saja, hanya melihat kakek Raksa yang sakit, tidak akan lama. Kita akan kembali ke rumah ini lagi." Ucap Hanin memberi pengertian.

Bintang mendekati Hanin dan bergelayutan di leher Hanin. Sepertinya Bintang sudah sangat nyaman dengan Hanin, layaknya pada ibunya sendiri.

"Kalian sudah selesai bersiap-siap?" Tanya Narendra memasuki kamar tempat Hanin dan anak-anak berada.

"Ayah..." panggil Bintang pada Narendra. Entah sejak kapan kata 'ayah' disematkan oleh Bintang untuk Narendra.

Mereka sepakat hanya mengakui Bintang sebagai anak mereka jika kemungkinan mereka bertemu dengan orang lain saat menjenguk Perwira Raksa nanti. Mentari akan tetap menjadi anak Hana dan Arka, karena mengakui keduanya justru hanya akan membuat keraguan. Baik Hanin dan Narendra tidak terlalu yakin apa yang terjadi pada Arka dan Hana sebenarnya. Karena skandal kehamilan Hana pada zaman SMA cukup menggegerkan di kalangan keluarga Raksa. Mengambil jalan ini adalah jalan aman untuk mereka saat ini.

"Ayo kita berangkat." Ucap Narendra membawa Bintang ke gendongannya.

"Mentari?" Tanya Hanin pada Mentari yang masih mendudukan kepalanya.

"Kenapa sayang?" Tanya Hanin lagi.

"Apa semua akan baik-baik saja?" Tanya Mentari dengan bahasa isyaratnya.

"Semua akan baik-baik saja, ibu janji." Jawab Hanin meyakinkan.

Can You Hear Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang