Hanin pikir, ditangkapnya Arini masalah ini akan selesai. Meskipun Hanin tahu membutuhkan waktu hingga Arini di putuskan bersalah, tapi setidaknya dalangnya pergi, keadaan membaik. Tapi, ternyata tidak semudah itu. Kuburan Perwira Raksa masih basah, tapi masalah yang ditinggalkan pria itu bermunculan satu persatu bahkan belum 24 jam sejak jasadnya di kuburkan.
Raksa grup bukanlah perusahaan kecil, tapi tertangkapnya Arini, membuat perusahaan itu jatuh di titik terendah. Mungkin itu juga salah satu alasan Perwira Raksa memilih menutup matanya akan derita kehilangan keluarganya sendiri. Terlalu banyak keluarga yang bergantung di Raksa grup, dan tentu saja jika Raksa grup hancur, banyak kelurga lain juga ikut hancur. Ah entahlah, Hanin tidak tahu bagaimana bisa seorang pria segila itu tertarik pada wanita. Menyerahkan segala kuasa pada si wanita dan pada akhirnya hancur.
Narendra mengikuti rapat bersama para petinggi untuk menentukan nasib Raksa grup, sedangkan Hanin terperangkap di rumah besar keluarga Raksa. Awalnya Hanin ingin diantarkan pulang ke rumahnya, tapi karena tidak ada keluarga yang menerima tamu yang berbelasungkawa, terpaksa dia harus tinggal. Meskipun sejak tadi dia berusaha bersikap baik menyambut tamu dengan anak dalam pangkuannya. Tapi, pikiran Hanin melayang ke keadaan Mentari yang dia titipkan ke Sammy. Jo tidak bisa meninggalkan pekerjaannya, sehingga Mentari hanya berdua saja dengan Sammy. Jika dibandingkan dengan Jo, Sammy pasti lebih baik menjaga Mentari. Hanya saja, entah kenapa Hanin tak juga bisa berhenti khawatir dengan Mentari.
Di sela-sela menerima tamu bela sungkawa, Hanin menghubungi Sammy untuk memeriksa keadaan Mentari. Hampir setiap waktu dia melakukannya dan baru bernapas lega saat Sammy mengatakan jika mereka baik-baik saja. Menjelang tengah malam, Narendra akhirnya kembali dengan wajahnya yang super lusuh. Pria itu langsung membaringkan tubuhnya di sofa terdekat. Hanin yang memang menunggu kepulangan pria itu sejak tadi, tidak berani mengganggu pria itu. Dia mengerti, Narendra pastilah sedang sangat lelah sekarang. Bukan hanya fisiknya, tapi pikirannya juga.
Hanin memilih untuk membawakan selimut untuk pria itu, ketika melihat pria itu sepertinya tertidur. Bergerak perlahan agar tidak mengganggu tidur pria itu, Hanin menyelimuti tubuh Narendra dan membiarkan pria itu tidur nyenyak untuk sejenak. Tidak ada yang tahu apa yang akan dihadapi pria itu besok hari. Sungguh malang nasib Narendra, sejak kecil Perwira Raksa tidak benar-benar menjadi ayah untuknya, tapi dialah yang harus membereskan kekacauan yang ditinggalkan Perwira Raksa.
Rumah keluarga Raksa tidak benar-benar kosong meskipun terhitung hanya Hanin dan Narendra serta Bintang saja yang bisa di bilang pribumi rumah ini. Pelayan rumah dan penjaga rumah berseliweran meskipun waktu sudah mendekati tengah malam. Hanin memilih untuk kembali ke kamar tempatnya tidur bersama Bintang. Hanin memeriksa ponsel pintarnya sebelum tidur, matanya melebar ketika melihat ada beberapa panggilan tidak terjawab dari ponsel lamanya.
Hanin mencoba untuk menghubungi nomor itu kembali, tapi tidak ada yang mengangkat. Hanin diselimuti rasa khawatir, pasalanya dia mengatakan jika menggunakan ponsel itu jika keadaan darurat saja. Hanin berusaha berpikir positif, mungkin Mentari dan Sammy disana sedang tertidur lelap makanya mereka tidak mengangkat panggilan darinya. Tapi, Hanin tetap tidak bisa berhenti khawatir dan terus mencoba menghubungi nomor itu.
Setelah percobaan kesekian kalinya, barulah panggilan itu di angkat.
"Mentari..." Panggil Hanin, tapi orang di sebrang telepon tidak menjawab.
"Mentari, kamu bisa mendengarku? ganti panggilannya ke panggilan video." Ucap Hanin, terdengar napas cepat di sebrang telepon. Suara menyerupai erangan kesakitan seseorang terdengar di sebrang telepon.
"Mentari...Mentari kamun di sana nak? kamu bisa mendengarnya?" tanya Hanin panic karena suara erangan itu menyerupai suara Mentari jika gadis kecil itu kehilangan kendalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can You Hear Me?
Mystery / Thriller"Rintihan kesakitan itu terdengar nyata ditelingaku. Tatapan kosong dari anak perempuan yang meringkuk dalam ruangan itu benar-benar menghantui malam-malamku." Hanindiya Almira tidak tahu kenapa mimpinya akhir-akhir ini selalu sama. Parahnya mimpi b...