Selama 5 tahun terakhir, Hanin dan Jo menjadi kepingan yang tak terpisahkan. Jo akan ada dimanapun Hanin berada, seperti bayang-bayang recok wanita itu. Sebagai wanita yang patah hati tingkat akut tanpa keluarga, memiliki Jo adalah satu-satunya hal yang membuat Hanin untuk tetap waras. Dari pertemuan tidak sengaja di pesawat, karena kerewelan Jo. Berlanjut dengan pertemuan-pertemuan tidak sengaja lainnya, menjadikan mereka teman hingga seperti keluarga. Kedua orang dewasa itu kehilangan keluarga mereka karena maut yang memisahkan. Hanin yang sulit percaya pada orang lain setelah pengkhianatan orang yang di cintainya selama bertahun-tahun, dan Jo yang memiliki kepercayaan tingkat tinggi menjadi kombinasi yang pas.
Lama tidak bersua dan berbagi cerita, Jo menjadi sangat cerewet sepanjang perjalanan dari rumah sakit menuju rumah. Bintang asyik bermain tipuan kecil bersama Sammy, sementara Mentari kembali tertidur. Sepertinya obat yang disuntikan Narendra berefek cukup lama pada Mentari. Hanya 2 jam saja anak itu bangun tadi, dan kembali tertidur. Kehadiran Jo sebagai spesies laki-laki dewasa juga tidak berpengaruh apapun pada Mentari. Mungkin karena sudah tidak ada aura laki-laki di tubuh Jo, sehingga Mentaripun menganggap Jo satu spesies dengannya.
Mereka langsung menuju rumah tanpa ke toko roti dulu, karena kebetulan toko roti sudah tutup hari ini. Kata Sammy ada pesanan mendadak dalam jumlah besar untuk hari ini, sehingga roti di toko mereka ludes lebih cepat.
Beberapa menit setelah sampai rumah, seorang ojek online datang mengantarkan sebuah paket untuknya. Sepertinya itu adalah paket yang Hera katakan beberapa jam lalu. Dari tampilannya saja Hanin bisa melihat jika kotak itu sepertinya sudah disimpan cukup lama.
Hanin menyimpan dulu kotak itu di kamarnya dan memilih untuk menidurkan anak-anak terlebih dahulu. Keberadaan Jo dan Sammy di ruang televisi membuat Hanin memilig untuk bergabung dengan dua orang itu yang sepertinya sekarang sudah berdamai dan bisa menerima satu sama lain. Terakhir kali Hanin bersama-sama dengan keduanya, Jo dan Sammy masihlah seperti kucing dan anjing yang meributkan segala hal. Tapi sekarang dua orang itu tampak damai duduk berdampingan. Ah, sibuk dengan dunia baru yang tiba-tiba menghampirinya, Hanin sampai lupa dengan orang-orang yang lebih dulu mengisi kehidupan sepinya.
"Cemilan malam?" Tawar Navya menggoyangkan ponselnya untuk memesan makanan via delivery.
"Boleh banget tuh kak, senengnya kak Hanin kembali dan bisa nyemil malam lagi. Kalau si Jo itu, anti banget sama cemilan malam. Mana maksa aku buat ikutin dia lagi. Buat kulit sehat sama badan langsing atau apalah katanya." Ucap Sammy langsung curhat.
"Ck, cemilan malam itu memang tidak baik untuk kulit dan tidak bersahabat dengan timbangan." Ucap Jo ngeles.
"Okay, kita aja yang pesan, Jo gak usah." Ucap Hanin yang langsung mendapatkan protes dari Jo. Pria kemayu itu beralasan jika hanya sesekali tidak masalah.
Sambil menunggu cemilan malam mereka, yang sepertinya tidak bisa disebut cemilan juga karena mereka memesan makanan berat. Ketiga orang yang berbagi hidup bersama layaknya saudara itu membicarakan banyak hal. Saking asyiknya mengobrol kesana kemari, sampai pengantar makanan juga perlu berulang kali menekan bel sampai dibukakan pintu.
"Oh iya, cowok yang waktu itu datang ke sini, datang beberapa hari lalu ke sini, nanyain kamu." Ucap Jo saat mereka nyemil sambil menonton film lama.
"Terus aku jawab sesuai pesanmu padaku, kalau kamu sedang mengunjungi kampung halaman suamimu untuk berziarah ke makam mertuamu." Ucap Jo lagi.
"Ah iya, kalau diingat-ingat tuh cowok mirip si kapten mantan kamu itu." Cerocos Jo.
Pria kemayu itu sepertinya hanya ingin di dengarkan saja. Tanpa memberi kesempatan dua wanita yang berbagi ruangan yang sama dengannya bicara. Jo dengan pria tampan sangat sulit untuk dipisahkan. Jo selalu berbinar-binar jika membicarakan cowok tampan bak gadis remaja yang sedang menceritakan gebetannya.
"Jika dia datang lagi, katakan aku sudah tidak tinggal disini." Ucap Hanin.
"Dia gak mungkin akan datang lagi." Ucap Sammy menahan tawa.
"Kenapa yakin banget?" Tanya Jo sewot.
"Lah, lo grepe-grepe tuh cowok di teras kemarin kan? Mana mau dia datang lagi." Jawab Sammy dengan tawa ngakaknya yang diikuti tawa Hanin. Biar tahu rasa pedofil itu di grepe banci, pikir Hanin puas. Meskipun hingga saat ini tidak ada bukti nyata jika Keanu yang telah menyerang Mentari. Tapi, Hanin yakin pasti pria itu pelakunya. Atau mungkin 5 tahun yang lalupun Keanu pelakunya, tapi Kenan yang kena getahnya.
Jo manyun mendengar ucapan Sammy dan kedamaian mereka berakhir disitu. Jo dan Sammy saling serang dengan perdebatan tidak penting diantara mereka yang membuat Hanin memutar bola matanya kesal. Setelah sadar jika ada yang menonton perdebatan mereka, cowok kemayu dan cewek macho itu akhirnya menghentikan perdebatan mereka. Hanin yang mungkin tinggal hanya hari ini saja bersama keduanya kembali jadi pusat pehatian. Obrolan ringan yang melibatkan Hanin kembali terjalin untuk lepas kangen diantara mereka.
Pembicaraan terus berlangsung hingga jam 10 malam, Jo pamit. Pria itu lupa jika besok ada klien penting yang harus dia dandani esok hari. Selama Hanin tidak ada Jo memang sering menemani Sammy yang harus menjadi penghuni rumah Hanin satu-satunya. Tapi, Jo tidak pernah menginap dan akan pulang sebelum malam. Katanya dia belum siap jika harus di tangkap hansip karena dituduh berbuat mesum dengan Sammy yang berjenis kelamin beda dengannya. Alasan Jo yang ingin melindungi dirinya dari Sammy yang mungkin khilap, sukses membuat Hanin terpingkal. Beberapa jam saja bercengkrama dengan Jo dan Sammy membuat Hanin bisa tertawa lagi, tawa lepas yang entah kapan terakhir kali dia lakukan semenjak semua menjadi tidak mudah.
Ketika Hanin terbangun menjelang dini hari, barulah Hanin sadar akan keberadaan paket dari Hana yang dikirimkan Hera padanya. Hanin tidak tahu apa isi paket itu, tapi dari berat kotak itu yang ringan, sepertinya isinya bukan barang yang besar.
Hanin melihat anak-anak yang masih tertidur pulas, takut mengganggu anak-anak, Hanin memutuskan untuk membuka paketnya di ruangan lain. Hanin membuka paket itu dengan hati-hati dan mengeluarkan isinya. Ada beberapa foto yang pernah Hanin lihat dari email dan berkas yang diberikan Perwira Raksa. Yang lainnya adalah beberapa berkas seperti ijazah Hana juga sertifikat kelahiran Mentari dan Bintang dari rumah sakit Singapura tapi bukan nama Hana dan Arka yang tercantum sebagai orangtuanya. Hanin tidak tahu siapa orang-orang yang namanya tercantum di sertifikat itu. Bahkan Hanin juga tidak tahu jika Mentari dilahirkan di Singapura, karena saat Hana masuk keluarga Raksa saat kandungannya menginjak 4 bulan, mereka tidak pernah lagi saling berhubungan.
Dalam paket itu juga ada foto pertunbuhan anak-anak dari bayi sampai balita. Sebuah buku jurnal dan satu keping CD. Hanin memilih untuk menonton CD itu terlebih dahulu, sebelum orang-orang dalam rumah bangun. Hanin menitikan air mata ketika melihat Hana versi dewasa dari yang terakhir diingatnya terpampang di layar televisinya. Hana terlihat sangat kurus dan pipinyapun sangat tirus.
Wanita itu berulang kali berdehem sebelum mulai bicara, sepertinya Hana sangat gugup saat akan membuat video itu. Hanin tidak kuasa menahan tangisnya setelah menonton video itu. Dari mulai Hana mengucapkan sapaan, menceritakan kehidupannya dengan suara tercekat seperti orang yang sedang menahan beban berat. Hingga Hana membicarakan tentang firasat kematiannya dan menitipkan anak-anak pada Hanin. Hana memang tidak membicarakan jika hidupnya menderita, tapi dari ekspresi wajahnya Hanin bisa tahu jika Hana sedang terluka. Apalagi saat menit-menit terakhir video itu terdengar seruan seseorang memanggil Hana dengan nada marah dan kasar.
Hanin segukan menangis setelah melihat video Hana, dia menyrsal karena tidak peduli dengan kehidupan Hana selepas anak itu menikah. Ketika Hanin masih larut dengan tangisnya, suara panggilan masuk dari ponsel pintarnya mengalihkan perhatian wanita itu. Hanin menghapus air matanya dan berdehem untuk membersihkan tenggorokannya agar tidak sangau akibat tangisnya.
Hanin tidak tahu harus seperti apa menanggapi kabar yang di sampaikan si penelpon. Putaran roda hidupnya terasa sangat cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can You Hear Me?
Mystery / Thriller"Rintihan kesakitan itu terdengar nyata ditelingaku. Tatapan kosong dari anak perempuan yang meringkuk dalam ruangan itu benar-benar menghantui malam-malamku." Hanindiya Almira tidak tahu kenapa mimpinya akhir-akhir ini selalu sama. Parahnya mimpi b...