"Jadi? Anak-anak itu cucumu?" Tanya Hanin pada Narendra. Entah kenapa, dari banyaknya pertanyaan, pertanyaan itulah yang di tanyakan Hanin. Seharusnya Hanin sudah memprediksi hubungan dekat anatara Perwira Raksa dengan Narendra, mengingat Narendra tahu banyak tentang situasi aneh ini. Tapi mengetahui jika pria itu anak dari si kakek tua itu, tetap saja membuat Hanin kaget. Jika saja hanya sekedar anak angkat, mengingat banyak keluarga kaya yang mengangkat anak dan menjadikan anak-anak itu mesin pembersih mereka, Hanin tidak kaget. Tapi ini, Narendra anak kandung Perwira Raksa yang tidak terungkap ke publik, mengingat publik hanya tahu Perwira Raksa hanya memiliki satu putra, membuat Hanin merasa sangat aneh.
Hanin memperhatikan Narendra secara seksama. Kenapa dia baru menyadari jika pria yang akhir-akhir ini hidup bersamanya, memiliki garis wajah yang sama dengan Perwira Raksa. Sekilas memang tidak terlihat kemiripan diantara mereka, apalagi Hanin mengenal Perwira Raksa di usia tuanya, tanpa tahu bagaimana kakek tua itu saat masih muda.
"Berhenti menatapku seperti itu." Ucap Narendra tidak nyaman.
Hanin mengalihkan perhatiannyake arah lain. Wanita itu menghela napas berat dan memilih meninggalkab kedua pria itu dan duduk bersama anak-anak. Seharusnya Perwira Raksa tidak perlu melibatkannya dalam urusan anak-anak, jika pada akhirnya anggota keluarganya juga ikut turun tangan. Terlepas dari status yang merupakan kakak dari ibunya anak-anak itu, tetap saja dia tidak mengenal anak-anak apalagi menjalin hubungan dengan keduanya sejak orangtua anak-anak itu ada. Hanin setuju untuk mencari anak-anak karena dia pikir kasihan sekali pada mereka dan berharap mereka akan menemaninya di sisa hidupnya. Hanin berpikir jika keluarga Perwira Raksa tidak peduli, anak-anak masih memiliki dia sebagai keluarga. Hanin bisa menjalani hidup bertiga saja dengan anak-anak, sehingga meski dia memutuskan untuk tidak menikah, akan tetap ada anak-anak itu yang menemani masa tuanya. Itupun harapan awal Hanin saat dia belum tahu jika anak-anak itu memiliki kondisi berbeda dengan anak lain.
Melihat jika Perwira Raksa menurunkan putranya yang tidak pernah diungkap ke publik, Hanin berpikir pria tua itu sangat peduli pada cicitnya. Apalagi merencanakan sebuah ikatan pernikahan untuk melindungi anak-anak itu. Dulu Hanin pernah bersumpah jika tidak akan terlibat lagi dengan keluarga Raksa. Melihat ibunya yang terus menangis merindukan Hana dan ayahnya yang terus menyalahkan ibunya akan apa yang terjadi pada Hana, membuat Hanin membenci keluarga itu. Hanin menjadikan keluarga itu sebagai tumbal dari rasa kesalnya akan nasib keluarganya, yang memang sejak awal berantakan semakin berantakan. Penilaian Hanin pada keluarga Raksa memang tidak melenceng, buktinya sekarang keluarga itu juga meruwetkan hidup tentram, aman, damai miliknya.
"Siapapun aku tak penting lagi sekarang, karena keselamatan anak-anak adalah hal utama yang harus kita pikirkan." Ucap Narendra mengikuti langkah Hanin. Pria itu sedikit meringis melihat pemandangan di hadapannya. Hanin duduk bersandar dengan kepala Bintang yang terbaring dalam pangkuannya.
"Iya, keselamatan anak-anak yang harus kita pikirkan sekarang." Ucap Elang ikut-ikutan. Sebenarnya pria itu juga merasa sedikit bersalah mengungkap identitas asli Narendra. Dia tidak tahu jika Hanin belum mengetahui tentang kenyataan itu.
"Baiklah, toh aku juga tidak mungkin lepas tangan pada anak-anak yang menggantungkan hidup mereka padaku." Ucap Hanin akhirnya. Refleks tangannya mengelus kepala Bintang yang berbaring di pangkuannya. Hanin tidak tahu apa yang terjadi kedepannya. Tapi, dia tidak merasakan kekhawatiran apapun akan apa yang terjadi ke depannya sekarang. Apalagi melihat keadaan anak-anak itu, akan sangat tidak punya hati jika dia meninggalkan anak-anak itu.
"Jadi? Kamu akan ikut dengan rencana kami?" Tanya Elang.
"Jika itu jalan satu-satunya apa boleh buat? Kondisi fisikis anak-anak akan semakin terpuruk jika terus di kurung di rumah seperti ini. Seperti katamu, jika anak-anak tidak terdaftar sebagai anak siapapun, entah bagaimana mereka menjalani hidup ketika di bawah pengasuhan orangtua mereka. Apalagi mengingat usia Mentari sudah melewati usia sekolah. Jika tujuan kita untuk kebaikan anak-anak itu, aku setuju saja." Ucap Hanin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can You Hear Me?
Mystery / Thriller"Rintihan kesakitan itu terdengar nyata ditelingaku. Tatapan kosong dari anak perempuan yang meringkuk dalam ruangan itu benar-benar menghantui malam-malamku." Hanindiya Almira tidak tahu kenapa mimpinya akhir-akhir ini selalu sama. Parahnya mimpi b...