Masalah penculikan Sammy terus ditangani, dari pesan yang ditinggalkan si penculik pada Narendra, pihak kepolisian akhirnya mendapatkan lokasi tempat penyekapan Sammy. Hanya butuh beberapa hari sampai akhirnya Sammy ditemukan dalam keadaan yang jauh dari baik-baik saja. Wanita itu babak belur, hampir di seluruh tubuhnya di penuhi oleh lebam-lebam karena pukulan dan siksaan. Saat ditemukan, tidak ada siapapun di bangunan bekas pabrik itu selain Sammy yang meringkuk dengan tangan terikat.
Mentari sudah kembali ke rumah setelah di rawat 3 hari, anak itu tidak mengamuk saat sadar, tapi anak itu kembali ke mode off seperti awal dia ditemukan beberapa bulan lalu. Meski ingin, Hanin tidak bisa membawa Mentari kembali ke rumah almarhum ibunya Narendra. Hanin merasa berkewajiban merawat Sammy, karena Sammy terluka saat menjaga Mentari. Rumah sakit besar itu hanya memiliki pisikiater berjenis kelamin laki-laki. Hanin tidak mau mengambil resiko membiarkan Mentari tidak ditangani oleh mereka. Sampai hari ini hanya satu dokter yang berhasil membuat Mentari mau membuka diri, dan meminta dokter temannya Narendra untuk pindah rasanya tidak mungkin.
Hanin menghela napas melihat Mentari yang hanya duduk di atas ranjangnya sambil melihat keluar dari sejak anak itu bangun dari tidurnya. Mereka tinggal di rumah besar keluarga Raksa, karena rumah yang di penuhi penjaga keamanan serta di lengkapi CCTV adalah tempat yang paling aman sekarang ini. Meskipun rumah ini dulunya kekuasaan Arini, tapi tampaknya Arini tidak memiliki ikatan yang lebih selain majikan dan pelayan pada para pelayan di tempat ini. Para pelayan di rumah ini dengan mudah menerima Hanin sebagai nyonya rumah dan bersikap selayaknya pelayan pada majikan.
Para pelayan juga tidak banyak bertanya dengan keadaan Mentari yang tidak biasa juga tentang keberadaan Jo di tengah-tengah keluarga. Dua orang pelayan dan dua orang pengawal yang ditugaskan menjaga Sammy secara bergantianpun tidak mempertanyakan apapun dan hanya melakukan pekerjaan mereka dengan baik.
Narendra sibuk dengan perusahaan Raksa grup yang akan dialihkan ke tangan para staf ahli. Lubang yang ditinggalkan Arini sangat besar untuk bisa ditutupi dengan mudah. Kesibukan Narendra membuat pria itu baru akan pulang menjelang tengah malam dengan tubuh yang lelah. Sejak pria itu sibuk bahkan bisa dihitung jari komunikasi diantara mereka. Layaknya sebuah keluarga pada umumnya, Narendra berperan sebagai ayah yang sibuk bekerja sedangkan Hanin berperan sebagai ibu yang merawat anak-anak.
"Anak cantik, ayo kita sarapan..." ajak Jo dengan suara centilnya. Setelah pulih dari sakitnya, Jo kembali menjadi Jo yang sama. Hanya saja sekarang dia harus tinggal bersama Hanin di rumah bak istana ini dan menutup sementara salon kebanggaannya untuk keamanan pria setengah matang itu.
Mungkin karena Jo bukan benar-benar laki-laki, Mentari sama sekali tidak takut dengan Jo. Mentari bahkan tidak menolak jika pria yang mengatasnamakan dirinya 'aunty' pada anak-anak itu menuntunnya kesana kemari. Dan sesuai intruksi Narendra ketika Jo membawa gadis kecil itu berjalan-jalan, para pengawal harus menyembunyikan diri agar tidak terlihat oleh Mentari.
"Aunty ikut bibi-bibi di dapur bikin omelete keju kesukaanmu loh..." ucap Jo lagi.
Mentari memakai alat bantu dengarnya, tentu saja dia bisa mendengar ucapan Jo, hanya saja anak itu tidak ingin meresponnya. Lagi-lagi Hanin hanya bisa menghela napas melihat gadis kecil yang sudah bisa mulai tersenyum itu kembali ke fase awal.
"Bintang, ke meja makan duluan sama aunty Jo yah, ibu bicara dulu dengan kakak Mentari." ucap Hanin pada pria kecil yang bergelayutan di kakinya. Sejak ditinggilkan tempo hari dan melihat Hanin menangis, Bintang menjadi sangat sensitif, dan tidak mau jauh darinya.
"Nggak mau... aku mau ma ibu." ucap anak itu memeluk kaki Hanin lebih erat.
Hanin membawa pria kecil yang semakin hari semakin baik dan bertingkah layaknya anak seusianya itu ke gendongannya dan membawanya mendekat ke arah Mentari. Wanita yang mendadak jadi ibu dua anak itu duduk di samping anak gadisnya dan menggenggam tangan gadis kecil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can You Hear Me?
Mystery / Thriller"Rintihan kesakitan itu terdengar nyata ditelingaku. Tatapan kosong dari anak perempuan yang meringkuk dalam ruangan itu benar-benar menghantui malam-malamku." Hanindiya Almira tidak tahu kenapa mimpinya akhir-akhir ini selalu sama. Parahnya mimpi b...