Semua berjalan sesuai rencana Narendra, setelah satu jam perjalanan, mereka sampai di tempat akad pernikahan mereka di gelar. Dibantu oleh teman Narendra semasa SMA dulu, akad nikah sangat sederhana tanpa tamu, keluarga bahkan kebaya berlangsung lancar. Meskipun pernikahan ini jauh dari sebuah pernikahan impian, mereka tetap mengamini doa baik dari penghulu juga ustadz yang menghadiri pernikahan ala kadarnya Narendra dan Hanin.
Meskipun impian tentang sebuah pernikahan sudah lama sirna dari angan-angan Hanin, tapi melihat bagaimana dia menikah dalam keadaan seperti sekarang ini, dia merasa miris sendiri. Pernikahannya dengan Narendra sudah seperti orang kawin lari atau lebih parahnya pernikahan perselingkuhan saja. Acara yang berlangsung tidak lebih dari sejam itu, sama sekali tidak membuat Hanin nyaman, apalagi dia harus mempercayakan anak-anak yang tertidur ketangan orang lain. Belum lagi beberapa teman SMA Narendra yang membantu menyiapkan pernikahan ini, menganggap pernikahan ini adalah pernikahan dengan tujuan 'rujuk'. Rupanya mereka tahu jika Narendra pernah menikah sebelumnya dan tidak tahu jika istri Narendra meninggal dunia, sehingga menganggap Hanin adalah wanita yang pernah dinikahi Narendra dulu. Belum cukup dengan pernikahan mirisnya, Hanin juga harus terima dianggap sebagai orang lain, kurang miris gimana? Tapi, dia tahu saat ini bukan saatnya dia untuk bersikap sentimental. Keadaan tidak menentu yang tiba-tiba menggonjang-ganjing hidupnya membuat, Hanin mau tidak mau harus menerima keadaan itu dengan lapang dada. Keselamatan nyawanya saja belum jelas, kenapa dia harus sibuk memikirkan urusan perasaan hatinya.
Perjalanan berlanjut hingga dini hari mobil yang Narendra kendarai sampai ke kota tujuan. Hanin patut mengacungi jempol pada Narendra yang tetap fokus menyetir tanpa rasa kantuk sedangkan Hanin entah berapa kali dia ketiduran dan bangun beberapa menit kemudian, hingga kepalanya terasa sakit sekarang. Karena tidak mungkin datang berkunjung ke rumah sakit di jam segini dan Narendra mengatakan tidak sanggup lagi menyetir. Mereka memutuskan untuk menginap di hotel terdekat.
Narendra lebih dulu turun untuk memesan kamar untuk mereka sementara Hanin menunggu anak-anak yang masih tidur. Sepanjang perjalanan hanya Bintang yang sesekali bangun sedangkan Mentari tidak bangun sedikitpun. Mungkin karena sebelum berangkat Mentari meminum obatnya terlebih dahulu, jadi anak itu tidur pulas sepanjang perjalanan.
Narendra kembali setelah beberapa menit, dia membawa Mentari ke gendongannya dan meminta Hanin menggendong Bintang. Mereka memasuki hotel bak sebuah keluarga lengkap yang akan menginap. Narendra juga ternyata memesan kamar suite untuk keluarga. Setelah menidurkan anak-anak dan memastikan keduanya tidur nyaman, dua orang dewasa itu tiba-tiba merasa canggung sendiri. Hotel setelah pernikahan memang kombinasi normal bagi orang-orang yang menikah normal tapi tidak bagi mereka. Narendra dan Hanin dua orang dewasa dan tentu saja sulit untuk menolak reaksi tubuh normal mereka.
Narendra berdehem canggung, tiba-tiba saja dia yang merasa sangat mengantuk tadi kehilangan rasa kantuknya sekarang.
"Tidurlah, hanya beberapa jam lagi menuju waktu subuh. Bukankah masih butuh sekitar 30 menit lagi dari sini sampai ke rumah sakit tempat Perwira Raksa di rawat." Ucap Hanin pura-pura sibuk dengan selimut dan mulia membaringkan diri di kasur yang sama dengan anak-anak.
"Aku akan menjaga anak-anak disini, mereka tidur lebih awal tadi, biasanya mereka bangun lebih awal." Ucap Hanin lagi setelah melihat raut kebingungan Narendra.
"Oh, okay..." ucap Narendra sedikit canggung sambil menggaruk kepalanya tidak gatal. Tampaknya pasangan itu masih membutuhkan waktu cukup lama untuk menyesuaikan diri. Mengangakrabkan diri dengan status baru mereka, yang bukan hanya dua orang asing yang bertemu untuk menjaga anak-anak.
*****************
Pagi menjelang dengan suasana cukup kondusif. Mentari tidak mengamuk ataupun bertindak anarkis dengan menyakiti diri sendiri meskipun terbangun di tempat asing. Anak itu seperti menyadari jika Hanin berada di sampingnya, dimanapun dia berada, dia akan merasa aman sesuai janji Hanin padanya. Seperti anak-anak lain seusianya Bintang sempat menangis ketika bangun ditempat yang tidak dikenalinya. Tapi, setelah Hanin menggendongnya, anak itu lamgsung berhenti menangis. Setelah tour kecil dalam gendongan Hanin, anak itu sudah berubah ceria kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can You Hear Me?
Mystery / Thriller"Rintihan kesakitan itu terdengar nyata ditelingaku. Tatapan kosong dari anak perempuan yang meringkuk dalam ruangan itu benar-benar menghantui malam-malamku." Hanindiya Almira tidak tahu kenapa mimpinya akhir-akhir ini selalu sama. Parahnya mimpi b...