Bab 45

12.6K 2K 45
                                    

Karena sekelilingnya berisik dan Hanin yang terus bergerak membuat Bintang yang berada dalam gendongannya tidak nyaman. Balita ini menangis karena tidurnya terganggu, membuat Hanin yang panik karena takut kehilangan Mentari semakin panik.

"Biarkan aku masuk, aku harus mencari putriku." Paksa Hanin, tapi pria-pria itu tidak mengizinkannya karena dokter hanya membolehkan hanya satu orang saja yang di dalam bertindak sebagai wali.

Tidak berapa lama dokter keluar dari ruang perawatan Perwira Raksa dengan muka kuyuh mereka. Beberapa menit kemudian Narendra juga keluar. Pria terlihat kaget melihat Hanin dan Bintang yang menangis dalam gendongan Hanin.

"Hei, ada apa?" Tanya Narendra mengambil alih Bintang dari gendongan Hanin.

"Mentari...dimana Mentari?" Tanya Hanin panik.

"Mentari?" Tanya Narendra balik. Untuk sesaat pria itu terlihat berpikir dan baru menyadari dia melupakan sesuatu.

Narendra berlari ke dalam ruangan diikuti oleh Hanin. Narendra memanggil-manggil nama Mentari, dia benar-benar melupakan keberadaan putri dari keponakannya itu tadi. Keadaan Perwira Raksa yang tiba-tiba drop membuatnya panik. Sebelum dokter datang, ada banyak pengawal yang masuk ke dalam ruang perwatan Perwira Raksa. Mentari pasti ketakutan tadi, bodohnya dia melupakan gadis kecil itu. Narendra berdoa semoga Mentari masih bersembunyi di ruangan ini, bukan lari keluar dari ruangan.

"Jangan bilang kau melupakan Mentari?" Tanya Hanin sengit. Meskipun dia marah, dia tetap menjaga suaranya tetap tenang karena ada Bintang di antara mereka. Hanin panik karena ketidak beradaan Mentari, sampai dia tidak menyadari alat penopang kehidupan kembali terpasang di tubuh Perwira Raksa. Hanin marah luar biasa dengan keteledoran Narendra. Tapi, dia cukup tahu tempat untuk tidak memuntahkan amarahnya pada Narendra sekarang juga.

Narendra menyerahkan Bintang yang masih mengantuk pada pangkuan Hanin. Sementara dia akan meminta bantuan para penjaga Perwira Raksa di luar untuk membantu mencari Mentari. Meskipun Hanin di liputi kekhawatiran akan keadaan Mentari, tapi dia tidak bisa berbuat banyak karena Bintang yang kembali tertidur di pangkuannya. Kasihan Bintang jika tidurnya harus terganggu lagi.

Setelah memastikan tidur Bintang sudah pulas, Hanin menidurkan Bintang di sofa bed yang tersedia di ruangan itu. Hanin beranjak ke kamar mandi untuk buang air kecil dan mencuci mukanya. Hanin mencoba membuka pintu kamar mandi di ruangan itu, tapi pintu tidak bisa di buka. Meskipun berusaha keras, tapi pintu masih saja sulit di buka seperti ada seseorang yang menguncinya dari dalam. Tapi, tidak terdengar suara apapun dari dalam, bahkan suara air mengalirpun tidak terdengar.

Hanin mencoba mengetuk pintu, tapi tidak ada respon apapun dari dalam.

"Mentari..." panggil Hanin, berpikir mungkin saja Mentari bersembunyi di dalam kamar mandi.

"Mentari ini ibu...buka pintunya nak." Ucap Hanin berharap jika memang Mentari yang ada di dalam, bisa mendengarnya dan mau merespon ucapannya.

Berulang kali mencoba mengetuk dan memanggil-manggil Mentari, tapi tidak ada respon dari dalam. Hanin segera menghubungi Narendra untuk segera kembali ke ruang perawatan Perwira Raksa.

"Maaf, aku belum bisa menemukan Mentari." Ucap Narendra ketika datang.

"Dari CCTV, Mentari tidak terlihat keluar dari ruang perawatan ini." Ucap Narendra lagi.

"Cepat buka pintu ini." Perintah Hanin membuat Narendra yang merasa bersalah karena kehilangan Mentari, bingung.

"Cepat!!!" Perintah Hanin lagi. Meskipun heran dengan permintaan Hanin yang tiba-tiba menyuruhnya membuka pintu kamar mandi, Narendra tetap melakukannya.

Can You Hear Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang