Unexpected Idol (3)

11.2K 1.2K 54
                                    

"Katakan apa salahku Go Sarang! Aku tidak mengerti apapun jika kau hanya diam dan diam," kesal Taehyung saat mendapati wajah masam Sarang. Jika lama-lama seperti ini, Taehyung jamin jika dirinya bisa jadi gila karena tidak tahu akar permasalahannya. Sarang marah tanpa alasan, dan jikapun ada alasannya, kekasihnya itu hanya diam dan tidak mau berkata apapun. Buktinya, sampai sekarang tidak ada alasan yang dikeluarkan Sarang.

"Aku mau kita putus," ungkap Sarang setelah menarik nafasnya dalam. Wanita yang berprofesi sebagai model terkenal se-Asia itu sudah memikirkan semua ini dengan matang.

"Apa katamu?" Tanya Taehyung, mengharapkan sebuah pengulangan kalimat yang berbeda dari mulut kekasihnya ini.

"Aku tahu kau tidak tuli, Tae! Aku mau kita putus! Aku ingin mengakhiri hubungan ini sekarang juga," tegas Sarang dengan nafas yang memburu. Taehyung tidak tahu apa yang ada di pikiran Sarang sekarang, setelah semua pengorbanan Taehyung, wanita yang ia cintai ini dengan santainya meminta mengakhiri hubungan yang sudah terjalin 5 tahun lamanya.

Taehyung mencekal pergelangan tangan Sarang, mencegah wanita yang statusnya kini sudah menjadi mantannya itu untuk tidak pergi sebelum memberikan penjelasan, "Kau meminta putus setelah semua yang kulakukan padamu?"

Taehyung kecewa dan sakit hati. Sungguh, jika tahu semuanya akan berakhir seperti ini, lebih baik dulu ia memilih untuk tidak jatuh ke dalam pesonanya seorang Go Sarang-- si asisten penata rias.

"Ck, jadi kau mengungkitnya lagi? Aku muak Tae, muak!" Sarang menarik tangannya dengan kasar, lalu menatap Taehyung dengan tajam, "Aku memang bukan apa-apa jika dulu kau tidak membantuku untuk masuk ke dalam agensi modeling terkenal di Seoul. Tapi sekarang, aku tidak membutuhkanmu lagi Tae. Aku sudah bisa berdiri sendiri tanpa perlu kau papah."

"Jadi, kau kira apa penyebabnya aku memberikanmu segalanya? Kepopuleran, uang dan juga cinta, aku sudah memberikan semuanya padamu. Dan nyatanya? Aku menerima balasan seperti ini," decih Taehyung, hatinya sakit hanya karena perkataan Sarang.

"5 tahun aku bersandiwara, Tae. Berpura-pura bahwa aku nyaman denganmu. Tapi nyatanya, aku sama sekali tidak nyaman saat berada bersamamu. Kau terlalu membosankan, dan juga aku menerima pernyataan cintamu karena saat itu aku memang sedang membutuhkan bantuanmu," jujur Sarang, ia memandang remeh Taehyung. Merasa menang karena telah berhasil membuat Taehyung kalah telak.

"Aku tidak menyangka jika hatiku sudah salah memilih. Go Sarang, kau tidak lebih dari manusia licik yang hanya haus akan kepopuleran. Harusnya kau sadar, dibalik kesuksesanmu sekarang, ada seorang pria bodoh yang membantumu," jika Taehyung wanita, maka ia akan menangis sekarang. Sayangnya, Kim Taehyung adalah pria tulen yang tak akan menangis hanya karena diputusi sang pujaan hati. Walau nyatanya, hatinya sudah sakit karena diiris kasar oleh perkataan gamblang Sarang.

"Terserah kau mau menganggapku apa. Yang pasti, setelah hubungan ini berakhir, jangan pernah temui aku lagi. Dan masalah ini semua biar aku dan agensiku yang menanganinya," setelah mengucapkan kalimat itu, Sarang langsung melenggang pergi meninggalkan Taehyung sendiri. Pria itu masih berdiri, memerhatikan punggung cantik Sarang yang kian menjauh hingga akhirnya sudah tidak terlihat lagi.

Malam berbintang, alunan musik klasik, cafe yang sudah ia sewa hanya untuk berkencan dengan Sarang... adalah saksi bisu berakhirnya hubungan mereka berdua.




♡♡Unexpected Idol♡♡



Hojung mengecup puncak kepala Nami dengan penuh kasih, "Jadi, kapan kau akan kembali ke Korea? Tidak bisakah tugasmu digantikan dengan pilot yang lainnya?" Mendengar penuturan kesal Nami, Hojung tersenyum tipis, "Tidak bisa, honey. Inilah resiko yang harus kau tanggung jika mempunyai seorang kekasih yang berprofesi sebagai pilot."

"Huh, kenapa jadwal kerjamu harus bersamaan dengan hari jadi kita yang ke satu tahun? Padahal aku ingin merayakannya denganmu," rajuk Nami, bibirnya mayun karena ia tidak bisa merayakan hari jadinya bersama dengan kekasihnya.

"Kita bisa merayakannya 2 hari setelahnya. Honey, jangan sedih, hmm?" Tenang Hojung sambil mengelus lembut puncak kepala Nami. Jika saja ia bisa meminta, dirinya juga ingin membatalkan tugasnya. Tapi nyatanya, ia tidak bisa berbuat apapun. Sudah resiko yang harus ia ambil saat jadwal penerbangan semakin padat dan malah dirinya yang ditugaskan.

"Maklumi aku, honey. Kita sering terpisah jauh, tapi yakinlah jika hatiku selalu ada untukmu," tutur Hojung, ia mengusap lembut buku-buku jari Nami.

"Ya, ya.. baiklah. Aku maklumi. Lagipula melarangmu juga tidak akan membuatmu tetap disini, kan?" Sergah Nami seraya melemparkan senyuman manisnya pada Hojung. Senyuman yang bahkan bisa membuat Hojung mabuk-- sudut bibir yang terangkat itu lebih memabukkan daripada segelas anggur mahal.

Nami menyenderkan kepalanya di bahu kiri Hojung, bahu kekasihnya itu bisa membuat pikirannya tenang. Karenanya, hal yang paling ia sukai saat berduaan dengan Hojung adalah menyenderkan kepalanya. Sementara itu, hal yang paling Hojung sukai saar bersama Nami adalah senyuman manis.

"Pagi tadi aku baru menonton berita jika ada sebuah pesawat jatuh di perairan Jepang. Kau tahu, aku sangat cemas saat kau sudah menjalankan tugasmu. Aku takut terjadi sesuatu yang buruk," suara Nami melemah saat diakhir, ia terlalu takut dengan segala kemungkinan yang kapanpun bisa saja terjadi. Tidak ada yang tahu kapan terjadinya sebuah kecelakaan, apalagi sekarang tengah maraknya kasus pesawat yang jatuh. Entah itu kesalahan teknis ataupun kesalahan pilotnya, yang pasti Nami jadi takut naik pesawat.

"Aku juga melihat berita itu pagi tadi. Kudengar, sayap pesawatnya patah. Dan akhirnya pesawat yang membawa 225 peumpang dan 8 awak pun jatuh," lanjut Hojung. Nami segera mengangkat kepalanya dari senderan bahu Hojung sesaat setelah pria itu selesai berbicara, "Kenapa menceritakannya dengan detail sekali? Kau membuatku makin takut! Dasar jahat!"

Nami memukul pelan tangan kekar Hojung, membuat pria itu tertawa karena yang ia rasakan adalah sensasi menggelikan, seperti tengah digelitiki oleh Nami.

"Kau yang memancingku untuk berbicara seperti itu, honey," kekeh Hojung, tangannya bergerak jahil, menarik hidung Nami dengan gemas. Ah, jika sudah bermanja-manja dengan Nami, rasanya ia tidak mau bertugas.

"Jangan lupa menghubungiku jika kau mau melaksanakan tugasmu. Kau tahu kan jika aku ini orangnya sangat khawatir?" Ingat Nami, membuat kekasihnya itu mengangguk patuh.

"Kau harus tidur yang banyak, harus fokus karena nyawa penumpang ada di tanganmu. Makan makanan yang sehat, jangan sentuh makanan cepat saji karena itu tidak baik," Nami melanjutkan, membuat Hojung lagi-lagi mengangguk patuh.

"Terima kasih karena sudah mengingatkanku. Sekarang giliranku untuk mengingatkanmu. Jangan terlalu fokus pada pekerjaanmu, jangan menumpuk pekerjaanmu karena itu akan menyulitkanmu. Jangan pernah telat makan karena kau terlalu sibuk dengan pekerjaan, jangan suka lembur karena diluar sedang banyak orang jahat, mengerti?" Titah Hojung, menatap mata Nami dengan lekat-- penuh akan cinta. Sementara Nami hanya bisa tertawa pelan.

"Kenapa tertawa?" Tanya Hojung.

"Ternyata kau lebih cerewet daripada aku. Lucu saja saat melihat ekspreksimu," tawa Nami seraya menepuk-nepuk kedua pipi Hojung.

Malam itu, langit malam kota Seoul dan aliran tenang sungai Han adalah saksi bisu keromantisan mereka.



♡♡Unexpected Idol♡♡

FANGIRL : Unexpected Idol [ KTH ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang