Unexpected Idol (59)

6.7K 743 60
                                    

-Unexpected Idol-

"Jadi, kau mempercayai Taehyung dan baikan dengannya? Cih, kau gila Namira!" Begitulah kalimat yang Hojung lontarkan pada Nami beberapa detik yang lalu. Pria ini entah bagaimana bisa sudah berdiri tepat di depang gedung kantornya. Seakan memang berniat untuk menunggunya pulang guna membicarakan perihal masalah ini. Jika mempercayai Taehyung adalah hal gila, maka menaruh kepercayaan pada Hojung adalah hal yang jauh lebih dari kata gila! Bagaimana bisa Nami mempercayai perkataan seorang lelaki yang pernah berbohong padanya? Ia bahkan tak menjamin jika hanya satu kebohongan itu saja yang Hojung punya. Mungkin pria ini memiliki banyak sekali kebohongan, dan beruntungnya hanya satu yang terkuak. Nami tidak bisa memikirkan bagaimana masa depannya jika saat itu dirinya tidak memergoki Hojung tengah bersama dengan wanita lain.

"Minggir," Nami memutar kedua bola matanya malas. Terlampau muak melihat wajah Hojung. Bagaimana bisa dulunya ia jatuh cinta dengan pria seperti ini? Huh, ia rasa ada yang salah dengan otaknya kala itu. Setiap kali si wanita berusaha untuk melangkah maju di area yang tak tertutupi tubuh kekar Hojung, pria itu mengikutinya. Membuat Nami menghela nafasnya dan mulai mendorong dada Hojung. "Sudah kubilang, minggir! Kau menghalangi jalanku," katanya dengan suara rendah sembari menggeram kesal. Hojung menghambat jalan pulangnya sementara sekarang perutnya sudah berbunyi minta diisi.

"Pikirkan keputusanmu untuk memaafkan Taehyung sebanyak dua kali, Nami. Pria itu menghamili mantan kekasihnya. Kau akan terlihat seperti seseorang yang akan merusak hidup sang anak kelak. Apa kau tidak kasihan dengan Sarang? Dia tengah hamil dan butuh pertanggung jawaban dari ayah anaknya, dan kau justru mempertahankan Taehyung, ayah anaknya," kalimat yang Hojung lemparkan penuh dengan penekanan seolah menusuk hati Nami. Dirinya sama sekali tidak pernah berniat untuk menjadi wanita jahat yang merebut seorang pria dari seorang wanita yang membutuhkan. Lagipula Taehyung sudah mengaku habis-habisan jika ia tidak pernah tidur dengan Sarang. Menyentuhnya saja bahkan tidak pernahㅡ hanya sebatas berciuman.

"Kang Hojung, kutegaskan sekali lagi padamu. Sekarang, kau bukan lagi bagian dari hidupku. Kau hanya orang asing yang seenaknya menyeludup masuk dan ingin menghancurkan setiap jaringan-jaringan hatiku. Tidak hak untuk mengatur pilihanku. Mulai sekarang, berhentilah. Di luar sana, kau bisa berkencan dengan banyak wanita cantik," paparnya secara perlahan. Nami berhasil meredam emosi yang tumbuh karena kekecewaannya. Rasanya ia ingin menghilang dari bumi dan menjalani hidup di tempat baru agar bisa terbebas dari pria yang telah menyakiti hatinya.

"Pergilah," ujarnya sekali lagi sembari mendorong dada Hojung karena jarak mereka hanya sebatas ujung sepatu yang bersentuhan. Wanita itu menundukkan kepalanya, lalu berjalan pergi meninggalkan Hojung. Belum berapa langkah ia melajukan tungkai jenjangnya, tiba-tiba saja lengannya ditarik kuat, membuatnya otomatis menoleh kebelakang pun tubuhnya memutar dengan cepat. Kali ini tidak bisa menahan amarahnya lagi, ia ingin memaki Hojung dengan kata-kata kasar. Namun, belum sempat bibirnya terbuka untuk memaki, Hojung sudah lebih dulu membungkam mulutnya dengan sebuah ciuman yang terkesan memaksa. Mata Nami melebar sempurna, berusaha keras menjauhkan wajahnya dari pria berengsek ini. Dengan mengerahkan seluruh tenaganya, ia berhasil melepas ciuman penuh nafsu itu dengan cara mendorong dada si pria. Nafasnya terengah sembari punggung tangan mulai mengusap kasar bibirnya.

"Kau gila, Hoㅡ"

Bugh

Kedua mata Nami kembali melebar ketika melihat Taehyung yang tiba-tiba saja muncul dari arah belakangnya mulai menghantam wajah Hojung dengan tinjuan kasar. Wajah kekasihnya merah padam, nafasnya memburu, pun seluruh uratnya menyembulㅡmenampakkan diri. Tak puas dengan hanya memberi satu tinjuan, Taehyung kembali menarik kerah pakaian Hojung dan mulai memberinya satu hadiah lagi. Kali ini lebih keras dan sukses membuat hidung si pria berdarah.

"Kim Taehyung, berhenti," Nami menarik lengan Taehyung dengan susah payah, berusaha untuk memisahkan dua orang tersebut dari pertikaian sepihak. "Biarkan aku menyelesaikan semua ini dulu, Namira!" Bentaknya, menepis kasar tangan Nami. Ia mulai menarik kerah kemeja Hojung dengan satu tangan, yang dimana sukses membuat dua kancing teratasnya lepas dan berhamburan di aspal.

"Kim Taehyung! Kau sakit! Berhentilah dan ikut aku!" Ia ikut berteriak. Paham betul jika sekarang jantung kekasihnya pasti terasa ngilu. Ia tidak ingin Taehyung sampai kenapa-napa jika sakitnya justru dilawan dan tidak dinetralkan. Bersamaan dengan lepasnya cengkraman Taehyung dari kerah baju Hojung, pak satpam datang menghampiri sembari bertanya ada masalah apa sampai terjadi keributan di depan gedung.

Satpam tersebut membantu Hojung untuk berdiri, sementara Nami meminta maaf pada satpam dan segera menyeret Taehyung untuk pergi dari sana. Berpacaran lama dengan pria ini membuat Nami hapal dengan mobilnya. Tak perlu bertanya karena Nami bisa melihatnya dari sini. Merampas paksa kunci mobil Taehyung dari saku celana, membuat alarm mobil berbunyi dua kali, lalu segera memasukkan Taehyung ke bagian belakang mobil. Dalam kondisi seperti ini, tidak baik untuk mengemudi di jalanan. Biarkan pria ini menenangkan dirinya terlebih dahulu di kursi belakang mobil.

Masih dengan nafas yang terlalu sulit untuk ditarik dan dihembuskan, Taehyung segera mencondongkan tubuhnya kedepan pun tangannya mulai terulur dan mengambil banyak helaian tisu. Ia memberikannya pada Nami dengan segera, "hapus. Hapus itu," katanya terengah. Si wanita pun mulai mengambil tisu yang Taehyung sodorkan dan segera menghapus bibirnya dengan kasar secara berulang.

"Lagi, hapus lagi, Namira. Jangan biarkan bekas ciumannya tersisa disana!" Taehyung menegaskan, dan Nami menurutinya. Tak peduli jika sekarang area sekitaran bibirnya mulai memerah karena terlalu sering diusap kasar. "Biarkan aku yang menghapusnya!" Ungkapnya seakan belum puas dan segera mengambil lembaran tisu dari tangan Nami, lalu mulai mengusap kasar bibir kekasihnya.

"Kim Taehyung, berhenti!" Nami menahan pergerakan tangan Taehyung. Sudah cukup bibirnya dibeginikan. Ia sudah mengusapnya berkali-kali dengan kasar, menyakiti area sekitar bibirnya. Mereka berdua saling melempar pandang sebelum akhirnya Nami yang lebih dulu membawa Taehyung kedalam pelukannya. Dapat ia rasakan degup jantung  si pria yang tiga kali lebih cepat, membuatnya segera mengusap kepala belakang dan punggung Taehyung secara bersamaan dengan memanfaatkan kedua tangannya.

"Maaf," gumamnya. Berhasil membuat Nami menggelengkan kepalanya. "Kau tidak bersalah, bukan kewajibanmu untuk meminta maaf," pungkas Nami. Jarak mereka semakin terkikis kala Taehyung mulai membalas pelukan.

"Pria bajingan itu... aku akan membunuhnya jika sekali lagi ia berani menyentuhmu," tekannya penuh dengan kebencian. Nami tidak tahu apakah cara ini berhasil, tapi ia berusaha untuk mengelus punggung Taehyung lembut guna meredam amarah yang masih membara.

"Berani sekali dia menciumㅡ"

"Mau makan burger di apartemenku? Kita bisa menghabiskan malam dengan menonton film sambil menikmati makanan cepat saji. Itupun jika kau tak punya jadwal malam ini," Nami berusaha untuk mengalihkan pembicaraan, dan beruntungnya hal itu terbilang sukses karena Taehyung mengiyakan dengan cepat.

"Hanya menonton film saja?" Tanya Taehyung, melepaskan pelukan setelah dirasa jantungnya telah kembali berdetak normal.

"Memangnya kau ingin membantuku bekerja setelah itu? Aku membawa pekerjaan pulang hari ini karena malas lembur di kantor," ungkapnya. Bagaimanapun gaji yang ia dapat adalah sebuah hubungan timbal balik dari tenaga dan otaknya.

"Jadi setelah menonton film, kau akan meninggalkanku sendirian di depan televisi?"

"Tentu. Kau bisa puas guling-guling di atas karpet, sementara aku di kamar."

Bibir si pria mulai manyun, "kau tidak mau mengajakku juga masuk ke dalam kamar?"

"Memangnya apa yang ingin kau lakukan di dalam kamar?" Tanya Nami, matanya menelisik. Dapat ia tangkap Taehyung tersenyum malu sekarang. "Tidur denganmu, tentu saja," godanya sembari mencolek dagu si wanita yang otomatis langsung mendapat jitakan pada kepalanya.


-Unexpected Idol-

FANGIRL : Unexpected Idol [ KTH ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang