Jam tujuh pagi Taehyung harus pergi bekerja. Sepulangnya dari Bali kemarin sore, ia langsung menghempaskan tubuhnya di atas kasur empuknya tanpa membersihkan tubuh. Nyatanya, jika sudah lelah, tidak peduli seberapa kotornya dirimu, hal pertama yang kau cari pastilah kasur empukmu. Ya, itulah Taehyung. Jika ia berkelakuan seperti itu di dorm, mungkin Seokjin atau Hoseok akan memarahinya habis-habisan.
Hari ini, tepatnya di hari Selasa yang menyebalkan, ia harus bangun pagi-pagi karena jadwal syuting iklannya itu pagi-- sekitaran pukul delapan tiga puluh. Padahal ia masih ingin bercumbu dengan bantal iron man hadiah dari Jungkook sepuluh tahun lalu-- yang sampai sekarang masih mulus. Dan pagi tadi, suara teriakan manager Oh berhasil membuatnya melempar bantal kesayangannya dengan geram.
"Kau masih mengantuk, Tae?" Tanya manager Oh. Ekor matanya melirik kearah Taehyung yang duduk di sampingnya sesaat, tidak mau melirik lama-lama karena sungguh hal tersebut membahayakan keselematan. Sedangkan yang ditanya malah diam seraya menyenderkan kepalanya ke jendela. Merajuk adalah salah satu kelebihan Taehyung selain berakrting manja. Merajuk dan manja, dua sifat Taehyung yang sudah ada sejak ia lahir-- mungkin.
"Jika masih mengantuk tidur saja. Di jok belakang sana ada bantal iron man kesayanganmu. Ambil itu lalu peluklah. Jangan merajuk, kau sudah tua," celetuk manager Oh. Sementara Taehyung makin kesal dan malah mencebikkan bibirnya. Bisa-bisanya manager Oh mengatainya 'pria tua'? Huh, dirinya baru berusia tiga puluh tiga tahun ini. Dimana letak tuanya? Bahkan wajahnya saja masih mulus tanpa keriput sedikit pun!
Taehyung hanya mampu menghela nafasnya pelan, tatapan mata tajam yang ia layangkan sesaat kearah manager Oh pun segera ia alihkan keluar jendela. Namun, rasa kantuk yang mendera itu hilang begitu saja saat manik matanya menangkap sebuah objek yang sangat ingin ia lihat.
Namira. Ia melihat wanita itu yang tengah berdiri di halte bus sembari menengadahkan kepalanya ke langit yang menangis.
"Hyung, ada payung di mobil, kan?" Tanya Taehyung, tangannya sibuk merogoh saku mantelnya, mengambil sebuah masker kemudian memakainya dengan gesit.
Manager oh melirik Taehyung dengan heran lalu segere menyahut, "Ya. Di jok belakang, seperti biasa." Mendengar jawaban itu, Taehyung segera beranjak dari kursi, menghadapkan tubuhnya kebelakang dan mencondongkannya. Tangan panjangnya pun dengan gesit berhasil meraih payung tersebut dalam hitungan detik.
"Hyung, hentikan mobilnya," titah Taehyung. Tapi, manager Oh tidak semudah itu menuruti kemauan Taehyung dan malah bertanya, "Kenapa minta turun di tengah jalan? Sebentar lagi kita sampai ke gedung ANYANG."
"Aish, hyung... hentikan saja. Ayo cepat," desak Taehyung yang membuat Manager Oh mau tidak mau menepi dan menghentikan laju mobilnya. Saat mobil tersebut sudah berhenti, dengan gesitnya Taehyung keluar dari dalam mobil sembari mengatakan bahwa manager Oh bisa pergi ke gedung ANYANG terlebih dulu dan menunggunya di lobi.
Manager Oh hanya mampu mengangguk lalu melihat punggung Taehyung yang semakin menjauh. Seketika, manager Oh menggelengkan kepalanya sadar kenapa Taehyung minta diturunkan di tengah jalan. "Sepertinya wanita itu akan melihat wajah Taehyung setiap hari."
♡Unexpected Idol♡
Nami menghela nafasnya kasar. Padahal sekarang ini ia sudah berada tepat di halte bus yang letakknya sekitar lima ratus meter dari gedung kantornya. Tapi sayangnya, tepat disaat ia turun dari bus tadi, hujan lebat mengguyur daerah Seoul. Ah, padahal tadi Nami sudah melihat ramalan cuaca yang biasanya selalu ditayangkan ditelevisi saat pagi tetapi masih saja dia lupa membawa payung. Haruskah dia meletakkan kata 'tidak beruntung' di belakang namanya sekarang?
Ada berbagai macam alasan kenapa Nami tidak ingin menerobos hujan lebat seperti ini. Pertama, karena Hong chajang-nim tidak suka melihat pegawainya berpakaian lepek dan berantakan. Nami pasti akan mendapatkan teguran dan diceramahi satu jam penuh karena kemejanya basah semua dan rambut yang sudah seperti rumput laut. Kedua, ia yakin betul jika lobi gedung dipadati oleh staff yang berlalu lalang. Jika ia datang dengan pakaian lecek, sudah pasti ia akan menjadi pusat perhatian dan menjadi gunjingan para karyawan. Ketiga, karena hari ini dirinya didapuk untuk mengawasi kelancaran berjalannya syuting iklan. Tidak mungkin kan dia datang dengan pakaian yang basah kuyup? Huh, tidak enak dipandang sama sekali.
Haruskah ia menunggu hujan lebat ini berubah menjadi rintik-rintik? Berapa lama lagi ia harus terjebak di halte bus yang sepi seperti ini?
Saat Nami berniat untuk mendudukkan dirinya di bangku halte, ekor matanya menangkap sosok pria yang mengenakan jaket denim dengan sebagian wajah yang tertutup masker. Nami tebak, dibalik masker itu terkembang sebuah senyuman manis. Bukan tanpa alasan, mata pria itu berbicara banyak-- seolah mengatakan segalanya.
Hingga akhirnya mata Nami membulat sempurna saat tahu siapa yang kini sudah berada di depannya-- tak lupa dengan payung di tangan kanannya.
"Hai, sudah berapa lama?" Tanya Taehyung, matanya tersenyum dan bisa dipungkiri bahwa bibir pria itu juga tengah melakukan hal yang sama seperti kedua matanya yang menyipit-- ikut tersenyum di balik masker.
Nami memutar kedua bola matanya malas. Berapa lama apanya? Baru saja dua hari mereka tidak bertemu. Bahkan Nami yakin sekali, bertemu dengan Hojung lebih sulit daripada bertemu dengan Taehyung-- saking seringnya ia melihat Taehyung.
"Tujuan kita sama, kan? Mau ikut aku? Berbagi payung di tengah hujan lebat sepertinya romantis," tawar Taehyung. Jika saja orang yang menawarinya sebuah payung bukanlah sosok Taehyung yang menyebalkan, pasti Nami akan langsung mengiyakan. Jika saja yang menawarinya adalah seorang ojek payung-- yang tentunya tak akan ada di Korea-- pastilah ia rela merogoh kocek hanya untuk berbagi payung.
"Tidak perlu. Aku akan menunggu hujannya reda," tolak Nami dengan susah payah. Padahal ia sangat-sangat membutuhkan payung saat ini. Ia tidak ingin datang ke kantor terlambat karena Hong chajang-nim sangat benci dengan pegawai yang tidak tepat waktu. Huh, wanita itu juga tidak mau mendengar berbagai macam alasan logis yang sering dijadikan alasan picisan telat datang ke kantor.
Taehyung tak menyerah. Otaknya kembali ia putar, seluruh sel-sel otaknya ia paksa untuk berpikir. Lalu, dari balik maskernya ia tersenyum tipis. "Sudah jam tujuh lima puluh. Yakin tidak mau berbagi payung denganku? Tidak takut diceramahi karena telat?"
Taehyung terkekeh pelan saat melihat Nami yang membuang wajahnya kearah lain, berusaha untuk tidak tergoda dengan rayuan Taehyung. Nami terpaksa meyakinkan dirinya untuk tetap pada pijakannya karena sebentar lagi hujan pasti akan berhenti-- walau ia tidak begitu yakin karena langit begitu mendung.
"Yasudah, aku pergi..." Taehyung melangkahkan kakinya dengan lambat dengan kepala yang sesekali menoleh kebelakang. Pria itu mendengus kesal saat sadar bahwa Nami tidak beranjak dari pijakannya barang sejengkalpun.
Tapi, tak berapa lama kemudian, wajah Taehyung yang menghadap lurus kedepan pun akhirnya menoleh saat bahunya tidak sengaja tertabrak pelan oleh bahu seseorang juga. Di balik maskernya, Taehyung kembali tersenyum lebih cerah. Perasaannya sudah meletup-letup karena saking bahagianya saat tahu Nami berjalan disebelahnya dan berbagi payung dengannya.
"Katanya tadi tidak mau berbagi payung denganku?" Sindir Taehyung, ia terkekeh pelan. Sementara kini wajah Nami sudah memerah karena menahan malu. Ah, ia harus menjilat ludahnya sendiri karena tak mau dimarahi oleh atasannya itu.
"Berubah pikiran dalam satu detik," jawab Nami asal dan ditimpali Taehyung dengan tertawaan kecil.
Taehyung itu orangnya pemberani, berbeda dengan Jimin yang orangnya pemalu. Buktinya sekarang ini, dengan beraninya ia mengarahkan tangan kirinya ke puncak kepala Nami lalu mengusapnya pelan. "Uh, kau menggemaskan, ingin kugigit," gemasnya dengan suara yang sedikit dibuat-buat lucu.
Jika saja Nami tidak terikat dengan Hojung, mungkin ia adalah orang yang paling senang karena mendapat rayuan dari sosok idolanya.
♡Unexpected Idol♡
KAMU SEDANG MEMBACA
FANGIRL : Unexpected Idol [ KTH ]
Fanfiction[ END ] Sungguh, kali ini bukan sebuah fanfiction. Tapi kenyataan yang terlihat mirip seperti Fanfiction. Pergi bekerja di Seoul, bertemu dengan Taehyung secara tidak sengaja, lalu saling meninggalkan hingga akhirnya mereka berdua kembali bertemu di...