Unexpected Idol (11)

8.9K 1K 25
                                    

Nami berhenti di depan Rumah Sakit Umum Seoul. Sudah sepuluh menit ia hanya membuang waktunya untuk diam, memandang rumah sakit yang besar ini. Rasa takut menyelimuti Nami, membuat seluruh tubuhnya panas dingin.

Nami menghela nafasnya dengan kasar. Lagipula, semuanya sudah terjadi. Mau tidak mau juga ia harus menanggung akibatnya. Tidak ada untungnya juga jika dia menghindar. Nami sadar jika menghindar tidak akan menyelesaikan masalahnya sekarang. Yang harus ia lakukan adalah menghadapi lalu mencari solusi.

Setelah memantapkan hatinya, Nami segera melangkahkan tungkainya untuk masuk ke dalam rumah sakit, berjalan melewati lobi rumah sakit dengan sedikit cepat, lalu berhenti di lorong poli 'Kebidanan dan Kandungan'.

Setelah mendaftar dan mendapatkan nomor antrian, Nami segera duduk di kursi tunggu yang memang sudah disediakan oleh pihak rumah sakit. Sesekali, ia menggigit bibir bawahnya karena cemas yang berlebih. Ia takut sekali jika ada nyawa yang hidup dalam dirinya.

Nami terkesiap saat merasakan jika blazernya ditarik pelan. Buru-buru, ia menoleh dan menemukan seorang anak kecil yang berdiri menatapnya.

"Agashi, bisa tolong ajari aku cara mengikat tali sepatu?" Tanya anak kecil itu sembari menunjuk tali sepatunya yang sudah lepas.

"Hanbin, jangan ganggu Agashi itu, nak. Sini, biar eomma yang ikatkan," suara lembut seseorang membuat perhatian Namu teralihkan. Seorang wanita yang tengah hamil itu segera tersenyum dan minta maaf pada Nami-- karena anaknya telah mengusik Nami.

Anak itu-- yang diketahui bernama Hanbin-- segera memundurkan tubuhnya sedikit demi sedikit, membuat ibunya terlihat sedikit kesusahan untuk menggapainya.

"Agashi, bantu aku ya. Jika eomma yang mengikatkan tali sepatunya, nanti kasihan dengan adikku disana," Hanbin berceloteh sembari menunjuk perut ibunya. Sementara sang ibu hanya bisa mengusap tengkuknya, heran dengan imajinasi polos anaknya sendiri.

"Adikmu tidak akan apa-apa Hanbin. Ayo sini, biar eomma yang ikatkan," kali ini, Hanbin berhasil menghindar lagi. Membuat sang ibu menghela nafasnya kasar. Merasa jika ini tidak akan ada ujungnya, Nami segera berucap, "Ayo sini, biar Agashi ikatkan."

Wajah Hanbin berseri saat mendengar suara Nami. Anak kecil itu segera mendekatkan dirinya, membuat Nami mudah menggapai dan mengikatkan tali sepatunya.

"Terima kasih, Agashi," pekik Hanbin senang seraya memeluk Nami sebentar. Melihat tingkah laku Hanbin yang menggemaskan, membuat Nami jadi ikut tersenyum. Siapapun tahu betul jika anak-anak akan memeluk seseorang sebagai wujud rasa bahagia mereka-- ya walaupun tidak semua anak.

"Nona, terima kasih ya. Anakku memang seperti itu," tutur sang ibu seraya menatap Nami kikuk. Ada rasa tak enak yang menguar di hati wanita hamil tersebut.

"Eh, tidak perlu berterima kasih. Hanya mengikat tali sepatu tidak menguras tenagaku dan membuang waktuku. Aku senang karena yang memintanya adalah anak lelaki imut seperti anakmu," balas Nami, berusaha untuk menghilangkan kekikukan wanita itu.

Wanita berambut panjang yang tengah hamil tersebut pun tersenyum, "Siapa namamu dan bolehkah aku tahu umurmu? Akan menyenangkan jika kenyataannya kita seumuran."

"Nami, umurku 28 tahun," jawab Nami diiringi senyuman manis. Wanita itu senang sekali berkenalan dengan orang-orang baru. Sudah pernah dikatakan jika Nami itu sangat menyukai manusia. Baginya, manusia adalah objek yang menarik.

"Ah, sayangnya aku lebih tua satu tahun darimu. Oh ya, namaku Anna," kenalnya seraya mengulurkan tangan kanannya. Dengan cepat, Nami pun segera meraih uluran tangan tersebut.

FANGIRL : Unexpected Idol [ KTH ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang