Unexpected Idol (58)

5.8K 732 44
                                    

Nami dan Taehyung sama-sama duduk di atas karpet dengan kedua lutut yang tertekuk dan dipeluk erat. Sepuluh menit setelah kedatangan Taehyung, namun belum ada yang membuka suara. Nami yang enggan untuk bersuara sementara Taehyung yang terlalu takut untuk memulai. Keduanya meneguk saliva pada detik yang bersamaan pun wajah mulai menoleh, membuat manik mereka bertemu dan tubuh mulai menegang. Tepat ketika Nami memutuskan kontak mata dengan cara mengalihkan pandangan, barulah Taehyung memberanikan diri untuk membuka suaranya. "Terima kasih karena telah mau memberiku kesempatan untuk berbicara," ungkapnya merasa bersyukur. Sekarang ini, yang harus ia lakukan adalah berusaha untuk menyakinkan Nami jika dirinya bukanlah pria berengsek yang tak bertanggung jawab.

Wanita itu tidak menyahut ataupun memberi tanggapan berupa anggukan. Yang ia lakukan hanyalah mengeratkan pelukan pada kedua kakinya yang tertekuk. Jantungnya berdegup dua kali lebih cepat dari ritme normal. Bagaimana jika hari ini Taehyung tidak menyangkal dan malah mengatakan sebuah kejujuran dimana ialah ayah dari bayi yang berada di dalam kandungan Sarang? Mau ia kemanakan perasaannya yang telah melebur menjadi satu bersama dengan raganya?

"Namiraㅡ" Taehyung mengarahkan jemarinya ke tangan Nami, berusaha untuk menggapai jari-jemari kecil dan kurus milik si wanita. Tapi, disaat telunjuknya telah bersinggungan dengan punggung tangan Nami, si wanita justru menarik tangannya, menjauhkannya dari jangkauan Taehyung. Ada rasa sakit dalam hatinya ketika melihat Nami menjauhkan tangannya, seolah tidak sudi untuk disentuh olehnya. Salivanya kembali terteguk, kali ini tenggorokannya terasa sakit saat menelan liurnya sendiri. Iapun kembali merapikan posisinya, mulai mengaitkan kesepuluh jemarinya, meremasnya dengan erat setelah itu.

Taehyung menggigit bibirnya. "Aku harap kau percaya padaku. Selama aku berpacaran dengannya, aku sama sekali tidak pernah melakukan hal lebih selain ciuman. Untuk tidur dengannya saja aku harus berpikir sebanyak sepuluh kali. Aku bukanlah tipe lelaki yang tega menghancurkan kekasihnya sendiri. Tak peduli jika melakukan seks adalah hal yang lumrah dilakukan oleh sepasang kekasih," jelasnya. Taehyung sama sekali tidak berbohong. Tak pernah sekalipun ia memberanikan diri untuk meminta pergulatan panas di atas ranjang terhadap Sarang. Ia sangat menjaga mantan kekasihnya dengan baik.

Nami tidak memberikan reaksi yang memuaskan. Wanita itu hanya diam sembari menatap kosong karpet beludru yang tengah mereka berdua duduki. Ia masih terlalu ragu untuk mempercayai setiap perkataan Taehyung. Nami takut jatuh untuk yang kedua kalinya. "Harus dengan cara apa agar aku bisa membuktikan padamu bahwa aku sama sekali tidak berbohong?" Taehyung bertanya dengan lirih. Nami yang disuguhi pertanyaan seperti itu mendadak merasa bingung. Ia ingin Taehyung melakukan sesuatu untuk membuktikan perkataannya, tapi ia sama sekali tidak tahu apa yang harus Taehyung lakukan untuk membuktikan kejujurannya.

Taehyung menarik lalu membuang nafasnya pelan. Kedua matanya terpejam sesaat, lalu bibirnya mulai membuka pun pita suaranya mulai bergerak. "Kepercayaan adalah pondasi utama dari sebuah hubungan. Andai kau tidak mempercayai pasanganmu, maka hubungan yang selama ini kau bangun akan runtuh. Jika aku tidak mencintaimu, Namira, maka kau akan kulepaskan, bukan kuperjuangkan seperti ini," lanjutnya. Benar, andai saja perasannya ke Namira tidak sampai angka seratus dari seratus, maka sudah pasti ia akan meninggalkan wanita yang sama sekali tidak mau mempercayainya ini. Diluar sana masih banyak perempuan cantik dan lebih baik dari Namira. Taehyung tidak bermaksud untuk membandingkan, tapi kenyataannya memang seperti itu. Tapi, Taehyung tak pernah sedikitpun berniat atau berpikir untuk meninggalkan Nami dan mengakhiri kisah percintaan mereka, sebab Namira itu terlampau spesial di mata Taehyung.

"Aku belajar banyak dari pertengkaran kita. Untuk itu, kurasa kau butuh waktu untuk menyendiri dan merenungkan semua perkataanku. Jika kau mulai menumbuhkan benih kepercayaan lagi untukku, silahkan hubungi aku," Taehyung beranjak dari karpet beludru abu-abu yang ia duduki. Diraihnya topi hitam bertuliskan nama brand terkenal berserta kembali menutupi sebagian wajahnya dengan masker putih.

"Bagaimana jika aku tidak bisa menaruh kepercayaan lagi padamu?" Pertanyaan yang sukses membuat Taehyung berhenti melangkah. Rasanya ingin sekali menangis saat ia sama sekali tidak dipercayai walau sebenarnya tak ada kebohongan yang ia serukan. Apapun jenis kelaminnya, semua manusia pasti akan mengeluarkan air mata jika hatinya telah terlampau sakit.

"Secara tidak langsung, kau mau berkata jika hubungan ini tidak bisa dilanjutkan?" Taehyung merotasikan kepalanya. Matanya sudah memerah sekarang. Kepalanya tak bisa memikirkan perkataan lainnya. Inilah yang ia takutkan dari sebuah hubungan; berpisah.

"Akuㅡ"

"Tidak masalah jika kau ingin mengakhiri kisah cinta kita. Akuㅡ aku akan berusaha untuk menerima keputusanmu," Taehyung mengalihkan perhatiannya dari Nami, menatap lurus pintu flat yang catnya sudah hampir mengelupas. Emosinya masih bisa ia tahan, tapi sepertinya akan meluap ketika tungkainya meninggalkan tempat tinggal wanitanya.

"Kau bahkan tidak pernah tahu bagaimana rasanya menantikan seseorang yang bertahun-tahun dikagumi. Aku telah mencintaimu sejak SMA, sejak kau masih terlampau sulit untuk kugapai. Aku menunggumu, menunggumu, dan menunggumu seperti orang bodoh setiap harinya. Dan setelah kau berhasil kudapatkan, apa terdengar mudah untuk melepaskan kembali?" Jawaban yang membuat Taehyung membalikkan tubuh sepenuhnya. Obisidian mereka kembali saling bertemu untuk yang kesekian kalinya.

"Aku mencintaimu. Tapi kenapa harus ada masalah pelik ini diantara hubungan kita? Kenapa? Kenapa harus kita Kim Taehyung?" Tangis Nami pecah bersamaan dengan kalimat terakhir yang ia ucapkan. Ia mulai terisak, tak peduli dengan keberadaan Taehyung. Ada kalanya seseorang memperlihatkan sisi lemahnya di hadapan orang lainnya. Manusia tak bisa selalu kuat, ada kalanya mereka rapuh dan merasa perlu untuk memperlihatkan kerapuhannya.

"Kumohon jangan menangis," setetes air mata Taehyung mulai keluar dari sudut matanya. Kedua tangannya mengepal pun kepalanya menunduk. Keduanya kini sama-sama menangis sembari menahan emosi masing-masing. Dinginnya Tembok-tembok bercat putih menjadi saksi bisu lemahnya dua anak manusia ini.



♡-♡-♡




"Go Sarang itu titisannya nenek lampir. Jika kau ingin hidup tanpa beban, tolong jangan percaya sedikitpun dengan perkataannya," Taehyung memperingati Nami dengan perasaan canggung luar biasa. Setelah selama satu jam menenangkan diri, mereka berdua memutuskan untuk berdamai dan mulai merebahkan diri di atas kasur kecil milik Nami. Tidak ada yang salah dari memberikan kesempatan kedua untuk setiap orang. Lagipula Namira ingin mempercayai Taehyungㅡ kekasihnya.

"Tapi kau dulu percaya dengan kata-katanya. Kata cinta contohnya," Nami mengejek, menekankan kata cinta dengan sangat jengkel. Membuat Taehyung tertawa kecil ketika mendengar kalimat penuh penekanan tersebut. "Kurasa dia sukses memberiku apel beracun yang menjadikanku sebagai pengikut sesatnya," secara tak langsung Taehyung mengatai dirinya sendiri sebagai pribadi yang bodoh.

"Aku penasaran Tae, kenapa kau menyukaiku?" Nami memiringkan tubuhnya, menatap wajah samping Taehyung yang nampak menawan.

"Kompasku telah mengarah kepadamu. Otomatis kapalku berlabuh dihatimu. Alasan satu-satunya adalah karena kau adalah tujuan terakhirku yang kutemukan dengan ketidaksengajaan," Taehyung berhenti, lalu segera membalikkan tubuhnya juga. Ia diam sejenak, tak lama mulai mengeluh karena tidak tahu apa alasan spesifik yang membuatnya tertarik dengan Nami. Cinta itu tidak butuh alasan, benar?

Setelah Taehyung berhenti menggerutu, keduanya mulai saling beradu tatap dan mulai mendekatkan diri. Disaat yang bersamaan mereka berdua mulai mengatupkan kedua kelopak mata pun helaan nafas mulai membelai lembut kulit wajah. Hidung Taehyung yang terlampau mancung menabrak dan mulai menggesek hidung mungil Nami. Jantung keduanya mulai berpacu dua kali lebih cepat ketika permukaan bibir mereka telah saling bertemu. Tangan panjang Taehyung mulai menggeser pinggul Nami agar tak ada jarak yang memisahkan mereka. Terlarut dalam ciuman panas tanpa sadar diluar sana hujan deras mulai mengguyur kota Seoul.




-Unexpected Idol-

FANGIRL : Unexpected Idol [ KTH ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang