Hojung memiringkan wajahnya, melihat ponselnya yang tergeletak begitu saja di sisi kosong kasurnya. Sejak satu jam yang lalu ia selalu berharap jika Nami menghubunginya, paling tidak mengiriminya sebuah chat yang hanya berisikan sebuah sticker gambar apapun. Biasanya, Hojung akan marah jika Nami hanya menanggapi pesannya dengan sebuah stiker, tapi untuk saat ini sticker lah yang paling ia harapkan.
Hojung mengalihkan pandangannya, kini matanya tertuju pada langit-langit kamarnya yang transparan hingga matanya bisa menangkap titik-titik bintang di atas sana. Karena sudah tiga tahun menggeluti dunia penerbangan, saat ini hasil kerja kerasnya sudah terbayar. Terbukti dengan sebuah rumah di kawasan elit dan juga satu buah mobil mahal kesayangannya.
Biasanya setiap malam minggu ia akan berada di apartemen kecil milik Nami. Mengobrol tentang apapun sambil meminum teh dan melihat pemandangan dari jendela. Tapi hari ini, tidak ada rutinitas seperti malam minggu biasanya. Pertengkaran kemarin benar-benar membuat Hojung gengsi untuk menelpon Nami duluan.
Hojung melirik ponselnya sesaat dan tepat disaat itu ponselnya berkedip, menandakan sebuah telepon masuk. Buru-buru Hojung segera meraih ponselnya dan melihat nama di layar ponselnya dengan seulas senyuman. Tapi, tiga detik kemudian senyumannya luntur saat sadar siapa yang menelponnya.
Tertulis nama Shin Hyemi disana dan Hojung malah memutar bola matanya malas. Pria itupun segera meletakkan ponselnya sembarangan ke sisi kosong ranjangnya seraya berdecak malas. Kenapa harus Hyemi? Kenapa bukan Nami?
Setelah menghela nafas pendek, Hojung pun kembali meraih ponselnya. Matanya melirik sekilas kearah nama Hyemi yang masih tertera disana. Hingga akhirnya, Hojung pun mengangkat panggilan telepon dari salah satu kekasihnya tersebut.
"Kenapa? Jika tidak penting aku akan tutup teleponnya," ucap Hojung dengan malas, malah dari seberang sana Hyemi bisa mendengar suara Hojung yang menguap.
Selama mendengar Hyemi mengoceh dan memarahinya, Hojung hanya membalas seadanya saja seperti 'hmm', 'ooh', 'ya' dan 'tidak'. Hal tersebut tentu saja membuat Hyemi muak dan makin mengomel. Hingga akhirnya, Hojung memutuskan untuk meletakkan ponselnya di dalam laci tanpa mematikan panggilan tersebut. Biarkan saja si nenek lampir itu mengoceh sampai tenggorokannya kering.
"Kenapa Hyemi tak pernah memahamiku barang sekali saja? Huh, dia sungguh berbeda dengan Nami. Pria mana yang tidak bosan dan kabur dari nenek lampir hobi mengoceh seperti Hyemi?" Keluh Hojung dan kemudian memutuskan untuk segera tidur.
- - -
Sama halnya dengan Hojung, saat ini Nami juga tengah menunggu sebuah chat masuk dari Hojung. Wanita itu merasa sangat tertekan saat mendengar kalimat; 'Mungkin aku tidak akan menemuimu untuk sementara waktu'. Kalimat yang benar-benar membuat mata Nami bengkak karena menangis seharian dan nafsu makannya menghilang.
Hojung-ah, kau memaafkanku, kan? Melihat chat yang ia ketik, otomatis Nami langsung menggelengkan kepalanya dan menghapus kembali pesan yang tadi ia ketik. Sejurus kemudian, ia menarik nafas dalam sembari memikirkan kata-kata yang tepat untuk dikirimkan pada Hojung.
Hojung-ah, sebagai permintaan maaf, mari berkencan. Besok ada film bagus yang tayang di bioskop. Nami menghela nafas lagi dan akhirnya kembali menghapus pesan yang belum sempat ia kirimkan. Bukankah mengajak kencan saat mereka tengah bertengkar itu terasa aneh? Karena masalah ini tidak bisa dikategorikan sebagai masalah sepela, jadi Nami tak bisa berpura-pura tenang seolah tak terjadi apapun.
"Huh, tunggu Hojung saja yang mengirimkan chat. Aku tidak terlalu pandai mencairkan suasam tegang. Huh, kuharap malam ini Hojung mengirimiku satu kalimat saja," mohon Nami sepelan mungkin. Biasanya, setiap malam Hojung selalu mengirimi Nami chat yang betuliskan; 'selamat tidur, aku mencintaimu'. Dan malam ini Nami berharap jika kekasihnya itu mengirimkannya chat tersebut.
"Baiklah. Dalam lima menit, jika ada satu pesan masuk ke ponselku, maka dia adalah jodohku. Ah, ayolah... kuharap itu Hojung dan bukan sms dari operator," pinta Nami dengan mata terpejam.
Sudh hampir lima menit Nami menunggu, tapi tidak ada satupun pesan yang masuk. Hingga akhirnya, di detik-detik terakhirㅡsaat Nami tidak berharap besar lagiㅡ ponselnya berdenting sekali. Dengan gerakan super cepat, Nami segera membuka sebuah pesan yang masuk dua detik lalu.
Mulutnya kembali menganga saat isi pesan tersebut sudah ia baca. Tak menyangka jika orang yang mengirimnya pesan singkat ini tahu nomor ponselnya.
From : 010-xxxx-xxxx
Hei, mengirimu sms serasa seperti kembali ke tahun 2000-an. Nona cantik, berikan aku ID KaTalk mu😊
p.s : Ini si tampan Taehyung"Argh, kenapa malah Taehyung? Astaga, bisakah kata-kataku barusan ditarik lagi?" Gusar Nami, berusaha untuk mengabaikan pesan Taehyung. Masih marah karena pria tersebut mengatakan hal terlampau jujur. Padahal Nami bisa menjelaskannya sendiri dengan Hojung dan akan menyelesaikannya dengan kepala dingin.
Kau tahu, seseorang yang mendengar kejujuran dari orang lain sakitnya dua kali lipat daripada mendengar sebuah kejujuran dari kekasihnya.
Nona, sudah tidur?
Hei Nona! Jika ini aplikasi chat, maka aku bisa melihat apakah kau membaca pesanku atau tidak.
Nona... kau mengabaikan pria tampan sepertiku, hmm?
Ah, apa kau masih marah karena kemarin?
Nona, jangan abaikan aku.
Nona, ini malam minggu dan tidak ada satupun riwayat chat dengan wanita.
Yak! Namira! Balas pesanku atau kau kuteror dengan kata cinta!
Nami berdecak pelan dan kemudian segera mematikan daya ponselnya. "Ck, dia ini menyebalkan dan menghabiskan pulsa saja," celetuknya pelan sambil menarik selimut tebalnya.
- - -
"Tidak bisa seperti ini, aku harus mengiriminya pesan singkat duluan!" Tekad Taehyung seraya membongkar lacinya, mencari sebuah kertas tipisㅡkartu nama bohongan yang Nami buatㅡ. Ia bernafas lega karena secarik kertas mudah robek itu masib tersimpan rapi di laci kamarnya. Beruntung sekali di pojok kanan kartu nama bohongan itu tertera sebuah nomor ponsel.
Taehyung mulai mendudukkan dirinya di lantai kamar yang dingin. Ia mulai megetikkan sebuah pesan yang berisi; 'Hei, mengirimu sms serasa seperti kembali ke tahun 2000-an. Nona cantik, berikan aku ID KaTalk mu😊'.
Satu menit, dua menit, tiga menit... belum ada tanda-tanda Nami akan membalas pesannya. Hal tersebut akhirnya membuat Taehyung kembali mengetikkan beberapa SMS lainnya yang dapat menarik perhatian Nami.
Sudah hampir tiga puluh menit Taehyung memerhatikan ponselnya terus-terusan. Tapi, tidak ada satupun pesan yang dibalas Nami. Hal tersebut membuat Taehyung merasa terabaikan dan kecewa hingga akhirnya terbaring lesu di lantai kamar yang dingin.
"Oke, telpon saja," tutur Taehyung dan kemudian segera menelpon Nami. Beberapa detik kemudian suara operator wanita yang mengatakan jika nomor tidak aktif membuat Taehyung langsung memasukkan ponselnya ke kolong kasur.
"Huh, menyebalkan! Hari senin aku harus menemuinya."
♡Unexpected Idol♡
KAMU SEDANG MEMBACA
FANGIRL : Unexpected Idol [ KTH ]
Fanfiction[ END ] Sungguh, kali ini bukan sebuah fanfiction. Tapi kenyataan yang terlihat mirip seperti Fanfiction. Pergi bekerja di Seoul, bertemu dengan Taehyung secara tidak sengaja, lalu saling meninggalkan hingga akhirnya mereka berdua kembali bertemu di...