Bagi seorang publik figur terkenal seperti Taehyung, tangga darurat adalah tempat yang cocok untuk berkencan. Disaat lift sudah tersedia, kenapa musti menggunakan tangga darurat? Ya kecuali jika memang tengah berada dalam kondisi gawat darurat barulah tangga itu berfungsi.
Dulu, sewaktu ia masih merahasiakan hubungannya dengan Sarang, mereka berdua sering menghabiskan waktu untuk mengobrol dan berduaan di tangga darurat gedung agensi. Bisa dibilang, tempat kencan pertama mereka adalah tangga darurat.
Dan siang ini, Taehyung membawa Nami untuk duduk di salah satu anak tangga darurat. Pria itu tersenyum sumringah tatkala tangannya sibuk mengeluarkan beberapa macam makanan berat yang ia beli di salah satu restoran ternama. Setelah semua bekal berhasil ia keluarkan dari dalam paper bag berlogokan restoran tempat ia membeli makan siang tersebut, salah satu kotak bekal pun ia ulurkan di hadapan Nami.
"Untukmu," seru Taehyung seraya kembali menyodorkan bekal makanan yang sekarang tengah diabaikan oleh Nami.
"Terima kasih, tapi aku tidak laparㅡ" Nami menghentikan kalimatnya saat sadar jika perutnya mengeluarkan bunyi-bunyian khas konser musik. Ekor matanya melirik kesamping dan seketika wajahnya memerah saat mendapati Taehyung yang tersenyum jahil kearahnya.
"Eii, kebohongan yang gagal. Ambillah, bayi-bayi cacing di perutmu sudah meronta. Oh, apa kau mau kusuapi?" Tanya Taehyung dan langsung dibantah oleh Nami dengan gelengan cepat. Ck, Nami tak akan pernah melupakan kalau Taehyung ini adalah salah satu orang yang menerapkan kalimat, 'mengambil kesempatan dalam kesempitan'.
Dengan sedikit enggan, iapun segera mengambil kotak makan yang disodorkan Taehyung. Dibukanya kotak makan tersebut dan Nami cukup tercengang saat melihat betapa komplitnya bekal ini. Pandangannya pun tertuju kesamping kirinya, melihat Taehyung yang juga tengah membuka kotak bekal dan memisahkan sumpitnya. Sadar akan pandangan Nami, Taehyung pun menoleh, tersenyum tatkala berhasil memergoki Nami yang tengah memerhatikannya.
"Kenapa? Mau kusuapi?" Goda Taehyung dan langsung dibalas dengan sebuah decakan. Wanita itu kesal karena Taehyung selalu mengira jika dirinya ingin minta disuapi. Ia memandang Taehyung juga bukan karena ada maunya, ya tapi karena memang matanya saja yang nakal dan tidak bisa diajak kompromi.
"Kenapa kau bertingkah seolah tak pernah melakukan kesalahan apapun? Kenapa semuanya terlalu biasa bagimu?" Ungkap Nami lalu segera memasukkan sebuah daging ke dalam mulutnya. Pria yang tengah duduk disebelahnya ini bertingkah biasa saja, tidak ada setitikpun rasa bersalah, apalagi mengeluarkan permintaan maaf yang tulus. Padahal menurut Nami, Taehyung adalah penyebab retaknya sebuah hubungan.
"Memangnya aku salah apa? Soal kejujuranku beberapa hari lalu tentang kekasihmu dan hubungan kita? Ck, aku tidak akan meminta maaf jika sebenarnya aku memang tidak salah. Mataku memang melihat kekasih brengsekmu itu selingkuh, kok!" Cerocos Taehyung, tak terima jika selalu disalahkan. Dalam hati ia mendumel karena kebodohan Nami dan lamanya takdir membongkar semua sandiwara klise ini.
Sudah yang kesekian kalinya Taehyung berkata dengan kepercayaan diri yang tinggi perihal Hojung berselingkuh dari Nami. Hal itu tentunya cukup menguras kerja sel-sel otak Nami. Karena ia mengikuti BTS sejak lama, wanita itu tahu jika Taehyung jarang sekali berbohong. Pria pemilik senyum kotak itu terlalu sering dibodohi daripada membohongi.
"Masih tidak percaya denganku? Ah, aku tak menyangka jika kau mau mempertahankan hubunganmu dengan pria itu. Hei, sepandai apapun tupai melompat, binatang kecil itu pasti akan jatuh juga. Sama seperti kekasih brengsekmu, sejauh apapun dia menyembunyikan hubungan gelapnya, lambat laun kau pasti akan mengetahuinya juga. Dan jika saat itu benar-benar terjadi, aku akan membuka jasa pelukan gratis untukmu," cengir Taehyung dan kemudian melanjutkan aktivitas makannya yang tertunda.
"Dan jugaㅡ" Taehyung berhenti mengunyah makanannya, kepalanya tertoleh begitu saja kearah Nami. Senyuman manisnya terpatri sekilas sebelum ia melanjutkan perkataannya, "asal kau tahu, kita terikat."
Nami menatap Taehyung terheran, "Terikat? Maksudnya?" Ia benar-benar tak bisa mencerna perkataan Taehyung dengan baik. Ini karena otaknya tengah tak berfungsi atau memang perkataan Taehyung yang terlalu mengada-ada?
Taehyung meletakkan sumpitnya di kotak bekal, bertujuan agar telapak tangannya bisa menyentuh area jantungnya sendiri. "Disini terasa sakit jika melihat kau bersentuhan fisik dengan pria lain. Aku juga tidak tahu kenapa hal itu bisa terjadi. Tapi sepertinya kejadian malam itu membuat aku benar-benar terikat denganmu. Tanggal dua puluh tiga Agustus adalah tanggal debutnya rasa sakit itu. Apa kau bersentuhan fisik dengan kekasihmu pada tanggal itu?"
Nami diam sejenak, berusaha mengingat apa yang terjadi pada tanggal dua puluh tiga Agustus. Jika nyatanya pada tanggal itu tidak terjadi apapun, itu tandanya Taehyung berbohong. "Dua puluh tiga Agustus... aku tidak masuk kerja dan hanya baring di kasur. Tapi malam harinya Hojung datang ke apartemenku untuk merayakan hari jadi hubungan kami. Dan kamiㅡ astaga!" Nami terkesiap sendiri saat kejadiaan dimana Hojung hampir saja bercinta dengannya. Mana mau ia menceritakan kejadian itu pada Taehyung.
"Biar kutebak, hampir diperkosa, kan?" Tuduh Taehyung yang nyatanya memang sebuah fakta. Tapi perkataan Taehyung langsung ditampik Nami dengan keras, "Bukankah diperkosa bahasanya terlalu kasar? Lagipula kami berdua adalah sepasang kekasih. Jadi wajar jikaㅡ"
Drrt.. Drrt
Kalimat Nami terhenti sebab ponselnya berdering. Dirogoh saku blazernya guna mengambil benda canggih tersebut. Mata Nami berbinar saat ia mendapat panggilan masuk dari Hojungㅡorang yang paling ia tunggu. Tanpa menunggu lama, Nami pun segera mengangkat panggilan tersebut.
"Hojung-ah," seru Nami dengan diliputi rasa semangat. Kedua alis Taehyung pun otomatis langsung bertautan saat mendengar nama Hojung terlontarkan. Ia mengutuk pria laknat itu di dalam hati karena tengah menganggu kebersamaannya dengan Nami.
"Kau disini? Benarkah? Ya! Aku akan turun menemuimu," kali ini Nami menyahut dengan lebih bersemangat. Jawaban yang sukses membuat Taehyung menelan makanannya dengan cepat. Pria itu melihat semua pergerakan Nami, dari mulai memutuskan panggilan sampai dengan menutup kembali bekal makanannya. Wanita itu bertindak seolah-olah tidak ada Taehyung di sebelahnya.
"Mau kemana?" Tanya Taehyung cepat disaat Nami sudah hampir beranjak dari tempatnya duduk. Ia sengaja pura-pura tak tahu jika tadi Nami mendapat panggilan dari Hojung.
"Ada Hojung dibawah, aku harus bertemu dengannya," jawab Nami, tidak mempedulikan perasaan Taehyung sama sekali. Andai Nami tahu betapa sakitnya hati Taehyung saat nama Hojung diucapkan dengan semangat, apakah wanita itu masih mau menyebutnya dengan gamblang?
"Tidak bisakah kau disini saja, tidak usah bertemu dengannya dan menghabiskan makan siang bersamaku?" Pinta Taehyung sembari menatap manik mata Nami dengan begitu lekat dan dalam.
"Hojung yang terpenting sekarangㅡ" baru saja Nami berdiri, tiba-tiba saja lengannya ditarik paksa oleh Taehyung, membuat dirinya kembali terduduk disebelah Taehyungㅡkali ini lebih dekatㅡ. Dan yang lebih mengejutkannya lagi adalah saat dimana bibirnya diraup penuh oleh Taehyung. Lambungnya serasa digelitiki oleh ratusanㅡbahkan ribuanㅡkupu-kupu saat Taehyung menggigit gemas bibirnya, memberi salam terlebih dulu sebelum lidahnya memaksa masuk ke dalam rongga mulut Nami dan menyapa benda lunak tak bertulang yang bersarang di dalam sanaㅡlidahㅡ.
Taehyung sengaja memberi ciuman yang lebih agresif, menuntut, dan panas dari sebelum-sebelumnya. Itu semua karena Nami membuatnya cemburu bukan main. Bisa-bisanya berkata jika Hojung lebih penting darinya.
Merasa jika dadanya sudah dipukul kuat oleh Nami, Taehyung pun segera mengakhiri ciuman, memutus benang saliva mereka berdua. Sekarang ini sekujur tubuh Nami rasanya terlampau panas, efek ciuman yang Taehyung berikan.
"Suatu saat bibirmu itu akan menyebutkan betapa pentingnya seorang Kim Taehyung untukmu."
♡ Unexpected Idol ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
FANGIRL : Unexpected Idol [ KTH ]
Fanfiction[ END ] Sungguh, kali ini bukan sebuah fanfiction. Tapi kenyataan yang terlihat mirip seperti Fanfiction. Pergi bekerja di Seoul, bertemu dengan Taehyung secara tidak sengaja, lalu saling meninggalkan hingga akhirnya mereka berdua kembali bertemu di...