Unexpected Idol (31)

7.6K 963 22
                                    

Namira tidak mengerti kenapa dunia dan takdir bekerja sama untuk mempermainkan kehidupannya. Bagi seorang Namira, dunia itu sangat besar, tak akan mampu untuk dipeluk sedangkan takdir itu transparan, tak bisa dilihat dan dibaca dengan mata telanjang. Padahal Namira tak menuntut dunia dan takdir terlalu banyak, ia hanya ingin hidup bahagia.

Tak mau muluk-muluk, satu tahun lalu disaat Hojung menyatakan perasaannya di depan gedung ANYANG, senyum wanita dan air mata kebahagiaan wanita itu tidak pernah pudar dalam seminggu. Saat itu ia benar-benar merasakan apa yang namanya dicintai setelah dua puluh tujuh tahun sendirian. Ia mencintai Hojung lebih dari apapun, menceritakan kebaikan kekasihnya itu kepada keluarga dan teman dekatnya. Namira kira hubungannya dan Hojung tidak akan pernah diterpa badai permasalahan.

Namira mendongakkan kepalanya, menatap langit kelabu yang menjatuhkan buih-buih airㅡtidak lebat, tapi cukup membuat basah. Padahal pagi tadi langit masih membiru, matahari masih tersenyum. Namira tak mengerti kondisi langit di Seoul karena setiap jamnyaㅡtidak seringㅡlangit selalu mengalami perubahan.

Wanita itu menghela nafas pelan guna menenangkan dirinya yang sudah hampir menangis kala mengingat Hojung. Apa hubungannya tak bisa dipertahankan dan akan kandas begitu saja? Wah, terkutuklah Kim Taehyung dengan segala cerocosan mulutnya. Menurut Nami, Taehyung adalah penyebab semuanya. Pria itu sangat patut untuk disalahkan karena tak bisa diajak kompromi. Terlalu kelewat mempermainkan, membuat salah satu hati tersakiti. Ah, tidak. Bukan hanya Namira yang tersakiti, namun semua yang terlibat.

Namira bertindak seolah-olah dialah yang paling tersakiti tanpa mau tahu jika ada hati yang lukanya lebih dalam. Ya, Kim Taehyung sebenarnya menimbun luka yang lebih lebar daripada Nami. Bayangkan saja, ia sudah berusaha menjelaskan sebuah kebenaran, berniat baik agar Nami tak jatuh terlalu dalam jika hubungan tak sehat itu dilanjutkan. Tapi kenyataannya? Selalu Taehyung yang disalahkan.

Dongakan itu kini berganti menjadi tundukan. Di bawah sana, tepatnya dua ratus empat puluh lima meter dari atas sini, kendaraan roda empat terlihat begitu kecil, persis seperti mainan mobil-mobilan plastik hadiah dari chiki-chiki. Sekitar lima belas menit yang lalu Sihyun mengajaknya untuk makan siang di kedai Jjampyeong di depan gedung perusahaan. Perut Nami sejak pagi memang telah mengeluarkan bunyi khas orang kelaparan, tapi hari ini nafsu makannya sedang tidak baik. Seenak apapun menu yang Sihyun jabarkan, tetap saja tidak membangunkan selera makan Nami yang tengah tertidur.

Nami pernah membaca di internet tentang kasus bunuh diri yang seperti tak ada habisnya. Selama tahun kemarin saja ada sekitar dua puluh satu ribu kasus bunuh diri yang terjadi di Korea Selatan. Faktor ekonomi, stress, dan hubungan interpersonal sering menjadi pemicu terjadinya kejadian naas tersebut. Jika ditanya soal berapa banyak orang yang bunuh diri karena diputusi kekasih? Maka dari seratus persen, pemicu tersebut sukses mengambil empat puluh persennya.

Sekarang ini, jika angin bertiup dengan kencang atau Nami memajukan tungkainya selangkah kecil, maka bisa dipastikan dalam hitungan menit wanita itu sudah terbujur kaku tak bernyawa. Tanpa perasaan takut sama sekali, Namira berdiri di ujung gedung yang tingginya mencapai dua ratus empat puluh meter ini. Memang pada dasarnya, Nami tak takut dengan ketinggian. Wanita itu terlalu berani, bahkan tak segan-segan untuk menaiki wahana ekstrim di kotanya dulu.

BRAK!

Suara pintu besi yang dibuka kasar membuat Nami terkesiap dan memutar tubuhnya. Bisa dilihat dengan jelas siapa yang datang dengan tidak santainya, berjalan dengan langkah besar mendekati Namira yang masih berdiri disanaㅡdi atas pembatas gedung. Pemuda yang mengenakan kemeja putih bersih dengan sigap menarik pinggang Nami, menggendong wanita itu turun dari atas pembatas gedung.

"Kau kira hanya pria brengsekmu saja yang ada di dunia ini? Jangan karena hubunganmu tidak ada kejelasan sekarang kau jadi ingin mengakhiri hidup!" Marahnya dengan kedua tangan yang masih melingkar di pinggul Nami.

Kedua mata indah Nami mengerling keheranan. Apa katanya? Mengakhiri hidup? Oh astaga, pria ini terlalu banyak menonton drama dimana pemeran pembantu selalu mati bunuh diri karena putus cinta. "Kau kira aku mau bunuh diri, begitu? Makanya jangan terlalu sering menonton drama!" Nami mengucapkan kalimat terakhir dengan penuh penekanan kuat seraya kedua tangannya berusaha untuk melepaskan pelukan Taehyung.

Entahlah, mungkin saat ini Taehyung tengah mengerahkan seluruh tenaganya agar tangannya tak mudah pergi dari area pinggul Nami. Walau berkali-kali wanita itu menggeliat dan berusaha untuk menjauhkan tangan Taehyung, tetap saja kedua tangan yang kekarnya dua kali lipat dari Nami itu tak mau pergi dan masih bertengger manis di pinggangnya.

"Kim Taehyung, lepaskan tanganmu!" Geram Nami dan masih berusaha sekuat tenaga untuk menjauhkan tangan pria ini. Karena merasa jika Nami sudah mengerahkan seluruh tenaganya dan pelukannya hampir terlepas, maka dari itu dengan wajah tanpa dosanya Taehyung segera menarik pinggul itu mendekat.

Bagaikan tersambar geledek di siang hari, hati Nami rasanya sudah berdenyut-denyut nyeri saat wajah Taehyung hanya berjarak sekitar satu senti dengan wajah cantiknya. Pandangan mereka yang bersirobok membuat denyutan itu makin menjadi dan berhasil mematikan seluruh kinerja saraf Nami.

"Kau tahu, terkadang mulutmu itu harus kuberi pelajaran agar hanya kalimat pujian yang bisa lolos dari bibir manismu. Aku mengerikan jika marah, sayangㅡ" ujar Taehyung seraya mengeluarkan senyuman tipis dan mengerikannya. Memang, Nami selalu melihat sisi bobrok Taehyung yang seperti anak kecil dan ingin bermanja terus-terusan hingga sejatinya ia lupa dengan sifat Kim Taehyung yang sebenarnya.

Nami dibuat tak bisa berkutik, tatapan Taehyung benar-benar mengunci seluruh pergerakannya. Ah, kenapa dia jadi sedikit takut sekarang? "Kim Taeㅡ" belum sempat Nami menyelesaikan perkataannya, Taehyung sudah lebih dulu merubah raut wajahnya. Tidak ada raut wajah serius, sekarang yang Nami lihat adalah senyuman kotaknya. Wah, pria itu benar-benar hebat dan cepat dalam merubah ekspresi wajah.

Tak suka mendapat penolakan jika ia meminta izin lebih dulu, maka dari itu dengan semaunya Taehyung mendaratkan wajahnya di ceruk leher Nami. Menghirup aroma jeruk citrus yang sejatinya berfungsi sebagai daya energi untuk Taehyung. Pertengkaran dua hari lalu sungguh menguji segala macam jenis kerinduan yang bersarang di hatinya. Apalagi saat sadar jika pesan singkatnya tak mendapat balasan satupun, hal tersebut bahkan sudah memacu Taehyung untuk datang bertamu ke apartemen Nami.

Sekujur tubuh Nami rasanya tersengat aliran listrik jutaan volt saat bibir Taehyung dengan jahilnya memberi kecupan kerinduan di area lehernya. Hembusan nafas Taehyung membuat ribuan kupu-kupu di lambung Nami menjadi bangun dan memberontakㅡminta dikeluarkan. Apalagi saat tangan Taehyung yang hangat dan besar tersebut mengusap punggungnya dengan seduktif. Oh astaga, sekarang ini Nami merasa jika tulangnya sudah berubah menjadi jelly-jelly kenyal.

"Ayo makan siang bersama atau jika kau menolak, aku yang akan memakanmu disini,"

Tak mau dihabisi Taehyung, akhirnya mau tak mau Nami mengiyakan ajakan itu dengan cepat. Padahal niatnya ingin mengabaikan Taehyung, tapi nyatanya godaan berkedok ancaman gila yang dilontarkan iblis jahat ini membuat Nami tak bisa berkutik.

♡ Unexpected Idol ♡

FANGIRL : Unexpected Idol [ KTH ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang