Unexpected Idol (34)

7K 980 57
                                    

Nami menghela nafas pelan. Padahal hari ini Hojung dan dirinya sudah sepakat membuat janji kencan. Tapi, tiba-tiba saja Hojung membatalkannya karena suatu alasan yang tidak disebutkan secara rinci. Ini kali pertama Hojung membatalkan kencannya, membuat Nami jadi bertanya-tanya; 'Apa ada sesuatu yang salah dengan Hojung?'

Padahal sekarang ia sudah berada di tempat mereka berjanji untuk saling bertemu. Nami juga sudah mengenakan pakaian terbaiknya, dandan secantik mungkin hanya untuk Hojung. Karena Nami tahu jika ini adalah kencan terakhir mereka dalam bulan iniㅡsebelum Hojung kembali bertugas. Ada rasa ingin bertanya apakah ada masalah dengan Hojung sampai-sampai kencan mereka dibatalkan secara mendadak, tapi lagi-lagi rasa berani itu tidak muncul. Nami ingin menjadi seorang kekasih yang pengertian dan tidak ikut campur terlalu jauh dalam sebuah permasalahan yang tak seharusnya ia ketahui.

Bagaikan sudah menjadi sebuah kebiasaan, langit Seoul yang tadinya terang kini semakin menggelap. Matahari sudah bersembunyi dibalik tebalnya awan gelap. Halte bus yang tadinya sepi kini menjadi ramai karena orang-orang menjadikannya sebagai tempat berlindung dari rinai hujan. Sama halnya dengan Nami, wanita yang tadinya berdiri di bawah pohon besar pun langsung berlari kecil kearah halte bus. Tapi sialnya, hujan sudah turun lebih dulu sebelum kaki Nami menginjak tempat tujuan. Hal itu membuat pakaiannya dan sebagian tubuhnya menjadi sedikit basah.

From: Hojung
Kau tidak marah kan? Aku benar-benar memiliki urusan mendadak saat ini. Aku janji akan mengganti waktu kencan kita saat aku selesai bertugas.

Pesan Hojung Nami balas dengan sedikit panjang. Menjelaskan bahwa ia sama sekali tidak apa-apa dan terkesan baik-baik saja. Rasa kecewa karena kencan yang batal memang masih terasa, tapi sebagai seorang kekasih Nami ingin lebih mengerti Hojung lebih jauh. Kencan yang gagal pastinya bisa di jadwal ulang, berbeda dengan urusan mendadak yang kemungkinan besar tak memiliki kesempatan untuk dijadwal ulang.

Saat ingin keluar dari aplikasi chat, tiba-tiba saja pandangan Nami tertuju pada pesan yang Taehyung kirimkan. Sebuah ajakan untuk makan malam bersama di apartemen Taehyung.

From: Taehyung
Apa hari ini kau sibuk? Jika tidak, mau makan malam bersama denganku? Ah, datang saja ke apartemenku di jalan xxx lantai 17 nomor 1186. Aku akan lebih cepat membukakan pintu jika kau memanggilku dengan embel-embel 'sayang' dengan kuat dari luarㅋㅋㅋㅋ

Nami tak membalas pesan Taehyung satu katapun. Ia mengabaikannya karena hari ini ia sudah punya janji dengan Hojung dan ajaibnya, janji kencan tersebut batal dalam hitungan detik. Karena sudah terlalu lama diabaikanㅡpesannya masuk di pagi hariㅡNami jadi sedikit ragu untuk membalasnya. Takut-takut kalau tawaran makan malam bersama itu tidak berlaku lagi.

Namun akhirnya, Nami pun membalas pesan Taehyung, menerima ajakan pria itu untuk makan malam bersama. Disaat Nami hendak memasukkan ponselnya ke dalam tas kecil yang ia bawa, tiba-tiba manik matanya mengenali wajah seseorang. Di seberang sana, ia melihat Hojung yang turun dari dalam mobil dengan payung di tangan, membukakan pintu penumpang dan dari dalam mobil keluarlah seorang wanita cantik.

Walau hujan menggaburkan pandangannya, tapi Nami tidak dibutakan oleh rintikan air tersebut. Ia masih bisa melihat jelas wajah Hojung dari siniㅡwalau harus memicingkan mata dan berdiri di halte bus barisan paling depan. Karena ingin memastikan apakah yang dilihatnya benar-benar Hojung, Nami pun segera berlari menembus hujan. Kepalanya tertoleh kekiri dan kekanan guna melihat keadaan lalu segera menyebarangi jalan. Yang ia harapkan sekarang adalah, semoga saja itu bukanlah kekasihnya.

Tungkainya terhenti tepat di depan sebuah toko perhiasan yang memang berada di seberang halte bus. Tak mungkin ia masuk ke dalam sana dengan tubuh yang seluruhnya sudah basah seperti ini. Jadi, wanita itupun hanya bisa mendekatkan langkahnya menuju jendela yang memanpang jelas keadaan di dalam toko tersebut.

Bagaikan tersambar petir di hari hujan, sekarang ini tanpa ragu akan salah orang, Nami bisa melihat dengan jelas wajah kekasihnya. Hojung dan wanita tak ia kenal tersebut tengah sibuk memilih-milih perhiasan. Dapat Nami tangkap pergerakan mesra yang mereka berdua pamerkan.

Dengan berat hati, Nami mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. Mencari nomor Hojung dengan susah payah karena ponselnya sudah basah terkena tetesan air hujan. Di dekatkan ponselnya ke telinga sebelah kanan, terdengar nada sambung dengan jelas yang membuat dada Nami bergemuruh. Sekujur tubuhnya bergetar hebat tatkala pria di depannya terlihat tengah merogoh ponsel dan mengangkat panggilan tersebut.

'Halo, honey?'

Suara Hojung dari seberang sana berhasil memicu Nami untuk menyahut, "Halo. Sekarang... kau tengah dimana?" Padahal hanya menjawab saja, tapi Hojung memilih diam sejenak sebelum akhinya ia menyahut.

'Tentu di rumah orangtuaku. Ada sesuatu hal penting yang harus dibahas. Memangnya kenapa, honey?'

"Kau tidak berbohong, kan? Apa sekarang kau tengah berada di tempat lain, bersama orang lain juga?" Tanya Nami, masih berusaha untuk memancing kejujuran Hojung walau nyatanya itu adalah hal mustahil. Orang yang selingkuh tidak akan pernah mengakui perbuatannya secara terang-terangan. Dapat Nami tebak jika sekarang Hojung tengah berpikir keras, terpancar jelas dari diamnya Hojung.

Dapat Nami lihat jika sekarang Hojung tengah membalikkan tubuhnya. Terdengar sebuah suara dari seberang sana, 'Apa yang kau katakan, honey? Aku tidak meㅡ'. Pria itu tidak melanjutkan perkataannya saat pandangannya menangkap jelas sosok Nami yang tengah berdiri di luar sana dengan tubuh terbasahi oleh hujan.

"Seharusnya Tuhan mengatur semua jadwal ini sedikit lebih cepat, Hojung-ah. Setidaknya, rasa sakit hati yang kualami tidak akan sesakit sekarang," ujar Nami dan kemudian segera memutuskan panggilannya secara sepihak. Tidak ada yang tahu masa depan itu seperti apa, seperti halnya Nami. Ia tidak tahu jika pria yang ia cintainya nyatanya berkhianat. Atau sebenarnya, pria itu memang tidak pernah serius dengannya dan malah menjadikan dirinya simpanan. Kasarnya, Nami adalah selingkuhannya Hojung.

"Namiraㅡ" Hojung bergumam pelan. Hingga akhirnya saat ia melihat Nami yang berjalan pergi, ia pun sudah berniat untuk mengejar Nami. Tapi, seolah tak dibiarkan pergi, pergelangan tangan Hojung dicekal oleh kekasihnya.

"Tetap disini, Hojung. Jangan pernah mengejarnya atau hubungan kita berakhir," ancam Hyemi. Wanita itu sedari tadi sadar dengan keberadaan Nami dan mendengar dengan jelas percakapan via telepon dua orang tersebut.

"Akhiri saja jika kau mau," desis Hojung seraya menghempaskan tangan Hyemi guna membebaskan tangannya. Tak menggubris panggilan Hyemi yang terus menyerukan namanya, Hojung langsung pergi begitu saja. Tanpa berpikir panjang, pria itu berlari menembus hujan, mencari keberadaan Nami yang ia harap perginya belum terlalu jauh.

"Nona, Anda mau kemana?" Supir taksi memberanikan diri untuk bertanya dan memandang Nami dengan tatapan prihatin. Seluruh tubuh wanita itu sudah basah, ditambah lagi dengan isakan yang mengiris hati bagi siapapun yang mendengarnya.

"Jalan xxx, ahjussiㅡ" jawab Nami dengan isakan yang masih terdengar jelas. Jika saja ia mau mempercayai Taehyung barang sedikit saja, sakit hatinya tidak akan separah sekarang. Ia dihancurkan oleh seorang malaikat dan diselamatkan oleh seorang iblis.




♡♡♡ Unexpected Idol ♡♡♡

FANGIRL : Unexpected Idol [ KTH ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang