Ada kalanya Nami merasa dirinya adalah wanita yang bernasib baik. Ada kalanya juga, ia merasa jika dirinya adalah wanita bernasib buruk. Seperti sekarang, wanita itu tengah mendengus kesal dan langsung men cap dirinya sebagai wanita yang bernasib buruk.
Siapa yang menyangka jika hujan yang turun sejak pagi tadi malah awet begini? Ada setitik rasa penyesalan karena dirinya tidak membawa payung keramatnya. Nami paling malas jika harus menunggu hujan reda, ia menganggap hal sia-sia tersebut adalah sebuah pemborosan waktu.
"Menungguku?" Suara berat seseorang yang beberapa hari ini selalu Nami dengar berhasil mengalihkam fokusnya. Segera ia menolehkan kepalanya dan menemukan seonggok manusia dengan kepercayaan diri yang berlebih. Tak lain dan tak bukan adalah Kim Taehyung. Pria itu kini berdiri sejajar dengan Nami, ikut memandang rintik hujan yang kian melebat, seolah-olah hujan menjebak mereka berdua disini-- hanya berdua.
Nami berdecak pelan, sedikit risih dengan kepercayaan diri Taehyung yang menurutnya sudah kelewat batas. Benar apa yang teman kampusnya bilang dulu, untuk mengetahui sifat orang secara keseluruhan tidak bisa hanya dilihat dari layar ponsel. Buktinya Kim Taehyung. Jika dilihat sekilas dari video-video, maka keanehan Taehyung tidak terlalu mencolok. Ya, walau ada masanya dia terlihat absurd di berbagai konten video, tapi tetap saja tidak seaneh Taehyung di dunia nyata. Maksudnya, Taehyung yang dilihat dan dikenal secara langsung.
"Siapa juga yang menunggumu? Kau ini terlalu percaya diri," balas Nami, sedikit menggeser tubuhnya untuk memberi jarak diantara mereka berdua. Sedangkan Taehyung malah mengulum senyumannya, cekikikan di dalam hati saat sadar jika Nami berusaha untuk menjaga jarak dengannya. Tak ada yang sadar-- kecuali Taehyung tentunya-- bahwa kini pria itu tengah bergumam di dalam hati, meminta agar hujan tidak kunjung berhenti agar ia dan Nami bisa berlama-lama disini-- berdua.
Entah kenapa area luar gedung terlihat cukup sepi sore ini. Tidak ada karyawan yang menunggu hujan reda, yang ada hanyalah seorang satpam yang berdiri dengan mata yang sudah hampir terpejam-- mengantuk. Taehyung juga tak sembarangan berdiri dengan wajah yang terekspos. Pria itu berpakaian ala-ala seorang penjahat kelamin di drama-drama-- mengenakan masker putih dan juga topi baseball coklatnya.
Taehyung menggeser tubuhnya mendekat kearah Nami sehingga kini lengan mereka berdua saling bersentuhan. Hal itu tentu saja membuat Nami jadi menggeser tubuhnya lagi dan lagi-- menjauh dari Taehyung. Melihat itu, tentu saja Taehyung jadi semakin gencar untuk menggeser tubuhnya mendekat kearah Nami. Hingga akhirnya lengan kanan wanita itu membentur pilar gedung-- tersudutkan.
"Ei, jangan macam-macam," sergah Nami saat sadar jika Taehyung kini sudah semakin mengikis jarak di antara mereka. Memojokkan Nami hingga punggung wanita itu bersentuhan dengan pilar yang dingin, lalu mengurungnya dengan kedua tangannya. Sementara Nami hanya mampu meneguk ludahnya kasar, apalagi saat Taehyung menurunkan masker yang menutupi sebagian wajahnya, saat itu jantung Nami sudah mulai aneh-- berdegup abnormal.
Pria itu memperlihatkan senyuman kotaknya sebelum wajahnya bergerak mendekat. Karena tindakan Taehyung yang ambigu, kedua mata Nami refleks mengatup sempurna, terpejam erat dengan nafas yang sengaja ia tahan.
Merasa tak ada sesuatu yang melecehkan bibirnya, kedua mata yang sempat terpejam selama beberapa detik tersebut pun akhirnya terbuka. Meskipun matanya kini sudah terbuka lebar, bukan berarti Nami bisa langsung bernafas dengan lega. Pikirkan saja, wajah Taehyung persis tepat berada di depan wajahnya. Jika saja hidung Nami sedikit lebih mancung, mungkin sekarang hidung mereka berdua sudah saling bersentuhan. Hal tersebut tentu saja membuat nafas Nami semakin tercekat, ia bahkan tidak bisa menghela nafas halusnya.
"Kalungnya cantik. Cocok untukmu," seru Taehyung seraya mengalihkan pandangannya dari mata Nami kearah leher jenjang wanita itu. Sama halnya dengan Nami, wanita itu tentu langsung menundukkan kepalanya dan menemukan sebuah kalung berbandul bintang-bintang cantik yang kini sudah mengalung indah di lehernya.
Pria itu menepuk puncak kepala Nami pelan lalu segera menjauhkan tubuhnya, kembali memberi sedikit ruang di antara mereka berdua. Melihat reaksi Nami tadi membuat Taehyung tertawa pelan lalu bertanya dengan nada yang menggoda, "Kenapa tadi kau menutup matamu, hmm?"
Sedangkan yang ditanya malah diam membisu dengan wajah yang sudah memerah seperti kepiting rebus. Nami merutuki dirinya sendiri karena sudah berpikiran macam-macam. Salahkan saja Taehyung! Pria itu kan selalu bertindak seenaknya dan tak bisa ditebak. Ya wajar jika Nami berpikiran macam-macam.
"Aku kira kau akan... menciumku," jawab Nami dengan merendahkan nada bicaranya di akhir kalimat. Sebenarnya Taehyung sudah bisa menebak isi pikiran Nami, kelakuannya sungguh sangat mudah ditebak. Huh, inilah efek terlalu sering menonton drama percintaan-- Taehyung jadi bisa membaca dan memahami gerak-gerik seorang wanita. Ada satu sensasi aneh yang terjadi pada sekujur tubuh Taehyung saat mendengar perkataan Nami barusan. Jika saja wanita di depannya kini sudah menjadi miliknya seutuhnya, mungkin ia tidak akan segan-segan untuk langsung mencium bibir yang sukses memikatnya itu.
Tapi mengingat saat ini status mereka bukanlah siapa-siapa, Taehyung terpaksa harus mengurungkan niatnya dan perlu mencari cara lain jika ingin mempertemukan bibir mereka berdua lagi-- seperti tadi pagi contohnya.
"Oh, jadi kau ingin dicium? Katakan padaku ciuman seperti apa yang kau inginkan dan beri aku sebuah lampu hijau. Maka satu detik kemudian bibir manisku akan langsung menyapa bibir seksimu," tutur Taehyung dengan senyuman yang mengemang-- seperti adonan kue yang dicampur SP.
"T-tidak seperti itu! Ck, kau ini menyebalkan. Otakmu sudah terlalu jauh melayang!" Sebal Nami sembari kembali berdiri tegak, mengalihkan pandangannya dari Taehyung dan kembali menatap rinai hujan yang tak kunjung reda.
Mendengar itu lagi-lagi Taehyung kembali tertawa pelan, lalu kembali berujar dengan topik yang sengaja ia ganti. Kasihan juga saat melihat Nami yang berusaha mati-matian untuk menutupi wajahnya yang sudag seperti kepiting rebus-- memerah sempurna. "Aku membeli kalungnya di Bali. Cantik, kan? Sebenarnya aku ingin membelikanmu sebuah cincin, tapi mengingat hubungan kita belum ada kejelasan jadi Jimin menyarankanku untuk membelikanmu sebuah kalung."
Penjelasan Taehyung sukses membuat Nami menunduk, melihat betapa indahnya kalung yang sudah melingkar di lehernya. Sesaat, ekor matanya melirik kearah Taehyung yang tengah menatap lurus kedepan. Bibirnya ingin mengeluarkan kata terima kasih, tapi entah kenapa rasanya sangat berat.
Tapi rasanya akan aneh juga jika Nami tidak mengucapkan kata terima kasih. Jadi, saat bibirnya ingin meloloskan sebuah kalimat, tiba-tiba saja suara seorang pria yang menyerukan namanya dengan lantang pun membuat Nami menoleh.
Itu Hojung. Berdiri di depan gedung ANYANG dengan payung merah yang melindungi dirinya. Pria itu tersenyum kearah Nami dan kemudian berjalan mendekat. Nami? Tentunya ia merasa senang akan kedatangan Hojung. Nami kira kekasihnya itu masih ada tugas hari ini, tapi nyatanya Hojung datang, membuktikan bahwa ia tengah tidak bertugas.
Hojung melirik Taehyung sekilas-- yang saat itu sudah mengenakan maskernya kembali, lalu kembali memfokuskan pandangannya kearah Nami.
"Kenapa tidak mengabariku jika kau mau datang kesini? Jika aku sudah pulang bagaimana?" Tanya Nami. Pertanyaan yang sebenarnya adalah suatu kekhawatiran yang lolos dari bibir Nami tersebut berhasil mengundang senyum di bibir Hojung. "Aku tidak akan marah hanya karena kau sudah pulang lebih dulu."
Oh, sebuah kemunafikan. Lagi-lagi Hojung mengeluarkan sebuah dusta. Padahal, jika ia tidak menemukan Nami sekarang, mungkin kata-kata umpatan sudah lolos dari bibirnya.
"Ada baiknya kita makan dulu. Ayo, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat," ajak Hojung seraya meraih tangan Nami, mengaitkan jari-jari mereka berdua seraya berlari kecil kearah mobil yang terparkir tak jauh dari gedung ANYANG.
Sedangkan Taehyung hanya mampu mendengus kesal, menendang-nendang udara sembari mengeluarkan ketidaksukaannya terhadap sosok Hojung.
"Apa bagusnya dia? Aku bahkan lebih tampan dari pria tersebut. Aku juga punya banyak uang, punya apartemen sendiri, punya mobil dan juga bisa menjamin kebahagiaan. Jadi katakan, dimana kurangnya aku?" Celetuk Taehyung pada dirinya sendiri. Muak dengan adegan romantis Hojung dan Nami.
Sekarang, bolehkah Taehyung berharap jika dua orang itu segera putus?
♡Unexpected Idol♡
KAMU SEDANG MEMBACA
FANGIRL : Unexpected Idol [ KTH ]
Fanfiction[ END ] Sungguh, kali ini bukan sebuah fanfiction. Tapi kenyataan yang terlihat mirip seperti Fanfiction. Pergi bekerja di Seoul, bertemu dengan Taehyung secara tidak sengaja, lalu saling meninggalkan hingga akhirnya mereka berdua kembali bertemu di...