"Sudah kukatakan, kau tidak perlu mengikutiku pergi ke warung. Aish, Kim Taehyung. Kau membuat kita harus mengeluarkan tenaga lebih hanya untuk kabur dari kerumunan massa," decak Nami tanpa menoleh kearah Taehyung yang saat ini tengah berjalan beriringan disebelahnya. Harusnya Taehyung belajar dari pengalaman. Di awal kedatangannya, pria itu sudah menjadi topik hangat di gang rumah Nami, membuat halaman depan hunian si wanita selalu ramai. Dan sekarang, di siang bolong seperti ini, Taehyung bersikukuh untuk ikut Nami pergi ke warung yang jaraknya tidak jauh dari rumah. Berkat kepopuleran Taehyung yang dilengkapi dengan kehebohan warga, mereka harus lari dari kejaran massa. Setidaknya, mereka berdua bisa berjalan normal kembali seperti biasa ketika Taehyung mengajak para wanita untuk berfoto bersama.
"Kau tahu, dimanapun kita berada, kita harus membuat kenangan yang tidak bisa dilupakan. Aku bahkan tidak bisa memprediksi, kapan kepopuleranku akan terus bertahan," Taehyung menjawabnya dengan senyum merekah, sedangkan Nami hanya berdecak pelan. Hei, ayolah. Di Seoul juga, jika Taehyung berjalan tanpa manager, pastilah banyak orang yang mengejar hanya untuk membuntuti atau sekedar minta tanda tangan. Baik di Korea Selatan maupun di Indonesia, para penggemarnya sama-sama brutal. Beruntung sekali, orang-orang yang tinggal di kampungnya ini bisa sedikit berkelas dalam membuntuti, tidak saling dorong-dorongan, apalagi sampai membahayakan Taehyung.
"Ck, alasan," rutuk Nami, melipat kedua tangannya di depan dada, lalu berjalan selangkah di depan Taehyung. Sedangkan si pria justru mengulum senyumannya, lalu mulai melangkah besar guna mensejajarkan posisinya dengan Nami. "Bilang saja jika tidak ingin jauh dariku," Nami mengutarakan maksud hatinya sambil mati-matian menahan senyumnya. Jika saja Taehyung berjalan lebih lambat darinya, atau sedikit berjarak dengannya, mungkin senyuman lebar karena kesenangan itu akan terkembang sempurna, seperti adonan roti yang mengembang ketika dipanggang.
Penuturan Nami sukses membuat mata Taehyung berbinar. "Wah, apa kau cenayang? Bisa membaca pikiranku?" Ujarnya, membuat Nami menghela nafasnya dan mulai menyahut. "Itu karena kau adalah pribadi yang mudah ditebak," sungutnya. Bibir Taehyung mencebik, menyebalkan ketika candaannya dibawa serius oleh Nami. Tapi tak apa, selama ia bisa mengobrol banyak dengan wanitanya, ditanggapi seserius apapun, tidak akan menjadi masalah bagi Taehyung. Kebahagiaan Taehyung berkembang dua kali lipat setelah Nami menerima pernyataan cintanya semalam. Biasanya, ia akan terlihat sedih jika Nami tidak menggubrisnya. Tapi sekarang, Taehyung tetap akan merasa bahagia, karena mau secuek apapun Nami padanya, ada setitik cinta di dalam hati Nami yang menguatkan Taehyung.
"Oh ya, Namiㅡ" Taehyung menolehkan kepalanya kearah kanan guna melihat kearah si wanita ketika mereka berdua sudah berada di depan rumah. Taehyung sempat mendengar pengakuan dari sang ayah mertua jika Nami sangat handal dalam membuat cupcakes. Dan ya... semua orang pasti sudah bisa menebak apa yang Taehyung pikirkan. Ia ingin minta dibuatkan. Namun, belum sempat ia mengutarakan keinginannya, dahinya mengerut ketika melihat Nami tersenyum lebar dengan pandangan yang mengarah lurus kedepan. Dilanda rasa penasaran, Taehyung pun segera mengikuti arah pandang Nami dan menemukan sosok pria bertubuh lebih tegap darinya, tengah berdiri di depan pintu rumah Nami.
"Astaga, Dilan!" Panggil Nami kegirangan yang sukses membuat kedua alis Taehyung menyatu sebab dahinya semakin dan semakin mengerut. Dilihatnya Nami yang berlari kecil menghampiri pria bernama Dilan tersebut, lalu memberi si pria itu sebuah pelukan dengan Nami yang harus berjinjit karena perbedaan tinggi badan. Melihat dua orang yang tengah berpelukan mesra tersebut membuat dada Taehyung kembali terasa nyeri. Ia kira kutukan, takdir, atau... atau apalah itu namanya, yang mengikat dirinya dengan Nami, hanya berlaku pada pria berengsekㅡ Hojungㅡ saja. Tapi kenyataannya, nyeri dada ini berlaku untuk semua pria yang berkontak fisik secara langsung dengan Nami. Taehyung benci ketika ia merasa sakit kembali.
"Sudah lama sekali kita tidak bertemu. Oh, ngomong-ngomong, siapa yang memberitahumu jika aku sedang berada di Jakarta?" Taehyung berdecak kesal kala melihat sikap Nami yang kelewat ramah jika berbicara dengan pria itu. Ketika dengannya saja, Nami selalu mengeluarkan nada bicara yang juteknya luar biasa. Setidaknya, sekali saja, Taehyung juga ingin mendengar Nami berbicara dengan nada manja padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FANGIRL : Unexpected Idol [ KTH ]
Fanfiction[ END ] Sungguh, kali ini bukan sebuah fanfiction. Tapi kenyataan yang terlihat mirip seperti Fanfiction. Pergi bekerja di Seoul, bertemu dengan Taehyung secara tidak sengaja, lalu saling meninggalkan hingga akhirnya mereka berdua kembali bertemu di...