Unexpected Idol (55)

5.5K 726 87
                                    

Nami merasa terpukau ketika melihat hamparan buah-buah stroberi berwarna merah yang bergelantungan pada batangnya, seolah memanggil untuk minta dicabut. Tak mengira jika keluarga Taehyung mempunyai kebun seluas ini dengan berbagai macam buah yang tumbuh. Sejauh ini, Nami hanya dapat melihat buah stroberi di sisi kanan dan apel merah di sisi kiri. Mungkin, keluarga Kim memiliki kebun lainnya, yang tidak atau belum mereka tunjukkan pada Namira.

Taehyung membenarkan posisi topi jeraminya yang sedikit berubah karena tiupan angin, lalu mulai menggandeng tangan Nami, membawa wanita ini masuk ke tengah-tengah hamparan stroberi yang terlihat menggiurkan untuk digigit. Pria itu berjongkok, diikuti oleh Nami setelahnyaㅡ melakukan hal yang sama. Mereka memperhatikan bagaimana cantiknya buah merah tersebut dengan senyuman yang terpatri pada wajah.

"Boleh kupetik?" Tanya Nami seraya menolehkan kepalanya kearah Taehyung. Pria itu tentu saja membolehkan, kepalanya terangguk. Rasanya Taehyung benar-benar terpesona dengan kecantikan Nami ketika wanita itu memperlihatkan senyumnya. Lesung pipi yang hanya terlihat ketika si wanita tersenyum bagaikan sebuah bonus untuknya. Rasanya, ia ingin cepat-cepat memiliki Nami seutuhnya. Tapi ya... salah satu syaratnya adalah meminta restu dari keluarganya. Untuk kedua orangtua beserta adiknya terlihat tidak mempermasalahkan, tetapi neneknya...

Hah, Taehyung harus bekerja keras untuk membujuk neneknya agar segera menerima Namira di dalam keluarga Kim.

Nami sedikit tersentak ketika Taehyung meremat dua jarinya ketika tangannya hendak meraih buah stroberi yang menjuntai dari batangnya. "Kau tahu cara memetiknya?" Ia bertanya, membuat Nami terdiam sejenak, lalu menggelengkan kepalanya.

"Biar kutunjukkan caranya. Nenek akan menceramahimu habis-habisan jika kau salah teknik dalam memetik yang akan mengakibatkan tanamannya rusak. Nenekku sudah menganggap semua buah stroberi sebagai cucunya sendiri. Telingamu bisa-bisa dipelintir jika satu anaknya rusak," perkataan Taehyung barusan sontak membuat Nami menjauhkan jari-jarinya dari jangkauan buah stroberi. Mengingat bagaimana perlakuan si nenek terhadap cucunya sendiri pagi tadi membuat Nami berpikir dua kali untuk berbuat kesalahanㅡ baik besar ataupun kecil.

"Pertama, capit tangkai stroberinya dengan menggunakan telunjuk dan jari tengahㅡ" Taehyung mempraktekkannya, sementara Nami melihatnya dengan saksama. "ㅡpegang ujung stroberi menggunakan jempol. Gerakan capitan tangan kearah bawah untuk memetik stroberi dari tangkainya," ia melanjutkan. Dan setelahnya, satu buah stroberi yang merah merekah sudah berada dalam genggaman.

"Dan selesai!" Katanya sembari memamerkan buah tersebut kepada Nami lalu segera memakannya secara langsung. "Coba kau yang melakukannya, aku ingin melihatnya," pinta Taehyung dengan suara yang sedikit tidak jelas sebab ia berbicara sembari mengulum buah stroberi.

"Seperti ini?" Tanya Nami seraya ia mempraktekkan apa yang Taehyung lakukan tadi. Pria itu mengangguk, mengacungkan kedua jempolnya, lalu segera mengusap pipi Nami lembut dengan ibu jarinya.

Setelah itu, mereka berdua mulai sibuk memetik stroberi. Sesekali Taehyung melemparkan gombalan yang dapat membuat Nami tersipu.

Tidak lama mereka berada di tengah-tengah hamparan kebun stroberi. Setelah cuaca mulai memanas, keduanya segera berjalan kembali kerumah sembari memeluk satu keranjang yang terisi penuh dengan stroberi merah. Letak kebunnya tidak berada jauh dari kediaman keluarga Kim, kira-kira hanya berjarak satu kilometerㅡ kalau tidak salah kira. Hingga ketika keduanya hampir sampai di rumah, mereka saling menatap ketika melihat satu buah mobil yang terparkir di jalanan sempit, tepat di depan pagar rumah. Tapi rasa-rasanya Nami mengenal mobil tersebut dengan familiar.

Taehyung berjalan lebih dulu, disusul oleh Nami yang mengekor di belakang. Si pria berhenti di ambang pintu ketika melihat keluarganya berkumpul dengan di ruang tengah, dengan sang nenek yang terlihat tengah meremas area jantungnya dengan kedua orangtuanya yang mulai panik.

Sang nenek berusaha berdiri ketika matanya menangkap sosok Taehyung. Dengan tertatih ia mendekat, lalu segera menampar cucunya dengan kuat. Taehyung yang sama sekali tidak mengerti hanya bisa melongo. Apa salahnya sampai ia ditampar oleh neneknya dengan raut wajah penuh amarah?

"Nenekㅡ"

Seolah tidak memberikan cucunya kesempatan untuk berbicara, sang nenek pun segera meraih tangan Taehyung, membuka telapaknya, lalu meletakkan satu buah alat pendeteksi kehamilan disana. Si pria mengerjap ketika melihat dua garis merah yang tertera disana. "I-ini..."

"Kau menghamili Go Sarang, benar?"

"Hah? Apa? Menghamilinya?" Mata Taehyung melebar tak percaya. Bagaimana mungkin ia menghamili Sarang, sedangkan tidur seranjang atau menyentuh lebih saja tidak pernah. Yang ada, ia pernah berhubungan seks dengan Nami, hanya sekali, dan itupun karena pengaruh alkohol. Wanita halu ini... apa lagi rencananya sekarang?

"Nenek percaya dengan dia, bukannya aku? Kami bahkan belum pernah tidur bersama," ujar Taehyung, sebuah kejujuran yang makin membuat si pengeluar air mata buaya terisak. Rasanya ia benar-benar ingin menyeret Sarang keluar dari rumah keluarganya, dan juga pria pengacau iniㅡ Kang Hojung. Sejak kapan ia dan Sarang saling mengenal?

"Yak! Kau hamil dengan cara ninja apa? Bagaimana bisa kau menyebut itu anakku sedangkan kita tidak pernah bersentuhan secara intim? Lagipula kita sudah putus sejak lama!" Taehyung murka, menunjuk Sarang tepat di wajahnya. Alhasil, si wanita ular itupun semakin mengeraskan suara isakannya. Seolah ia sakit hati dengan perkataan Taehyung barusan.

"Malam itu kita melakukannya, Taeㅡ hiks," tangisnya, air matanya merembes keluar dengan deras. Oh Ya Tuhan, air mata penuh kepalsuan namun dipercayai oleh keluarganyaㅡ terutama neneknya.

"Kau gila Go Sarang! Kapan? Kapan aku melakukannya?" Nada bicara Taehyung naik satu oktaf, menandakan jika kini dirinya benar-benar tengah murka.

"Aku punya buktinyaㅡ" Hojung yang berdiri di sebelah Nami pun bersuara. "ㅡkebetulan temanku adalah pemilik hotel tempat dimana Taehyung membawa Sarang untuk bermalam disana. Tertera disini jika tanggal 13 oktober, Taehyung memesan kamar atas namanya sendiri."

"Nenek, ibu, ayah, percaya pada Taehyung. Taehyung tidak pernah menyentuh wanita halu iniㅡ"

"Nenek tidak terima alasan apapun! Pokoknya, kau harus segera menikah dengan Sarang dan bertanggung jawab atas anak yang tengah dikandungnya! Nenek kecewa denganmu, Tae. Kecewa," tangisnya, lalu segera pergi meninggalkan ruang tamu, berjalan menuju kamarnya.

Kepergian nenek beserta kedua orangtuanya tak dapat ia cegah, dan kemudian iapun segera menoleh kearah Nami yang berdiri mematung di belakangnya. Oh ayolah, Nami tidak mungkin percaya dengan kebohongan yang wanita itu keluarkan, kan?

"Taeㅡ kita putus saja."

Bagaikan tersambar petir di siang bolong, hati Taehyung benar-benar hancur karena perkataan Nami barusan. Dapat ia tangkap sirat mata si wanita yang memancarkan sebuah kekecewaan mendalam. Dengan cepat ia menggeleng, berusaha untuk meraih tangan Nami. Namun sialnya, Hojung si berengsek telah duluan menggenggam tangan Nami dan mulai berdiri di hadapan wanitanyaㅡ sok melindungi.

"Bajingan!" Hojung mengumpat, lalu memberi Taehyung sebuah tinjuan yang dapat membuat pria tiga puluh empat tahun tersebut terhuyung ke belakang. Tak tinggal diam, Taehyung pun ikut membalas, membuat ruang tengah begitu ribut dan berantakan sampai akhirnya perkelahian terhenti ketika Nami berlari keluar dari rumah keluarga Kim.




Unexpected Idol

FANGIRL : Unexpected Idol [ KTH ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang