Unexpected Idol (53)

5.3K 768 78
                                    

"Namira."

"Dua puluh delapan tahun."

"Berasal dari Indonesia."

"Salah satu karyawan di ANYANG Group."

Mata sang nenek memicing bagaikan pisau tajam. "Nenek bukan bertanya padamu, Taehyung," katanya, membuat Taehyung segera mengatupkan bibir dan menunduk seraya meminta maaf pelan. "Wanita pilihanmu ini juga punya mulut untuk menjawab," lanjutnya.

"Ya maafkan cucumu ini, nek," ujar Taehyung dan langsung dihadiahi dengan tatapan setajam silet dari sang nenek. Nami yang melihat bagaimana Taehyung dan neneknya berinteraksi pun langsung bergidik ngeri. Bukan hanya itu, dari awal kedatangannya saja, sang nenek terlihat tak menyukainya. Jujur, dirinya adalah tipikal wanita yang penakut, apalagi jika sudah menyangkut dengan orang yang lebih tua. Bukan apa, hanya takut kualat dan dilaknat Tuhan karena sudah berbuat kurang ajar.

"Jadi, kau dari Indonesia? Tapi tunggu, menantuku, Indonesia itu dimana?" Sang nenek bertanya pada Nyonya Kim. Pasalnya, ia sama sekali tidak tahu dan baru mendengar nama Indonesia. Maklum, sudah tua, kurang berpendidikan, dan dibesarkan di desa kecil yang jauh dari hiruk pikuk kota besar. Belum lagi orangtua si nenek dulu hanya bekerja sebagai nelayan yang tidak tamat sekolah. Untung saja anak-anaknya berhasil menjadi sosok yang sukses dan bisa mengangkat derajat orangtua, apalagi cucu kesayangannya; Kim Taehyung.

"Aku juga tidak tahu banyak tentang Indonesia. Tapi setahuku, Indonesia termasuk bagian dari Asia Tenggara. Masih satu benua dengan kita, Bu," jawab Nyonya Kim seadanya. Ia bahkan baru tahu Indonesia dari siaran televisi yang menampilkan satu reality show dimana Indonesia menjadi tempat berlangsungnya acara.

Sang nenek mengangguk, pura-pura mengerti padahal sebenarnya tak bisa menerima penjelasan menantunya. "Kenapa kau bisa sampai ke sini? Jauh sekali, sampai menyeberang lautan. Tidak dapat pekerjaan di Negaramu?" Sang nenek bertanya dengan blak-blakkan, membuat Nami sedikit terkejut karena pertanyaannya.

Wanita muda itu menggeleng, "dipindahtugaskan." Ia menjawab singkat. Dirinya bahkan tidak menyangka jika akan menjadi yang terpilih dari beberapa karyawan berprestasi lainnya.

"Biar nenek lihat, dekatkan wajahmu," titahnya, membuat Nami refleks langsung memajukan wajahnya, sedikit mendekat kearah nenek. Jantungnya berdegup kencang tatkala pipinya ditangkup oleh sang nenek, diperhatikan dengan penuh ketelitian.

"Masih cantikan wanitamu yang sebelumnya. Siapa namanya? Nenek lupa," sang nenek menghempaskan wajah Nami dengan pelan, lalu mulai melirik kearah Taehyung. Pertanyaan sang nenek sukses membuat Taehyung berdecak kesal dalam hati. Ia tidak suka jika Sarang kembali ditanya-tanyai. "Go Sarang," sekesal-kesalnya Taehyung, pria itu tetap akan menjawab pertanyaan nenek tersayangnya.

"Ya, Go Sarang. Nenek lihat-lihat, dia lebih cantik dari wanitamu yang sekarang. Dia juga sangat ramah  ketika datang berkunjung. Dan yang paling utama, kekasihmu dulu adalah orang pribumi asli, bukan seseorang yang numpang tinggal di Negara orang lain," sang nenek banyak berceletuk, mulai membandingkan Nami dengan Sarang. Neneknya ini belum saja tahu bagaimana sifat si wanita ular yang sebenarnya.

"Ibu, tidak boleh begitu," ingat Tuan Kim seraya mengelus-ngelus pundak ibunya. Ia sadar jika ibunya yang sudah berusia delapan puluh tahun ini mempunyai trauma yang mendalam terhadap orang luar, pernah tersakiti pada masanya. "Ini pilihan Taehyung, kita harus menerimanya dengan baik," lanjut sang anak, berusah meredam ketidaksukaan ibunya pada Nami yang tidak tahu apapun.

"Pilihan sih pilihan. Kan dari dulu aku sudah katakan, jangan pernah berhubungan dengan orang dari luar Negeri! Nenek tidak suka dan tidak setuju. Tapi kenapa cucu nenek ini selalu tidak mendengarkan, hah?" Sang nenek mulai menarik telinga Taehyung kuat-kuat saking kesalnya. Padahal selama ini Taehyung adalah cucu yang penurut dan tak pernah membantah perintahnya.

"Telingaku, aduh... nenek!"

"Ibu, sudah. Lepaskan. Taehyung sudah besar, sudah tiga puluh empat tahun. Biarkan dia memilih. Jika baginya itu baik, maka kita sebagai orangtua harusnya memberi dukungan," lirih Tuan Kim, menjadi tidak enak dengan Nami yang harus menyaksikan semua ini.

Taehyung mengusap telinganya sesaat, lalu berbisik kearah Nami. "Semuanya baik-baik saja. Perkataan nenekku jangan dimasukkan kedalam hati. Nenek hanya butuh waktu," ungkapnya dan langsung dibalas dengan senyuman tipis oleh Nami. Walaupun Taehyung menguatkannya, entah kenapa ia tetap saja tak bisa tidak mengambil hati perkataan si nenek. Terlalu menyakitkan untuknya.

"Ah sudahlah. Lanjut ke pertanyaan lainnya saja," sang nenek menggeliat guna mengusir kedua tangan anak lelakinya dari pundak ringkihnya.

"Di Indonesia kau tinggal dengan siapa?" Lanjutnya, menatap Nami dalam.

"Ayah dan adikku," Nami menjawab dengan suara pelan karena takut dibentak si nenek.

"Tidak punya ibu? Anak hasil apa kau ini?" Celetuk pahit sang nenek, membuat semua yang berada di ruang tamu terkejut. "Lihatlah Taehyung! Anak ini bahkan tidak punya ibu!" Desisnya seraya menunjuk wajah Nami dengan telunjuknya.

"Nenek!" Taehyung meninggikan suaranya, dan seketika langsung ditenangkan oleh ibunya. Ia benar-benar kesal dengan sikap neneknya yang menuduh Nami seenaknya. Nami tidak serendah apa yang neneknya bicarakan!

"Ibuku sudah meninggal sejak aku masih duduk di bangku SMA karena sakit keras," ungkap Nami lirih, hampir menangis karena dihantam oleh tuduhan-tuduhan negatif. Ia datang kesini atas undangan Taehyung dengan baik-baik. Tapi kenapa dirinya tak mendapat sambutan hangat? Apa ini artinya ia dan Taehyung memang tidak berjodoh?

"Astaga cengengnya... baru dibeginikan saja sudah menangis. Heh Taehyung, lihat itu wanita pilihanmu, sama sekali tidak tahan banting. Bagaimana mau jadi bagian dari keluarga ini jika air mata selalu ia tumpahkan secara percuma?" Sang nenek berucap seraya menunjuk Nami, seolah mempermalukannya di hadapan keluarga yang lain.

"Ibu sudahlah. Trauma ibu jangan dilampiaskan padanya. Kasihan," bisik Tuan Kim. Tidak baik jika memperlakukan tamu seperti ini.

"Jika aku jadi Taehyung, maka aku akan memutusinya sekarang juga! Punya istri yang sensitif itu menyusahkan. Baru dibentak dan dihina sedikit saja sudah menangis," si nenek berkata dengan santainya, seolah tidak melakukan kesalahan apapun.

"Sudahlah, bu. Nanti darah tingginya kumat," giliran Nyonya Kim yang menenangkan. "Tae, bawa kekasihmu ke kamar tamu, ya. Ibu sudah membereskan kamarnya," suruh Nyonya Kim dan langsung diangguki oleh Taehyung. Benar perintah ibunya barusan. Daripada mereka tetap berada disini dan selalu mendengar hinaan menyakitkan, lebih baik menenangkan diri di dalam kamar.

"Maafkan nenekku. Beliau sebenarnya tidak jahat. Kata-katanya memang nyelekit. Bahkan aku pernah dikatai sebagai anak babi," Taehyung meremas jemari Nami, memberikan kekuatan disana. Ia tahu, wanita ini pastilah sakit hati karena perkataan neneknya.

"Apa kita menyerah saja ya, Tae? Nenekmu tidak suka aku. Dan itu cukup memberatkanku," tangis Nami kembali pecah ketika wajahnya sudah tenggelam pada perut Taehyung.

"Apanya yang menyerah? Memangnya nenekku yang akan menikahimu dan membangun rumah tangga denganmu? Jangan hanya karena mulut berbisa nenekku, kau jadi mengambil keputusan dengan pikiran yang pendek," Taehyung murka dengan perkatan Nami barusan, ketahuan dari penekanan pada setiap kalimat yang ia ucapkan.

"Tapiㅡ"

"Kita berdua harus sama-sama berjuang. Aku tahu ini sulit, tapi dalam hidup ini, kita harus menjadi pribadi yang tahan banting! Nenekku tidak akan pernah bisa menjadi penghalang cinta kita," Taehyung menyemangati Nami dengan berapi-api. Tidak ada yang boleh menyerah pada jalan ini. Pokoknya, Taehyung ingin segera menyusul Namjoon hyung dan juga Jungkook!

"Buktikan pada nenekku jika kau pantas untuk aku nikahi, Namira!"




-Unexpected Idol-

FANGIRL : Unexpected Idol [ KTH ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang