Tiga

76 19 2
                                    

Kerajaan Elcar. Kerajaan yang dahulu disebut sebagai kerajaan penuh cahaya itu, secara tiba-tiba tertutupi oleh kabut. Yang masih saja menjadi misteri untuk orang-orang yang bahkan telah tinggal di Elcar dalam jangka waktu yang lama.

Namun, ada beberapa orang yang mengetahui asal mula keberadaan kabut ini. Orang-orang itu tentunya berasal dari dalam Istana, yang sampai hari ini harus menyembunyikan sebuah kenyataan besar tentang kabut ini.

Kabut yang membuat Kerajaan Elcar seperti mati. Tumbuhan begitu sulit untuk hidup karena langit terus saja menampakkan warna kelabu. Bahkan karena itu pula, banyak orang yang kesulitan untuk mengetahui apakah saat itu telah tengah hari atau tidak. Dari pagi hingga malam menjelang, warna langit begitu sama.

Di salah satu bangunan yang berada di pusat kota, tepatnya di bawah bangunan bar, sekumpulan orang tengah duduk melingkari meja. Membicarakan hal yang begitu berkaitan erat dengan keadaan kerajaan Elcar saat ini.

Di salah satu ujung meja itu, terlihat seorang pria muda dengan wajah rupawan. Berpakaian seperti para bangsawan di Elcar, bahkan rambut hitamnya tertata dengan rapi. Benar-benar menunjukkan jika dirinya bukanlah dari kalangan bawah.

"Jadi, apa yang akan aku dengar hari ini?" Tanya pemuda itu tanpa melepaskan pandangannya dari gelas di tangannya. Raut wajahnya yang begitu sombong, terlihat begitu jelas. Namun tidak ada satupun yang dari orang yang ada di ruangan ini mau menegurnya, mengingat hanya dia saja yang paling muda. Kekuasaan pemuda itu di tempat ini begitu besar.

"Tuan, persiapan penyerangan pada benteng Timur sudah siap sepenuhnya. Bahkan sudah ada orang-orang yang berpihak pada kita di benteng itu." Pemuda itu mengangguk-anggukkan kepalanya dengan senyuman tipis di wajahnya.

"Lalu? Apakah masih ada?" Orang-orang di sana saling melirik satu sama lain. Mencoba agar terlihat berfikir, agar pemuda itu tidak menatap marah kepada mereka.

"Mmm...tuan," mendengar itu, orang-orang secara diam-diam menghela nafas lega. Setidaknya mereka takkan dicap tidak berguna karena tidak mempunyai laporan untuk pemuda itu.

"Ya? Katakan saja." Pria dengan pakaian prajurit itu mengangguk patuh.

"Raja Gio menerima permintaan Anda, tuan." Kini, seringaian di wajah pria itu begitu terlihat jelas. Bahkan aura yang terpancar dari tubuhnya benar-benar terasa mengerikan.

"Bagus, inilah yang ingin aku dengar. Sangat bagus." Semua tersenyum lega. Setidaknya, untuk saat ini amarah pemuda itu tidak keluar. Ya, setidaknya seperti itu.

* * * *

Perlahan mata yang terpejam itu mulai terbuka, ketika Liao merasakan ada sesuatu yang lembut namun dingin, menyentuh tepat di bibirnya. Hal yang langsung mengusik tidur siangnya.

Namun, rasa kesal itu terganti oleh rasa terkejut. Terutama saat Liao mendapati seorang pria berwajah seperti dewa itu berada di depan wajahnya.

Dan tengah mencium bibirnya!

Pakaian pria ini yang begitu bagus, meyakini Liao jika pria ini dari kalangan bangsawan. Ia bisa saja dengan mudah mendorong, namun sayangnya kedua tangannya tengah berada di belakang kepala. Menjadi bantalannya ketika ia terlelap.

Namun sepertinya, dewi keberuntungan tengah berpihak pada Liao. Pria itu akhirnya menjauhkan sedikit wajahnya dari wajah Liao tanpa diperintah.

"Aku merindukanmu." Namun ucapannya ini membuat dahi Liao menyerngit. Seingatnya, baru hari ini Liao bertemu dengan pria yang ada di hadapannya. Benar-benar wajah yang asing di ingatan Liao.

Sword [THE END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang