"Wah, ini sangat menakjubkan." Ujar Liao dengan binar bahagia di kedua matanya. Keduanya telah sampai di lapangan desa Eldewia. Tempat pertandingan antar petarung diadakan. Hanya mereka berdua, karena Herlix benar-benar tidak hadir. Ini sangat aneh bagi Aravan.
Liao berjalan mengikuti langkah Aravan sembari sesekali melihat sekelilingnya. Pemandangan desa yang berbeda jauh dengan desa Elcar. Atau mungkin, karena saat ini ada acara, sehingga pusat desa menjadi sangat ramai.
"Perhatikan langkahmu, nak. Jangan sampai, kau malah memulai pertarungan sebelum acara dimulai." Liao mengerjapkan matanya beberapa kali lalu tersenyum lebar. Ia baru sadar, jika dirinya hampir menabrak punggung orang asing. Sangat berbahaya jika terjadi.
Dengan segera, Liao mendekat ke arah Aravan. Ia kembali berjalan, kali ini di sebelah Aravan. Tidak lagi memperhatikan sekitar, lebih fokus pada jalan di depannya. Ia tidak ingin, kejadian tadi terulang lagi.
Keduanya kini sampai di depan lapangan yang luas. Banyak orang yang sudah berkumpul di sekitar lapangan yang akan menjadi arena bertarung itu. Mata Liao benar-benar dibuat takjub saat melihat para peserta yang tengah bersiap. Hanya sebentar, sebelum kepalanya menoleh ke sekeliling untuk mencari gurunya.
"Herlix benar-benar takkan datang." Kepala Liao langsung tertoleh pada Aravan yang baru saja mengambil duduk di sebelah Liao. Baru saja, dirinya memperhatikan sekeliling dengan harapan Herlix datang. Namun rupanya tidak.
"Lalu? Hari ini, guru akan menonton saja?" Aravan mengangguk.
"Setiap tahun selalu menonton. Kau tahu? Aku sudah terlalu tua untuk mengikuti acara ini." Ujarnya diakhiri dengan kekehan. Liao juga tersenyum. Ia kembali menatap ke arah lapangan saat bel berbunyi dengan begitu keras. Menandakan jika pertandingan segera dimulai.
Selama pertandingan berlangsung, Liao benar-benar tidak dapat menyembunyikan rasa kagumnya itu. Ia benar-benar tidak dapat percaya, jika dirinya tengah duduk dan menonton pertarungan dari jarak yang cukup dekat. Seolah, ini adalah mimpinya yang menjadi kenyataan.
Berbeda dengan Aravan. Pria itu terlihat menyembunyikan rasa cemasnya. 7 tahun lebih dirinya mengajari Herlix, sehingga tidak mungkin jika ia tidak tahu apapun tentang muridnya itu. Intinya, rasa cemas yang ia rasakan, sangat berkaitan erat dengan Herlix.
Beberapa kali Aravan menghela nafas pelan. Sepelan mungkin, agar Liao tidak curiga. Beruntung, fokus Liao benar-benar terpusat pada pertandingan. Karena jika tidak, Liao akan sangat mudah mengetahui apa yang tengah ditutupinya.
"Guru, jika suatu saat aku ingin bertanding, apakah boleh?" Aravan kembali menoleh ke arah Liao dengan cepat. Ia benar-benar tidak menduga, jika Liao akan menanyakan hal ini.
"Di sini memperbolehkan siapapun untuk ikut. Hanya saja, kau sungguh-sungguh ingin ikut?" Liao menoleh ke arah Aravan dengan senyumannya.
"Kurasa, ya. Tapi, aku harus lebih kuat dari sekarang agar pantas berdiri di sana." Aravan hanya mengangguk lemah. Padahal, Liao sudah benar-benar siap untuk bertanding. Hanya saja, Aravan memiliki firasat yang cukup buruk jika Liao bertanding saat ini.
"Kalau begitu, kau harus belajar lebih keras lagi." Ujar Aravan, ia menatap pertandingan. Berusaha menikmati pertandingan yang ditontonnya.
"Tentu saja. Aku akan melakukannya." Ujar Liao pasti.
Dari tanggal 16 ke tanggal 3. Udah 2 mingguan berarti. Btw, maaf bikin kalian kecewa karena lama up. Maklum, ini kan area cewek pemalas.
Btw, label lengkap ane copot, biar kesannya enggak php (walau cerita utama emang udah selesai.)
Luv luv from fia :)
Agustus 3, 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Sword [THE END]✓
FantasíaKisah antara seorang Pangeran dan seorang gadis dari desa. Satu takdir yang mempertemukan mereka, menjadi awal munculnya dua takdir yang berbeda. "Kita berada di takdir yang berbeda, Pangeran." Zean terdiam. Matanya langsung menatap lekat Liao, deng...