"Aku bahkan belum mengeluarkan tenagaku sepenuhnya. Kali ini, siapa lagi?" Kali ini Liao tidak main-main. Ia akan membuktikan jika perempuan sepertinya harus diberi kesempatan yang sama. Meski yang ia sukai adalah memainkan pedang, seharusnya mereka membiarkan dirinya bermain di tempat ini. Liao sudah sangat bosan dengan istilah perempuan adalah makhluk paling lemah.
Dan kini, ia akan buktikan jika perempuan tidak selamanya menjadi lemah.
Orang-orang yang berada di sekitar langsung bergidik ngeri, ketika aura yang mencekam begitu kuat terasa. Yang berpusat dari Liao. Liao marah? Tidak, ia hanya tidak ingin dianggap lemah. Karena sejak awal hingga saat ini, para prajurit masih saja memandangnya remeh. Seolah apa yang ia lakukan karena lawannya yang mengalah.
Keheningan langsung menyelimuti lapangan tempat latihan itu dalam beberapa saat. Keberanian mereka seolah langsung menghilang setelah aura yang Liao pancarkan tadi begitu mencekam. Aura yang menunjukkan jika Liao bisa menebas kepala mereka kapan saja.
Keheningan itu terpecah oleh suara sepatu yang mulai mendekati tengah-tengah lapangan. Pandangan orang-orang langsung tertuju pada pria yang kini akan menjadi lawan Liao selanjutnya.
Dia adalah Verno. Sang Jendral utama yang begitu dingin, meski auranya kalah dengan Pangeran Zean. Namun Verno adalah ksatria terbaik yang saat ini Elcar miliki.
"Aku akan menjadi lawanmu, nona." Ujarnya dengan nada dingin, namun tidak membuat Liao gentar. Yang ada, justru ia menyeringai setelah tahu jika lawannya kali ini akan membuat Rosé senang.
"Namun, saya ingin Anda melepas pembungkus pedang itu. Lebih baik kita bertarung sungguhan." Ujar Verno. Mungkin dirinya satu diantara orang yang diam saja ketika Liao mulai bertarung. Sejak awal, ia mempelajari gerakan yang Liao gunakan. Namun tetap saja, Verno yakin jika sedari tadi Liao bermain-main.
Dan juga, ia merasa pernah melihat pedang itu di tangan orang yang berbeda.
"Baiklah, aku bisa melakukannya. Hanya saja..." Liao memperhatikan Verno dari atas hingga ke bawah.
"...aku tidak ingin masuk ke dalam penjara ketika melukaimu nanti."
"Tidak akan. Jangan sungkan bertarung dengan saya." Liao mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia kembali menyeringai.
"Baiklah, saya takkan menahan diri." Ujarnya. Liao segera mengeluarkan pedangnya itu, sehingga terlihatlah pedang yang begitu tipis dan tajam. Pedang itu begitu cantik dengan ukiran bunga mawar yang menyelimuti pedang itu sendiri.
Sekali ayunan pelan, namun berhasil membuat desiran lembut yang dihasilkan pedang itu. Orang-orang menatap kagum pada pedang itu, pedang yang tentunya sangat sulit didapatkan. Karena hanya melihatnya saja, sudah dapat dirasakan jika pedang itu begitu haus akan darah. Cantik namun mematikan.
"Pedang yang indah. Silahkan Anda yang memulai, nona."
"Dengan senang hati." Tubuhnya langsung saja bergerak dengan ringan mendekati Verno. Gerakannya yang begitu cantik diiringi suara desiran dari pedang yang dibawanya.
Trang
Verno berhasil menahan serangan yang Liao berikan dengan mengadukan pedangnya dengan pedang Liao. Segera, setelah merasa ada kesempatan, Verno mendorong Liao hingga perempuan itu mundur beberapa langkah. Namun belum juga ia menghela nafas, Liao kembali menyerangnya.
Yang kali ini mengarah ke pergelangan tangannya.
Gerakan yang sengaja Liao lakukan agar terbaca oleh Verno langsung mendapat pertahanan lagi dari pria itu. Bukannya takut, Liao justru menyeringai dan berbisik pelan di hadapan Verno.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sword [THE END]✓
FantasyKisah antara seorang Pangeran dan seorang gadis dari desa. Satu takdir yang mempertemukan mereka, menjadi awal munculnya dua takdir yang berbeda. "Kita berada di takdir yang berbeda, Pangeran." Zean terdiam. Matanya langsung menatap lekat Liao, deng...