Zean menghela nafas panjang. Ini adalah satu minggu, setelah kejadian yang mengerikan itu terjadi. Kejadian yang membuatnya kehilangan Ayahnya, yakni Raja Xen. Kejadian yang hampir saja membuatnya kehilangan Liao. Kejadian di mana ia mengetahui Liao tengah mengandung anaknya. Kejadian di mana ia mengetahui, jika kemampuan Adiknya, Rean, bukan main-main.
Sesuai dengan kesepakatan para tetua Kerajaan, hari ini adalah hari penobatan dirinya menjadi Raja Elcar, menggantikan mendiang Raja Xen. Juga hari dimana Liao, akan resmi menjadi permaisurinya. Mengingat hal itu, ia tersenyum sembari melirik ke arah Liao yang telah siap dengan gaun putihnya.
Bukan hanya untuk dirinya dan Liao saja. Pada hari ini pun, Rean akan dinobatkan menjadi Panglima Kerajaan yang baru, menggantikan Verno yang entah pergi ke mana. Meski terdengar sangat aneh, dan bahkan belum pernah ada sebelumnya, namun itu semua keputusan dari tetua dan para prajurit di Istana. Mereka, para prajurit, memang membutuhkan sosok seperti Rean saat ini.
"Yang Mulia?" Zean langsung berbarik. Tanpa menunggu salah satu prajurit itu bicara, ia segera berjalan meninggalkan ruangan itu. Tentunya setelah menampilkan senyuman ke arah Liao.
Acara akan dimulai. Dan tidak baik jika dirinya tidak segera menunjukkan wajahnya di sana.
Dengan langkah tegasnya, Zean masuk ke aula utama. Sebentar lagi, adalah acara pernikahan dirinya dan Liao. Ia senang. Bahkan ia sangat tidak sabar akan hal ini.
Menghela nafas panjang, Zean berjalan menuju altar. Para tamu yang hadir menatapnya dengan berbagai tatapan yang berbeda. Namun Zean tidak peduli. Ia memilih untuk fokus pada acara ini, terutama pada Liao.
Gugup. Kini ia merasakan hal itu.
Begitu pula dengan Liao. Perempuan yang telah memakai gaun indah berwarna putih itu, berkali-kali menghela nafas panjang untuk menghilangkan rasa gugupnya. Hari ini adalah hari yang tidak pernah Liao dapat duga. Sebelumnya saja, ia tidak dapat menyangka jika ia tengah mengandung. Meski sebelumnya, ia memang berfikir seperti itu.
"Tenanglah. Kau terlihat paling cantik, sehingga tidak akan ada yang menjelekkan dirimu." Ujar Rean tiba-tiba dari belakangnya. Liao tentu saja terkejut, namun ia memilih untuk menghembuskan nafas panjang.
"Bukan itu yang aku takutkan, Rean." Rean mencibir pelan.
"Terserah saja. Untuk pengguna pedang sebaik dirimu, kau tidak takut pada siapapun." Ujar Rean dengan nada menyindir. Mendengar hal itu, Liao hanya melirik ke arah Rean.
Jika biasanya Rean memakai pakaian seorang Putri yang anggun, dan dirinya memakai pakaian seperti pria, maka sekarang kebalikannya.
Dirinya memakai gaun putih yang begitu anggun meski hanya ada pita sebagai hiasannya. Sedangkan Rean, perempuan itu memakai atasan berlengan panjang yang memiliki warna merah pekat dengan jubah berwarna emas dengan celana berwarna hitam. Meski di dahinya terdapat tiara kecil yang begitu mirip dengan kalung, sebagai penanda jika dirinya adalah seorang Putri, namun tetap saja, Rean benar-benar mirip dengan seorang Panglima, namun begitu cantik.
* * * *
"Dengan ini, aku, Ratu Izuna, Ratu Elcar. Atas nama Kerajaan Elcar, para leluhur, dan tujuh hutan yang mengelilinginya, aku Ratu Izuna, menobatkan Pangeran Zean Philion, menjadi Raja Elcar." Ratu Izuna menyentuhkan pedang besar berukiran matahari itu ke arah kedua pundak Zean yang saat ini tengah menunduk.
"Dan kau, Xiliao Pefilia Phlion. Kunobatkan kau menjadi penggantiku, Ratu Elcar." Kini giliran pundak Liao yang disentuhkan dengan pedang itu. Setelahnya, kedua orang itu langsung dipasangi oleh mahkota dan jubah yang begitu mewah dan agung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sword [THE END]✓
FantasyKisah antara seorang Pangeran dan seorang gadis dari desa. Satu takdir yang mempertemukan mereka, menjadi awal munculnya dua takdir yang berbeda. "Kita berada di takdir yang berbeda, Pangeran." Zean terdiam. Matanya langsung menatap lekat Liao, deng...