Aravan dan Liao, kini berjalan untuk kembali pulang, tepat saat matahari mulai bergerak turun. Keduanya harus segera sampai sebelum malam yang gelap gulita benar-benar datang. Bukan hanya penglihatan mereka yang menjadi terbatas atau banyak hewan buas yang berkeliaran, namun juga karena dikhawatirkan adanya bandit yang berkeliaran.
Meskipun Aravan sudah cukup sering berada di tengah hutan ini, dan tidak ada satupun yang terjadi, namun kali ini berbeda. Sejak tadi, firasatnya mengatakan ada hal buruk yang akan terjadi. Entah apa, namun rasa gelisah semakin kuat menghampiri Aravan.
Meski ia lega karena Liao membawa pedangnya, namun rasa gelisah itu tidak berkurang walau sedikit. Malah, ia semakin gelisah ketika matahari sudah benar-benar kembali ke tempatnya, namun keduanya belum sampai.
Sraakkk....
Baik Aravan maupun Liao, langsung menoleh ke arah samping kiri mereka. Suara tadi jelas bukan ilusi, karena tangkai bunga itu terlihat bergoyang. Tanda, jika ada sesuatu yang menyentuhnya.
Dengan siaga, Liao menggenggam pegangan pedangnya dengan sangat erat. Bersiap, jika tiba-tiba ada orang yang menyerang mereka.
Sreet....
Lagi, suara itu terdengar bahkan semakin jelas. Liao memperhatikan sekelilingnya dengan waspada. Terutama pada batang pohon yang berada di sekeliling. Dari suara yang ia dengar, Liao menduga, ada lebih dari satu orang di sekitarnya. Bukan hanya suara itu saja, namun juga hembusan angin yang mengerakkan dedaunan di tanah pelan.
"Bersiaplah, Liao. Aku benar-benar tidak menduga ini akan terjadi."
"Tak apa, guru. Aku harus selalu siap."
Srengg...
Sreeengg...
Ketika Liao mengeluarkan pedangnya, saat itu juga terdengar desiran pedang lainnya di sekitar Liao dan Aravan. Tidak perlu menunggu lama, karena selanjutnya, tujuh orang berpakaian serba hitam telah mengelilingi keduanya dengan pedang yang siap menebas.
"Siapa yang memerintah kalian!?" Tanya Aravan dengan cukup emosi. Ia benar-benar merasa tidak memiliki urusan apapun dengan siapapun. Selama ini, Aravan benar-benar menghindari pertikaian.
"Tidak perlu mengetahui siapa yang memerintah kami. Yang perlu kalian tahu, ini adalah hari terakhir kalian bernafas." Liao terdiam sebentar sebelum menegakkan tubuhnya dengan mata yang menatap tajam pada orang yang tadi bicara.
"Aku tahu, kau Herlix." Ujar Liao dengan datar. Cengkraman di pedang itu langsung menguat saat melihat seringaian di mata pria itu. Ia marah. Benar-benar marah. Liao tidak mengerti akan jalan pikiran Herlix yang menurutnya kekanakkan.
"Kenapa kau ingin membunuh kami, Herlix?" Herlix mengedikkan bahu. Ia cukup terkejut saat mendapati ekspresi Liao yang tidak memperlihatkan ketakutan sama sekali. Hanya ada emosi di kedua mata itu.
"Karena kalian benar-benar membuatku tidak berguna. Kau, Aravan. Kau terlalu pilih kasih dan tidak mengajariku semua yang kau ketahui." Ujar Herlix sembari mengacungkan pedangnya pada wajah Aravan. Lalu, pedang itu bergerak menuju wajah Liao.
"Dan kau datang, merebut perhatian Aravan yang seharusnya hanya untukku. Kalian memang pantas mati." Ujarnya lagi lalu menyeringai di balik penutup wajahnya.
"Bukan kau yang berhak menentukan kematian seseorang!" Tanpa berfikir apapun lagi, Liao langsung melayangkan pedangnya ke arah Herlix. Bukan hanya keduanya yang bertarung, namun enam orang lainnya pun ikut bertarung. Melawan Liao dan Aravan secara bersamaan.
"Bedebah sialan!" Umpat Liao di saat membalas ayunan pedang lawannya. Ia benar-benar diliputi amarah saat ini. Bahkan, amarahnya semakin menjadi saat telinganya mendengar ringisan dari Aravan.
Kini, tanpa menahan diri lagi, Liao mengarahkan ayunan pedangnya menuju kepala lawan. Ia tidak ingin membuang waktu dan membiarkan mereka semakin melukai Aravan. Liao tidak memberi ampun pada mereka.
Ayunan pedangnya semakin cepat dan kuat. Kini, Liao terlihat seolah bukan dirinya. Mata tajamnya itu terus menatap ke arah Herlix. Seolah, pria itu adalah sasaran utamanya. Target ayunan pedangnya.
* * * * Fialesflo * * * *
Sesuai jadwal nih, gengs.
Selamat hari raya Idul Adha.
Minal Aidzin wal Faidzin :)
Mohon Maaf lahir dan batin.
Fia dan keluarga ♡Agustus 11, 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Sword [THE END]✓
FantasyKisah antara seorang Pangeran dan seorang gadis dari desa. Satu takdir yang mempertemukan mereka, menjadi awal munculnya dua takdir yang berbeda. "Kita berada di takdir yang berbeda, Pangeran." Zean terdiam. Matanya langsung menatap lekat Liao, deng...