Para prajurit Kerajaan Elcar, yang awalnya terlihat tangguh serta siap, kini mulai terlihat ketakutan. Bagaimana tidak? Raja Gio yang merupakan Raja paling kejam, berada di pihak musuh. Menatap dengan sangat berang ke arah para prajurit Elcar.
Mereka, para peajurit Elcar tahu, apa yang membuat Raja Gio itu marah. Raja paling kejam di seluruh dunia, yang tidak akan segan membunuh siapapun yang menjadi lawannya. Kini menjadi lawannya. Karena kabar kematian Putrinya itu.
Kematian Putri Serin. Sehari setelah bertemu Pangeran Zean.
Meskipun Elcar sudah memberitahu, jika ada pembunuhan berantai yang mengincar para bangsawan di Elcar, namun tampaknya, Raja Gio tidak percaya. Sama sekali tidak percaya. Atau...tidak ingin percaya.
"JANGAN TAKUTKAN RAJA GILA ITU!! LINDUNGI ELCAR DARI PARA PENGECUT SEPERTI MEREKA!!" Teriakkan Rean membuat orang-orang di sekitarnya terkejut. Namun tak ayal, membuat mereka sedikit bersemangat. Ya, sedikit tapi itu lebih baik daripada tidak sama sekali.
Berbeda dengan para prajurit yang berada di pihak Raja Gio. Tatapan remeh terlihat begitu jelas di wajah mereka.
"DEMI ELCAR!"
"DEMI ELCAR!!" Teriak para prajurit itu mengikuti Rean yang mengangkat pedangnya tinggi-tinggi. Meskipun tidak ada Jendral yang biasa Elcar agungkan tidak ada, namun sosok Rean terasa menggantikan Jendral itu. Mereka tidak menyangka jika sang Putri Elcar, memiliki aura seperti ini. Aura membunuh yang cukup kuat.
"RAJA GIO, AKULAH PEMBUNUH PUTRIMU. ANAKMU YANG TIDAK JAUH BERBEDA DARI RUBAH BETINA." Lagi. Ucapan Rean mengejutkan mereka. Toh, tidak ada gunanya, ia menutup kenyataan itu. Rean tidak masalah jika pada akhirnya, ia diusir dari Kerajaannya sendiri.
"PEMBUNUH!!! AKU AKAN MEMBUNUHMU! SERAAANG!!!"
Dan perangpun...di mulai.
Bahkan Rean yang biasanya terlihat enggan, kini begitu bersemangat membantai para pasukan musuh yang ada di hadapannya. Keahliannya dalam menebas mereka, sangat dibantu oleh pedang Nix yang diberikan Liao.
Dia benar-benar tidak terlihat gentar. Justru, orang-orang yang berada di hadapannya yang menjadi gentar. Jika Zean disebut Pangeran Es, maka Rean pantas mendapat julukan Putri Iblis. Tidak ada yang mengira, jika Putri yang selama ini tidak diketahui banyak orang. Yang selama ini dianggap dingin namun penurut itu, diam-diam memiliki keahlian dalam memainkan pedangnya. Antara terbiasa atau...amarah yang telah mencapai ubun-ubun.
Di lain sisi, Liao dengan kuda hitam miliknya perlahan mendekati Velix yang hanya diam memperhatikan peperangan.
"Kau ingin ikut menonton juga? Bukankah kau suka bertarung?" Tanya Velix tanpa menoleh ke arah Liao yang ada di belakangnya.
"Tentu saja aku sangat suka bertarung. Tapi dengan dirimu." Ujar Liao lalu menyayat kaki bagian belakang kuda yang dinaiki oleh Velix. Begitu Velix jatuh, Liao segera turun dan menatap tajam Velix, dengan tangan kanan yang memegang erat rose.
"Sudah kuduga." Velix segera bangun dari posisi terjatuhnya. Ia masih saja menampilkan seringaian di wajahnya itu. "Kau dan bersama dua orang itu, akan mati pada malam yang indah ini. Bukankah seharusnya, kau menyusul Pamanmu?"
"Apa maksudmu, Velix!? Apa yang kau lakukan padanya!?" Velix terkekeh ketika melihat Liao yang mulai emosi.
"Apa ya? Aku hanya menebas kepalanya karena tidak ingin memberikan pedang spesial itu padaku. Balasan yang setimpal, bukan?" Kepalan tangan Liao semakin menguat. Ia tanpa menunggu lebih lama lagi, melayangkan pedangnya pada Velix. Mengikuti apa yang tengah terjadi di sana. Melawan musuh.
"Musnah saja kau!" Velix menanggapi umpatan Liao dengan kekehan. Pedang yang ia gunakan adalah pedang Nix, yang memiliki kekuatan lebih besar dibandingkan dengan Rose.
Trang...
Trakk...
Pedang yang digunakan Liao seketika patah, dan diikuti oleh tetesan darah dari tangan Liao. Namun itu bukan menjadi hambatan bagi Liao. Perempuan itu tetap memandang Velix dengan amarah yang sudah mencapai ubun-ubun.
"Kau masih memiliki dua pedang lagi. Kurasa keduanya takkan mampu menandingi kekuatan pedangku ini." Ujar Velix dengan nada bangganya. Mendengar hal itu, amarah Liao menurun. Kali ini ia menyeringai mendengar ucapan Velix yang begitu sombong.
"Ah, benarkah? Lalu...bukankah ini yang kau incar, Velix?" Tanya Liao. Ia mengeluarkan pedang Xi yang selama ini jarang ia bawa.
Melihat hal itu, mata Velix langsung terbelalak tidak percaya. Pedang yang saat ini tengah berada di genggaman tangan Liao, adalah pedang yang selama ini ia incar. Bahkan hanya demi pedang itu, ia telah menebas kepala pria tua itu.
"Berikan pedang itu padaku, Liao. Aku yang berhak atas pedang itu." Seringaian kini terlihat jelas di wajah Liao. Ia memainkan pedangnya di depan Velix.
"Kau? Ini pedang milikku. Apa kau tiba-tiba saja miskin? Bukankah kau adalah anak Penasihat yang Rean bunuh itu?" Kini giliran Velix yang marah. Wajahnya bahkan sudah memerah karena amarah yang sudah memuncak. Ia benar-benar marah mendengar hal itu.
Meski ia dan Ayahnya tidak pernah akur, namun mengetahui jika perempuan yang ia temui malam itu juga telah membunuh Ayahnya. Ia benar-benar tidak menyangka.
"Kau! Kau pasti yang menghasutnya agar membunuh Ayahku! Ya, kau penghasut!" Seringaian di wajah Liao semakin melebar.
"Ya ataupun tidak, kau akan tetap mati ditanganku." Liao langsung melayangkan pedangnya itu ke arah Velix dengan begitu tenang. Berbeda jauh dengan raut wajah Velix yang benar-benar marah.
"Aku akan membiarkanmu untuk menyusul pria tua itu, Velix." Dan dalam sekali tebasan, Liao berhasil melukai dada pria itu. Meninggalkan luka menganga di tubuh pria itu.
"Ingatlah, Liao. Raja Gio itu akan membunuh pria kesayanganmu." Liao menatap datar Velix yang terlihat begitu kesakitan.
"Selamat tinggal."
Jlebb
Next Chapter is Loading...
1 April 2019
Fialesflo
![](https://img.wattpad.com/cover/168832726-288-k752389.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sword [THE END]✓
FantasyKisah antara seorang Pangeran dan seorang gadis dari desa. Satu takdir yang mempertemukan mereka, menjadi awal munculnya dua takdir yang berbeda. "Kita berada di takdir yang berbeda, Pangeran." Zean terdiam. Matanya langsung menatap lekat Liao, deng...