Sesuai perintah yang diterimanya, Liao terus saja memperhatikan gadis bergaun merah --yang ia ketahui bernama Roselina-- secara diam-diam. Ia harus memperhatikan tingkah serta orang-orang yang ada di sekitar gadis bangsawan itu.
Hingga pada malam hari....
Liao, dengan pakaian serba hitam yang menutupi wajahnya itu, berjalan dengan tenang di dalam gelapnya malam. Ia menatap dengan waspada orang-orang yang berjaga di sekitar rumah. Ada satu rencana yang sangat ingin ia lakukan saat ini. Tentunya, seperti biasanya, Liao akan meninggalkan satu orang selamat sebagai kambing hitamnya. Meski sekarang, sasaran kambing hitamnya berbeda.
Dengan gerakkan yang begitu tenang, Liao menebas satu persatu orang yang berjaga itu, hingga tidak ada lagi yang tersisa. Di kumpulkannya para mayat ke pekarangan belakang rumah bangsawan itu, agar tidak ada orang yang memergokinya saat tengah beraksi.
Selesai dengan para mayat, Liao berjalan masuk ke dalam rumah. Seperti yang ia duga, rumah benar-benar sepi karena semua penghuninya tengah terlelap. Mengambil langkah menuju ruangan para pelayan, Liao mengeluarkan belatinya.
Malam ini, ia akan membuat rumah berlumuran darah lagi.
Para pelayan tengah tertidur dengan amat lelap. Mulai menusukkan satu persatu dada pelayan itu, Liao bergerak tanpa suara sedikitpun. Genangan darah mulai terlihat di lantai ruangan itu. Liao segera berjalan keluar untuk menyelesaikan tugasnya.
Langkahnya kini tertuju pada kamar target. Entah kenapa, firasatnya mengatakan untuk melakukannya pada gadis bangsawan yang congkak itu. Dengan pelan, Liao membuka pintu yang ia yakini kamar target utamanya.
Di sana gadis itu tengah duduk di atas tempat tidur dan membelakanginya. Sudah Liao duga kenapa ia harus targetnya dahulu. Bisa bahaya, jika ia membiarkan gadis ini menjadi saksi perbuatannya.
"Ah, kau sudah membawa minumanku? Simpan saja di atas meja itu. Aku akan meminumnya nanti," sebelah alis Liao terangkat. Rupanya, masih ada pelayan yang hidup. Namun itu tidak masal baginya.
Berjalan semakin dekat dengan target, Liao mengeluarkan sapu tangan yang telah diberi serbuk obat tidur. Liao menyerngai saat ia merasa jika gadis di depannya merasakan kehadirannya. Namun sebelum gadis itu menoleh, Liao sudah membekam wajah gadis itu dengan sapu tangan. Sehingga sudah tentu, gadis itu akan langsung jatuh tidak sadarkan diri.
Liao mendengus pelan. Ia harus menemukan pelayan yang selamat itu. Atau tidak, ia akan terkena masalah besar. Setelah menyimpan sepucuk surat di sebelah tubuh gadis itu, Liao berjalan keluar ruangan. Ia akan menghabisi sisa orang yang masih hidup. Tidak peduli jika itu anak kecil sekalipun.
"Terima kasih, nona." Tubuh Liao menegang, namun dengan cepat itu kembali tenang. Ia membalikkan badannya dan menatap bingung ke arah pelayan yang sepertinya ia cari.
"Karena Anda, saya bisa terbebas dari keluarga ini. Sungguh, mereka terlalu congkak dan serakah, membuat saya sesak setiap harinya," ujar pelayan itu dengan kepala menunduk.
Liao kembali menyeringai. Ia benar-benar tidak peduli, apakah perempuan di depannya berpihak padanya atau tidak. Baginya, siapapun yang melihatnya ketika tengah membunuh, dan orang itu bukanlah Verno, Liao akan melenyapkannya.
Seperti yang terjadi pada pelayan di depannya. Dengan wajah yang menunjukkan keterkejutan, pelayan itu menatap Liao yang tengah menyeringai.
"Aku tidak peduli dengan nasibmu," ujar Liao lalu menarik pedang yang baru saja ia gunakan untuk menusuk tepat di dada kiri pelayan itu. Liao memandang datar pelayan yang tampaknya ingin mengatakan sesuatu, namun ia tidak peduli. Sekarang, ia harus menyelesaikan tugasnya sebelum fajar muncul.
* * * * To be Continued * * * *
Lama? Maaf.
Jangan lupa like, komen, dan share guys ^^September 5, 2019
KamisFialesflo
![](https://img.wattpad.com/cover/168832726-288-k752389.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sword [THE END]✓
FantasyKisah antara seorang Pangeran dan seorang gadis dari desa. Satu takdir yang mempertemukan mereka, menjadi awal munculnya dua takdir yang berbeda. "Kita berada di takdir yang berbeda, Pangeran." Zean terdiam. Matanya langsung menatap lekat Liao, deng...