•••
Aldevan Kenzie ArcandraRuangan Eskul Fotografi.
Seorang cowok berseragam putih abu-abu sedang sibuk memutar lensa kamera, matanya melirik ke depan tiap kali ingin mengambil gambar. Barang kali dia menemukan titik fokus yang tepat di area lapangan.
Cowok berhidung mancung dengan rahang tegas dan tubuh proporsional itu bernama Aldevan Kenzie Arcandra. Dingin tatapan cowok itu membuat siapa saja berpikir seribu kali mengajaknya berbicara. Namun, aura lain yang dimiliki cowok berlengan kekar itu berhasil menarik perhatian cewek-cewek untuk terus menatapnya.
Aldevan bukan OSIS, bukan panitia, bukan pula termasuk dalam daftar siswa yang akan tampil dalam acara pentas seni nanti. Tetapi, karena keahliannya memainkan kamera, Aldevan menjadi salah satu siwa yang akan mendokumentasikan acara pentas seni tahun ini.
Setiap foto yang dia ambil selalu berakhir bagus.
"Eh, Lan. Coba deh lo liat nih cewek. Cantik, kan?" ujar Kevin, dia memperlihatkan hasil jepretan kameranya. Membuat Aldevan melirik sekilas lalu memutar bola mata. Tunggu saja, beberapa detik lagi kedua temannya itu akan membincangkan soal wanita.
Arlan mencondongkan wajahnya, sambil menguyah keripik. "Mana coba?"
Nah kan.
"Ituh tuh, yang badannya ketutup dikit sama bu Martha. Tuh-tuh! liat nggak?"
Arlan manggut-manggut. Cowok berpostur tubuh sedikit gemuk itu menaikkan satu alisnya. "Lho, tuh cewek kan yang tadi buat onar. Tapi Lumayan buat diembat."
Kevin mendengus sebal. "Ye dasar lo buaya darat! Bentar gue tanya sama Devan."
Kevin beranjak dari kursinya, kemudian memperlihatkan pada Devan.
"Gimana menurut lo? Cantik nggak?"
Hening.
Karena Devan hanya bergeming, Kevin terpaksa menarik lengan baju cowok itu hingga empunya tergelak.
"Berisik lo!"
"Liat dulu, anying! Sekali aja dah."
Aldevan menghela berat, lalu memajukan sedikit wajahnya guna melihat foto itu.
"Oh," ujarnya setelah menatap selama dua detik.
"Gimana?"
"B aja."
Kevin terkekeh. "Bullshit ya kalo buat lo."
Aldevan melirik tajam Kevin sekilas. Lalu cowok itu kembali fokus ke kamerannya.
Karena bagi Aldevan, hal itu sama sekali tidak penting. Ketika teman-temannya sibuk memikirkan bagaimana mendekati cewek-cewek cantik apalagi yang bodynya bohay, dia justru punya seribu cara bagaimana menghindari cewek-cewek itu apalagi yang sering berbuat onar. Dia hanya ingin masa SMA-nya tenang, tanpa gangguan.
Arlan mengusap dagunya berpikir sesaat Kevin kembali ke kursinya. "Gimana kalo kita cari nih cewek esok, Al?"
Aldevan mendengus, hal ini yang paling ia malaskan dari kedua temannya. "Terserah lo! Nggak penting amat."
"Lo yang homo kali ya?" celetuk Kevin.
"Sialan!" Aldevan melotot tajam yang memancing tawa Kevin dan Arlan semakin lepas.
•••
Terima kasih sudah membaca...;)
Follow @metafora.ofc
@ xerniy_Follow juga wp author xerniy
KAMU SEDANG MEMBACA
METAFORA
Teen Fiction[PROSES REVISI] "Pertama, lo harus jadi cupu selama yang gue mau!" Apa jadinya jika seorang badgirl, tukang rusuh dan pembuat onar di SMA Bakti Buana mendadak mengubah cupu penampilannya? Ya, Mery Thevania harus merasakan itu saat pertama kali bert...