Sarah baru saja pulang dengan membawa satu kantong plastik berisikan pesanan mamanya. Ia menaruh plastik itu di meja dekat sofa. Matanya melirik seorang cewek yang tengah bermain ponsel.
"Nih pesenan Kakak. Tapi kenapa harus minta aku pake bohong segala sih?" tanya Sarah pada kakaknya.
"Diem lo, gak usah ikut campur. Turutin apa kata gue aja. Udah sana masuk kamar!" perintah cewek itu, Sarah langsung memayunkan bibir dan mengibaskan tangannya ke udara.
"Mending aku nonton anime daripada nurutin perintah kakak yang gak baik itu," timpal Sarah lalu melesat masuk ke kamarnya.
Cewek itu memutar bola matanya malas. "Yee bocah mana tau!"
Sepeninggal Sarah cewek itu lalu menekan dial panggilan, menelpon seseorang sambil melirik ke arah kiri dan kanan seolah takut ketahuan. Soal barang itu, ia sengaja meminta Sarah untuk berbohong. Telepon tersambung, cewek itu lantas menyapa.
"Halo. Assalamualaikum, Kak."
Waalaikumsalam, gimana tadi lancar gak?
Cewek itu tersenyum penuh arti. "Lancer banget, makasih ya... lain kali kasih tau aku kalo ada perlu soal Aldevan."
Iya... lo gak usah khawatir, gue masih berada di pihak lo kok. Btw, adek lo gak curiga, kan?
"Alhamdulillah sih nggak, kakak tenang aja."
Terdengar hembusan napas lega di seberang.
Bagus kalo gitu, eh gue tutup dulu ya, adik gue udah dateng.
Dalam diam cewek itu mengangguk, membaringkan tubuhnya di sofa sambil menendang-nendang kakinya ke udara. Ia tersenyum penuh arti.
"Gue... bakal kembali buat lo. Aldevan Kenzie Arcandra ."
•••
Bunyi bel dari luar membuat Anggie yang sedari tadi menonton TV di sofa lantas berdiri. Wanita tua itu terkejut bukan main ketika mendapati Aldevan bersama seorang cewek di gendongan. Ditambah lagi, kaki cewek itu berdarah sehingga keterkejutan Anggie semakin bertambah.
"Aduh Aldevan... kamu apain anak orang? Cepet-cepet dudukin di sofa."
Aldevan enggan menjawab. Anggie mempersilahkan Aldevan masuk, ia menatap iba pada Mery yang hampir tertidur sambil bersandar di bahu Aldevan.
"Berat banget sih lo!" Kekeh Aldevan, mendudukan Mery di sofa. Cewek itu memayunkan bibirnya
Anggie menggelengkan kepala, tak habis pikir pada tingkah putranya yang lumayan kasar. "Pelan-pelan Aldevan. Kakinya berdarah itu. Maafin anak Tante ya, emang gitu orangnya."
Mery tersenyum. "Gak papa, Tante."
"Bentar mama ambilin obat merah dulu," ucap Anggie kemudian berlalu dari sana. Tak lama, wanita itu kembali bersama kotak P3K di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
METAFORA
Teen Fiction[PROSES REVISI] "Pertama, lo harus jadi cupu selama yang gue mau!" Apa jadinya jika seorang badgirl, tukang rusuh dan pembuat onar di SMA Bakti Buana mendadak mengubah cupu penampilannya? Ya, Mery Thevania harus merasakan itu saat pertama kali bert...