23 | PEMBUKTIAN

9.3K 441 3
                                    

Chapter 23: PEMBUKTIAN


Maaf jika sekarang aku berbeda, sungguh karena kamu adalah penyebabnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf jika sekarang aku berbeda, sungguh karena kamu adalah penyebabnya. Jadi, bisakah kamu pergi dan jangan kembali? Sebab sakit ini telah merampas semua tawa dalam diri.

•••
"Uhk." Mery meraih botol minum dan menenggaknya hingga tersisa setengah. Di balik bias botol bening itu dia melirik wajah Aldevan. Selesai minum, Mery mengatur napasnya yang memburu.

"Kenapa? Lo nggak terima? Gue nggak terima penolakan."

"Hah?"

"Hah hah mulu, lo ngerti nggak?"

Mery manggut-manggut paham masih setengah tak percaya.

ntara percaya atau tidak, mau tidak mau Mery mencubit pipinya sendiri.

"Aww."

Setelah itu, barulah Mery sadar, dia mengerjap tidak percaya. Ini benar-benar nyata woi! Bukan mimpi. Sementara Aldevan di hadapannya hanya mengulum senyum.

"I-ini seriusan, gu-gue nggak mimpi ya?" ujar Mery, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Bagaimana bisa ini terjadi secara mendadak, kalau pake cara romantis sih Mery mau saja.

Aldevan berdecak. "Masih nggak percaya? Oke gue ulangi, gue mau lo jadi milik gue, milik gue, milik gue, jadi pacar gue Mery Thevania," ucap Aldevan, menatap Mery lekat penuh keseriusan.

Orang di samping Aldevan lantas menatapnya, lalu mengabaikan ketika Aldevan membalas dengan tatapan tajam.

Entah untuk keberapa kali Mery mematung, rasa hangat seolah tersengat listrik menjalari tubuhnya. Tapi, Mery tidak akan percaya begitu saja, mungkin juga ini hanya permainan Aldevan balas dendam padanya.

Menyentuh hatinya, lalu menjatuhkannya sekuat tenaga. Ah tidak, Mery harus memastikan dulu agar tak menyesal kemudian.

Mery berdehem, berusaha mengatur diri senormal mungkin, dia lalu melayangkan tatapan menyelidik pada Aldevan, jika benar cowok itu nggak main-main Mery perlu pembuktian.

"Gini ya, gue bukan cewek yang percaya gitu aja. Jangan-jangan lo cuma main-main siapa tau, nggak mempan lo ngebaperin gue tau," alibi Mery. Dia menyelipkan anak rambut ke telinga, jual mahal lah.

"Sok jual mahal, terserah lo mau ngomong apa, lo tetep milik gue." Aldevan menarik satu sudut bibirnya, "sekarang lo pacar gue. Lo nggak boleh jadi milik siapapun, Ry."

METAFORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang