Chapter 14: Kemarahan Aldevan
"Dasar mulut sampah! Lo nggak pernah diajarin jujur, hah?!" ujar Aldevan menatap Mery penuh amarah. Cowok itu langsung berdiri ketika mendengar penuturan Mery tadi.
Sedangkan Mery hanya tertawa geli. Ia menatap Aldevan tanpa ada rasa takut sedikitpun. "Haha, iya deh iya. Itu gue jujur tadi."
Aldevan berdecih. Meski ia tau Mery cuma bercanda, tapi kalimat itu sudah menyentil emosinya.
"Emang kebenarannya—"
"MERY!!"
Aldevan marah. Benar-benar marah. Hingga tatapan tajamnya kini mengedar ke seluruh penjuru kantin. Mereka semua terdiam, memandangi wajah Aldevan dengan kerutan di kening. Mungkin ini sesuatu yang sangat mustahil di dengar, sekali pun dari mulut Arlan. Sahabat Aldevan sendiri.
Kak Aldevan pernah ngelakuin itu sama cewek bengal?
Oh my good, berarti cogan gue bibirnya udah ternodai virus rabies?
Gue gak terima.
Stt, kayaknya kak Aldevan mulai bernafsu deh.
Adik kelas kok jadi laknat?
Kita pacaran mulai dari janin aja belum pernah ngelakuin itu.
Nggak tau malu banget.
"Lo ngerti apa makna kalimat lo itu, Ry? Lo maluin-maluin gue, bego! Cih, gue salah udah nolong lo Ry. Salah. Lo itu cewek gak tau diuntung. Kalo gue gak ada saat itu lo pasti udah habis dibuat jalang sama mereka."
Jleb. Mery tidak tau harus berkata apa, dia juga tidak mengerti mengapa Aldevan semarah ini. Padahal, kan dia hanya bercanda. Mery meneguk salivanya susah payah. Aldevan hampir membongkar aibnya.
"Gue gak peduli. Mulai sekarang lo jauhin gue! Jangan deketin gue apalagi minta tolong sama gue!"
Amarah Aldevan memuncak berat, ia menatap Mery dingin dan tajam hingga cewek itu kini meneguk salivanya susah payah.
"Gu-gue becanda doang." Mery terbata, tangannya bergetar, menatap wajah Aldevan yang seolah mengeluarkan asap dari kedua telinganya itu membuatnya berkeringat dingin.
"Lo-lo nggak usah liatin gue gitu dong. Gu-gue, kan jadi takut."
Suasana seolah mencekam akibat keterdiaman Aldevan. Terkecuali Arlan yang menghentikan aktivitas makannya lalu berdiri samping Aldevan. Berusaha menenangkan cowok itu.
"Biasa aja kali, Al . Lo nggak usah kayak harimau ngamuk deh. Gue sempet kaget luar biasa tadi. Yah ternyata—"
Ucapan Arlan terhenti karena Aldevan mendadak menarik kerah bajunya. "Bacot! Lo tau gimana malunya gue, ha?"
Suasana semakin panas, namun tidak ada yang berani melerai. Dari sekian banyaknya mata hanya berani menyaksikan dengan bisu.
Cukup dengan cengiran, Arlan berusaha sabar karena ia mengetahui sifat Aldevan yang seperti ini. Sementara Mery ikut berdiri, berusaha melerai mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
METAFORA
Teen Fiction[PROSES REVISI] "Pertama, lo harus jadi cupu selama yang gue mau!" Apa jadinya jika seorang badgirl, tukang rusuh dan pembuat onar di SMA Bakti Buana mendadak mengubah cupu penampilannya? Ya, Mery Thevania harus merasakan itu saat pertama kali bert...